Magic Of Zodiac

Magic Of Zodiac

Orientasi

    Zodiac Academy, tempat dilatihnya para penyihir muda untuk melindungi Asia Tenggara. Beberapa murid mulai berkumpul di sebuah aula Kastil kerajaan Zodiak. Mendengarkan setiap aturan dan segala hal tentang Zodiac academy.

    Berada di tengah hutan belantara, tersembunyi dan tidak dapat di lacak oleh siapa pun. Zodiac academy berbentuk bangunan yang persis seperti kastil. Dengan dindingnya yang di lapisi marmer putih yang tampak mewah.

  "Selamat datang, para penyihir muda! Selamat menjalankan hari-hari kalian di sini. Seperti yang kalian ketahui Zodiac academy diisi oleh  empat elemen berbeda. Elemen Air yang diisi oleh zodiak Pisces, Cancer, dan Aquarius.  Elemen Api di isi oleh zodiak Leo, Sagitarius, dan Aries. Sedangkan elemen tanah diisi oleh zodiak Virgo, Capricorn, Taurus. Dan elemen angin, Libra, Gemini, Scorpio.

Saat di pintu masuk kalian pasti telah di berikan sebuah pin tanda elemen masing-masing beserta zodiak kalian. Kalian juga akan terbagi menjadi satu tim yang satu timnya terdiri dari empat elemen itu sendiri. Untuk di semester ini kalian akan di bagi menjadi tim sementara, tapi nanti saat memasuki semester kedua kalian akan mendapat kelompok tetap.

Baiklah, karena kalian baru sampai, pasti kalian lelah. Sekarang kalian bisa ke kamar kalian, asrama perempuan ada di kiri kastil, dan asrama laki-laki ada di sisi kanan kastil. Untuk saat ini teman sekamar kalian adalah tim sementara, dan saat memasuki semester kedua tim akan kami ubah. Jadi saya harap kalian dapat bekerja sama dengan tim kalian masing-masing, sekian penjelasan dari saya, ada yang mau bertanya?" Itulah penjelasan oleh Dewan elemen api Nyonya Ariel.

  Silla meninilik ke kanan dan ke kirinya, mencari orang yang bertanya, namun tidak ada satu pun yang mengangkat tangan. Apakah ia harus bertanya? Tapi semuanya sudah jelas, lagi pula sebelum datang bahkan  ibunya yang alumni Zodiac academy telah menjelaskan, jadi Silla tidak mungkin bertanya lagi.

   Tidak. Lebih baik ia diam saja. "Hei, apa kau paham?" tanya Retha reynanda. Temannya, mereka berasal dari negara yang sama. Thailand, sayang sekali Thailand hanya ada dua orang yang lolos.

   Ya, tahun ini negara yang terbanyak mendapatkan tempat di Zodiac academy adalah Malaysia, Indonesia, dan Korea Selatan. Benar-benar negara yang beruntung dan hebat, pikir Silla. "Aku paham."  Silla menjawab pertanyaan Retha yang telah lama menganggur.

   "Sekarang kalian bisa ke kamar, setelah kalian akan mendapatkan jam bebas, untuk menikmati pemandangan kastil," ucap Nyonya Ariel.

Semua murid mulai membubarkan diri, di depan gerbang besar yang menjadi tempat keluar masuk aula semua murid terbelah menjadi dua. Yang laki-laki ke kanan, dan yang perempuan ke kiri, sesuai perintah Nyonya Ariel.

   Semua murid berdiri tepat di depan mading, karena di sanalah semua siswi dapat mengetahui di mana kamar mereka. Semua orang pergi ke kamarnya masing-masing dan semakin sedikit yang ada di depan mading. Silla melihat mading itu dan menemukan dengan jelas nomor berapa kamarnya.

"124." Ya, setidaknya tidak terlalu jauh dari Retha.

   Silla mulai melangkah menuju kamarnya. "Hei, kamar 124?" tanya seorang gadis dengan hijab biru. Silla mengedipkan matanya berkali-kali, tak percaya, setelah cukup lama ada yang menyapanya.

    "Iya." Sial! Kapan ia akan berhenti bersikap dingin? Saat ini ia membutuhkan teman selain Retha.

"Aku rekanmu, kita sekamar! Kita adalah teman satu tim! Hebat bukan!" Gadis itu berteriak dengan sangat kencang, melompat kesana-sini dan tersenyum girang. Padahal saat pertama Silla menatapnya, ia kira gadis ini adalah gadis lembut. Namun, apa ini?

   "Hanya sementara," ucap Silla. Gadis itu berhenti melonjak dan menatap Silla.  Dengan wajah memelas. "Aku tau," ucapnya.

   "Kenalkan, aku Chelyvia Arfe, dari Malaysia. Darah campuran dengan Filipina. Kau tau ibuku orang Malaysia jatuh cinta dengan teman satu timnya, yang asalnya dari Filipina. Ibuku adalah alumni zodiac academy. Dan ...."

"Ya, aku mengerti. Ibuku juga alumni zodiac academy." Silla melangkah meninggalkan Chelyvia yang terus saja mengomel. Bagaimana bisa ada gadis yang mengucapkan banyak kata dengan begitu cepatnya?

   "Kau elemen angin bukan?" tanya Chelyvia. Ingin rasanya Silla membungkam gadis itu.

  "Iya."

"Wah keren! Bisakah kau---"

"Bisakah kau diam? Aku hanya ingin ketenangan, hum?" ucap Silla memotong ucapan Chelyvia.

"Baiklah, maaf," ucap Chelyvia.

Mereka kini sampai di depan kamar mereka. Silla menatap pintu berwarna putih dengan ukuran emas yang indah. Sungguh luar biasa. Mereka mulai memasuki kamar, yang sangat luas. Di sana terdapat empat tempat tidur besar berwarna putih yang megah dengan paduan perak dan emas. Desain interior kamar asrama ini sangat indah. Ini, lebih mirip seperti hotel bintang lima. Silla kira mereka akan menderita di sini. Ternyata, ibunya benar, di sini sangat menyenangkan.

  Di sudut ruangan ada seorang gadis yang telah memakai seragam khusus elemen  tanah. Seragam itu bewarna coklat dan putih, bukan seragam tapi lebih tepat seperti gaun, sangat cantik.

   Dengan lincah Chelyvia menghampiri gadis itu dan meninggalkan Silla yang berdiri di tempat tidur yang berhadapan dengan gadis elemen tanah itu. Chelyvia terus berbincang dengan gadis manis dengan rambut coklat itu. Tampaknya ia dari Korea Selatan atau China.

   "Tunggu," ucap gadis itu pada Silla yang ingin meletakkan barang-barangnya di lemari yang berhadapan dengan lemari gadis asing itu.

"Kenapa?" tanya Silla.

"Siapa namamu?" tanya gadis itu.

"Drussila Brodie Angel, kenapa?" tanya Silla.

Gadis itu melihat ukiran yang ada pada lemari coklat yang hampir Silla buka. "Ini bukan lemarimu, dan ini juga bukan tempat tidurmu," jelas gadis berkulit putih itu.

"Lalu?"

    "Ya, mungkin punyamu yang ada di dekat pintu, karena tempat tidur ini milik gadis bernama Leora." Gadis itu tersenyum manis. Mungkin agar Silla tidak kesal.

Silla melangkah ke tempat tidur lain dan melihatnya dengan teliti. "Ini punyaku," gumam Silla.

    "Sudah temukan?" Entah dari mana gadis itu muncul dan mengejutkan Silla.

"Iya."

"Kita bersebrangan, keren bukan?" ucap Chelyvia dengan sangat senang. Namun, tidak untuk Silla.

***

Cukup lama Silla membereskan semua barangnya, akhirnya semua tersusun rapi, dari mulai buku gambarnya, dan baju-bajunya.

   "Silla, kau ingin jalan-jalan?" tawar gadis yang masih belum ia ketahui namanya itu dan Chelyvia.

"Heem," gumam Silla seraya menunjukkan sebuah senyuman.

"Aku Choi Hyo Ra, Korea Selatan," ucap Hyo Ra memperkenalkan diri pada Silla.

"Kau pasti tau namaku," ucap Silla.

"Ya," jawab Hyo Ra.

Mereka berjalan mengitari asrama perempuan yang sangat luas tempatnya. Silla mengitari pandangannya ke seluruh bangunan. Melihat setiap ukiran yang memberinya ide untuk lukisan barunya.

"Halo!" Sekumpulan gadis menyapa mereka.

"Halo!" sahut Silla dan teman-temannya.

"Kalian hanya bertiga?" tanya salah seorang gadis. Rambutnya hitam dan hanya sebatas bahu saja. Dia dari elemen tanah.

"Salah satu teman kami belum datang. Dari elemen api," jelas Hyo Ra.

"Emmm begitu. Kenalkan aku Yesinamida, dari Jepang," ucap gadis itu menundukkan kepalanya.

"Aku Zuzu, China," ucap gadis berkulit putih pucat, dan berambut panjang sepinggang dengan  poni yang menutupi dahi.

"Aku, Athaya, dari Indonesia." gadis berkulit eksotis dengan  hijab putih itu menundukkan kepalanya.

"Dan aku, Larisa, dari Filipina." Gadis bernama Larisa sangatlah cantik. Tak ayal, karena Filipina adalah negara dengan warganya yang terkenal cantik dan  tanpa oprasi. Keren.

Tak lupa Silla dan teman-temannya juga memperkenalkan diri. "Kami dari tim tujuh," ucap Chelyvia dengan semangat.

"Kau sangat lucu!" seru Zuzu. Ya, tampaknya Zuzu sangat cocok dengan Chelyvia yang banyak bicara. Mereka tampaknya sama.

"Kalau kami tim lima," ucap  Yesinamida.

"Baiklah, apakah kalian sudah ke taman?" tanya Athaya.

"Belum." Silla yang  hanya diam kali ini angkat bicara.

"Ayo ke sana!" seru Zuzu dan Chelyvia bersamaan.

"Pasti akan banyak anak laki-laki." Hyo Ra menunjukkan tampang yang takut.

"Ada apa dengan mereka?" tanya semua orang. Pada Hyo Ra yang masih menunjukkan wajah memelas.

Episodes
Episodes

Updated 1 Episodes

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play