▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Afonso berjalan di lorong rumah sakit, di belakang nya diikuti Jose yg sedang sibuk berbicara dengan seseorang di telepon. Setelah melewati beberapa kamar, Afonso dan Jose berhenti di depan satu kamar yg di jaga oleh dua orang dengan pakaian khas bodyguard. Afonso tak berkata apapun, dan dua bodyguard itu tak mempersilakan nya masuk.
Afonso menatap kedua bodyguard itu tajam dan berkata dengan tegas "Aku yg menembaknya, aku kesini untuk memperingatkannya agar dia tidak memberi ku alasan untuk menembak yg kedua kali nya"
Bodyguard itu mempersilahkan Afonso dan Jose masuk, dan Jose segera menutup telepon nya.
Pria setengah baya itu menatap penuh kebencian kepada Afonso. Pandangan nya seolah ingin menerkam Afonso.
Wajahnya babak belur, lehernya di pasangi gips, dan dada kanannya di perban.
" Aku harap kau mengerti sekarang setelah kita belajar" Afonso berkata, dan dia duduk di kursi yg ada disamping bangsal kemudian berkata
" Jangan usik apapun yang ada dalam genggaman ku"
" Kau bisa mendapatkan dua kali lipat keuntungan jika kau berikan Club itu pada kami"pria itu menjelaskan. Afonso menggeleng.
" Uang ku sangat banyak, hingga aku tidak tertarik lagi padanya, seberapa banyak pun" tegas Afonso.
" Sombong sekali" dengus pria itu. Afonso tersenyum sinis dan berkata
" Sudah seharusnya"
" Aku akan mendapatkan nya dari mu, dengan cara apapun" pria itu memperlihatkan kepercayaan diri nya. Afonso tertawa mengejek.
" Lakukanlah jika kau bisa" kemudian Afonso berdiri, dan membisikkan sesuatu pada pria itu " Dan didetik selanjutnya, akan ku jadikan abu tempat itu dan dirimu"
Pria itu mengeraskan rahangnya, sangat marah akan kesombongan Afonso. Bocah itu cukup kuat dan berani untuk ia takut takuti.
" Semoga cepat sembuh, Clark" Clark tak menghiraukan Afonso. Dan dia menatap Jose yg saat ini sedang berdiri dan bersender pada itu.
" Kau tidak ingin mengatakan sesuatu, Jose?" Tanya Clark. Jose tersenyum dan berkata
" Jangan mengusik kematian, karena saat dia datang, tidak akan ada yg bisa menghindari nya"
Clark Peterson, pria itu adalah rekan Ayah Afonso, bahkan sahabat baiknya.
Namun bagi Afonso dia adalah musuhnya. Clark sangat tidak tulus, Afonso tahu itu sejak awal. Clark hanya mengambil keuntungan dari ayahnya .
Dan saat ini, Clark ingin membeli Club Afonso yg terletak di tengah kota Sisilia, Clark ingin menjadikan Club itu lebih besar dan ingin membangun Kasino illegal didalamnya.
Tentu saja Afonso menolak. Club itu milik kakek nya, Club pertama yg didirikan kakek nya. Walau Clark menukarnya dengan sebuah negara pun, Afonso tak akan memberikan nya.
" Jangan mengulangi nya Clark, karena kau tahu kau tidak akan bisa memaksa ku" Afonso teringat saat Afonso terus dan terus menolak tawaran Clark. Clark malah menggunakan kekerasan dengan mencoba mengancam dan menyerang Afonso. Bahkan Clark tidak lagi berniat membelinya, tapi merampas nya.
Clark hanya terdiam, tidak ada ketakutan di matanya, tidak juga rasa bersalah. Itu membuat Afonso muak.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Jose asyik bermain game di hp nya, hingga tanpa sadar dia menabrak seseorang.
" Inez.....?" Jose tak percaya bertemu Inez dirumah sakit.
"Jose, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Inez
Jose hendak menjawab namun Afonso sudah muncul di belakang Inez, Jose tersenyum ke arah Afonso yg membuat Afonso mengernyitkan dahi kemudian Jose memegang pundak Inez dan berkata " Aku menemui seorang teman, dan kau sendiri? Apa yg kau lakukan disini, Princess?. Apa kau sakit?"
Inez menggelang dan seperti nya tidak ingin menjawab. Itu membuat Jose penasaran. Sedangkan Afonso sudah tepat di belakang Inez.
"Aku datang bersama Afonso" Jose berkata sambil memberi isyarat bahwa Afonso ada di belakang nya. Inez membalikkan tubuhnya dan benar saja. Afonso tepat dibelakang nya, dan kini dihadapan nya, hanya berjarak selangkah.
" Apa yg kau lakukan dirumah sakit. Inez?" Suara bass Afonso dan tatapan tajamnya membuat Inez merasa terintimidasi, dan detak jantungnya berpacu sangat cepat. ia mundur selangkah agar Afonso tidak mendengar detak jantungnya.
Inez bingung tidak tahu harus menjawab apa.
" Aku....." Inez berdeham, dan ragu apa yg akan dikatakannya.
" Inez..." Inez menoleh pada dokter yg memanggil nya. Itu adalah Dokter Laura, " Kau sudah datang?"
"Ya" Inez menjawab singkat, sementara dua pria disampingnya menunjukkan wajah penasarannya.
Dokter Laura melemparkan senyum pada Jose dan Afonso " Jadi, yg mana yg pacar Inez dan yg mana yg sahabat Inez?" Tanya Dokter Laura yg membuat Inez memerah malu.
" Tidak,Dok. Ini Jose, boss ku, dan itu temannya Jose "
" Oh benarkah? Aku fikir setidaknya ada yg menemanimu, Inez"
" Memang nya Inez sakit apa?" Jose menyela, Dokter Laura menggelang dan berkata " Tidak, Inez tidak sehat, hanya ibunya yg sakit dan....."
"Dokter...." Inez segera menyela, tak mau Dokter Laura memberi tahu meraka. " Ayo..."
Inez mengikuti Dokter Laura ke ruangannya. Dan dokter Laura memberikan map yg berisi laporan kesehatan ibunya.
" Inez.... Dia tidak menunjukkan kemajuan apapun"
Tanpa sadar Inez meneteskan air matanya. Dadanya begitu sesak setiap kali Dokter Laura mengatakan hal itu.
Tidak ada kemajuan
Tidak ada kemajuan
Tidak ada kemajuan
Itu membuat Inez kehilangan harapan. Tapi memang sudah tidak ada harapan.
"Tidak, Dok. Ibu pasti bisa bertahan"
"Tapi dia menderita, Inez. Dia tidak hidup dan juga tidak mati" Dokter Laura tanpa sengaja menekan setiap kata katanya, seolah itu menyudutkan Inez. Inez berlari keluar ruangan, saat ia hendak berlari lebih cepat lagi, seseorang memegang pergelangan tangannya. Inez berhenti dan menoleh.
"Ada apa?" Suara bass Afonso terdengar sangat lembut dan perhatian.
"Tidak ada" Inez mencoba melepaskan tangannya, namun Afonso memegang nya cukup erat.
" Aku sudah menjenguk ibu mu" Inez sangat terkejut mendengar ucapan Afonso. Dia tidak pernah memberi tahu siapapun tentang ibunya
"Apa?" Inez bertanya bingung.
" Kenapa kau tidak melepaskan nya pergi, Inez?" Seketika rasa sedih Inez kini di ganti kemarahan.
"Siapa kau berbicara seperti itu?" Geram Inez.
"Aku hanya coba membantu"
Inez menghentakan tangannya sehingga tangannya terlepas dari Afonso. Inez berlari menjauhi Afonso, terus berlari hingga ia menemukan sebuah kamar, kamar yg selama ini seperti rumah kedua bagi nya.
Kamar dimana ibunya tinggal.
"Ibu...." Inez begitu lemah, berjalan pun rasanya tidak sanggup lagi.
Ia berjalan gontai menghampiri sang Ibu. Yg terbaring tak berdaya di bangsal rumah sakit. Seluruh tubuh nya di bungkus perban, hanya menyisakan mata, hidung dan mulutnya.
Inez menangis, air matanya tak bisa berhenti walaupun ia terus menyekanya. Ia duduk di kursi disamping bangsal, meraih tangan ibunya yg terlihat seperti mummy, Inez mencium nya lembut penuh kerinduan.
"Ku mohon bangunlah. Inez takut sendirian" namun tak ada jawaban, seperti biasa.
"Inez sangat takut, Ibu...." Inez menangis tersedu-sedu. Menenggelamkan wajahnya nya di tangan ibunya yg terbungkus kain kasa. Membuat kain itu basah oleh air matanya.
Hingga seseorang memegang pundak nya, Inez mendongak dan melihat siapa yg datang. Afonso.
Afonso menyerahkan selembar sapu tangan putih miliknya, Inez dengan ragu mengambil nya, menyeka air matanya. "Terimakasih" ia berkata kemudian.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
" Dimana Jose?" Inez bertanya saat masuk mobil, Afonso bilang dia akan mengantar Inez pulang, walaupun Inez bersikeras menolak, namun ternyata Afonso lebih bersikeras ingin mengantar Inez. Inez tadinya berfikir mungkin masih ada Jose.
" Jose kembali ke Cafe" Afonso menyalakan mobil dan menancap gas nya.
Selama perjalanan begitu hening. Inez sibuk dengan fikiran nya. Dan Afonso sibuk dengan perasaan nya.
" Dokter Laura menceritakan tentang kecelakaan Ibu mu" Afonso membuka percakapan.
" Aku juga pernah ada di situasi mu" Afonso melanjutkan yg membuat Inez mengernyit.
" Ibu mu kecelakaan?" Afonso menggeleng.
" Kanker otak" Inez sangat terkejut dan dia tidak tahu harus berkata apa, kemudian Afonso berkata dengan suara serak nya "Aku memohon padanya agar dia bertahan, segala nya kami lakukan, semua Dokter hebat disetiap negara kami datangi" Afonso berhenti, dadanya mulai terasa sesak. Inez sudah tahu kelanjutan nya.
Pasti Ibu nya tak terselamatkan.
"Maaf" lirih Inez. Afonso menoleh dan tertawa mengejek, mengejek dirinya sendiri.
Afonso menghentikan mobilnya, ia memandang Inez yg sejak tadi memandang Afonso dengan mata yg sayu, kedua bibir Inez tertutup rapat seolah menahan diri agar tak bersuara.
Tanpa sadar , Afonso mengangkat tangan kekar nya, tangannya yg besar mulai menyentuh pipi Inez, kemudian jemarinya mulai meraba raba pipi Inez, dan berhenti di bibir nya. Afonso berbisik
" Jangan memandang ku seperti itu, aku tidak tahan" Inez merasakan desiran hangat dalam dirinya. Dan entah apa yg ada dalam fikirannya hingga ia tak menghentikan Afonso yg mulai mendekatkan wajahnya. Begitu dekat hingga Inez bisa merasakan hangatnya nafas Afonso, dan aroma tubunya yg berbau rempah rempah.
"Inez...." Lirih Afonso. Ia menatap dalam dalam pada mata biru Inez. Inez bergeming. Kini hidung Afonso mulai menyentuh ujung hidungnya. Inez masih mengatupkan bibirnya rapat, tapi Inez merasakan sesak dan tak bisa bernafas. Ia pun membuka mulutnya dan tanpa sengaja bernafas dengan berat.
"Shit" geram Afonso, dimana perlakuan Inez membuat nya merasa kepanasan dan hilang akal.
Inez ingin merasakan bibir Afonso, sangat menginginkan nya, pertama kalinya Inez begitu dekat dengan pria, pertama kalinya Inez ingin mencium seorang pria.
Tanpa sadar Inez mengangkat tangan mungil nya, meraih wajah Afonso agar lebih dekat lagi.
Inez merasa gila, ini gila.
Afonso dan Inez saling menghembuskan nafas dari mulut nya. Menahan hasrat yg menggebu, keduanya ingin menolak dan menjauh. Namun seolah terikat oleh magnet. Keduanya semakin mendekat.
"Let me..." Ucap Afonso dengan suara beratnya, Inez memejamkan mata, memberi lampu hijau pada Afonso. Afonso menutup mata, mulai menyapukan bibir nya pada bibir penuh Inez.
Begitu lembut, lembab, dan manis.
Akal sehat Inez merutuki dirinya, namun hati Inez mengkhianati akal sehatnya.
Afonso ingin lebih dari sekedar menyapu bibir Inez dengan bibirnya, itu tidak cukup, sangat tidak cukup. Afonso mulai menjilati bibir Inez dengan lidah nya yg basah dan panas, Inez terkesiap merasakan itu, seperti ada ribuan kupu kupu terbang dalam perutnya, kepalanya mulai berputar. Inez menjambak pelan rambut Afonso, kemudian tangan nya turun dan mengeksplor leher keras Afonso, membuat Afonso semakin ingin lebih dan merasa gila.
Afonso membuka bibir Inez dengan lidahnya, mencari cari lidah Inez dan mengajak nya menari bersama.
Inez semakin gila, ini terlalu indah hingga Inez akan menjadi gila di buatnya.
Afonso mulai menggerakkan tangan kekarnya, menjamah pipi Inez, rahang Inez, leher Inez dan tiba-tiba Inez mendorong nya begitu kuat hingga Afonso terjeduk pada kaca mobil.
Afonso sangat terkejut dan kembali pada alam sadarnya, begitu pun Inez. Nafas keduanya memburu, seolah baru saja melakukan lari maraton.
Inez memeluk dirinya dengan mata memerah dan bibir nya bergetar, sementara Afonso mengutuk dirinya sendiri, ia menjambak rambut nya frustasi.
Dan semakin frustasi saat melihat ketakutan pada iris biru Inez.
"Inez.... Aku..." Inez langsung keluar mobil dan berlari, Afonso mengejar nya dan berteriak agar Inez berhenti. Namun Inez tak mau mendengar. Ia berlari dan tak bisa membendung air matanya. Ia berlari sambil menangis, Afonso pun tak mau menyerah.
"Inez, ku mohon, berhenti.. "
"Inez, maafkan aku....."
"Inez.... Berhentilah ku mohon"
Namun Inez seolah tak mendengar apapun. Ia terus berlari melewati jalanan yg sepi, hingga ia sampai di sebuah gedung kecil dan tua.
Inez memasuki gedung itu. Afonso tertinggal saat Inez masuk lift dan pergi.
Afonso sangat frustasi, dia tidak tahu apa yg terjadi, kenapa bisa terjadi.
Dia berlutut dilantai, dengan nafas yg memburu dan keringat yg membasahi kemeja putih nya. Ia tidak tahu apa yg harus dia lakukan sekarang.
Yg dia tahu, dia harus meminta maaf pada Inez.
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Updated 25 Episodes
Comments