Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Alex menahan tawa. "Beneran Lu namanya Joko?" Memastikan kembali.
"Iya Kak," Suaminya itu tampak malu-malu kucing menahan malu menjawabnya atau lebih tepatnya blushing?
Gila, Suaminya bener-bener pemalu.
"Hahaha, kok nama Lu ja--" sebelum menyelesaikan ucapannya, mulut Alex lebih dulu dibungkam oleh Tiara.
Tiara melotot kearah Alex, agar tidak melanjutkan perkataannya itu.
Karena itu bisa saja menyinggung perasaan Joko, Suaminya.
Alex hanya nyengir.
"Hehehe, sorry Jok. Oh iya BTW Gua kesana dulu ya, byee... " Alex meninggalkan Mereka, dan setelah itu hanya ada keheningan karena seluruh Tamu sudah mulai berpulangan ke Rumah Mereka masing-masing.
Tiara melirik jarum jam menunjukkan pukul 23:46 WIB.
Tiara menyeret gaun pengantinnya menuju kemeja Tantenya. "Tante, boleh nggak kalo Tiara kedalam duluan. Tiara capek berdiri terus dari tadi." Rengek Tiara memelas, Tante Qia--Kakak Almarhumah Ibunya Tiara. Itu melirik suasana sekitar, sepi.
"Yaudah, kamu keatas duluan sama gih, tapi jangan lupa ajak Nak Joko juga, dia juga pasti capek." Tiara mengangguk dan kembali menyeret gaun pernikahan yang ribetnya minta ampun.
"Ekhem... Tadi Tante Qia nyuruh kita istirahat dikamar." Tiara berdeheman menghilangkan rasa canggungnya.
Tiara bingung mau memanggil Joko apa? Mas? Kakak? Om--?? Ehh, stop! Umur aja nggak beda jauh.
Joko tersenyum kaku, lalu mengangguk, tampaknya ia canggung dengan Tiara.
Katanya mau mengejar cinta Tiara? Tapi kok canggung begitu? Hahaha, ternyata pemikiran dan kenyatannya sangat berbanding.
Joko merutuki dirinya yang sangat kaku dalam memulai pembicaraan dengan Tiara, istrinya.
"Kalo kamu lelah, silahkan tidur duluan dikasur. Biar aku yang disofa."
Lebih baik Tiara memilih tidur disofa, daripada satu ranjang bukan?
Tidur satu ranjang dengan Suami sahnya, tapi sayang Tiara sama sekali tidak mengingat peristiwa heroik itu. Ya, mungkin hanya Joko saja yang ingat.
Joko menggeleng tidak setuju. "Biarin aku aja yang tidur disofa, kamu dikasur aja." Suara Joko sangat pelan, nyaris tidak terdengar. Atau lebih mirip disebut cicitan?
Wajah Joko merona saat diajak bicara dengan Tiara, terlihat sekali jika ia Anak baik-baik, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita lain.
Tiara mengigit bibir bawahnya menahan gemas saat melihat Joko merona, ingin tergelak tapi takut dosa?
Aaaaa, boleh nggak Gue karungin tuh muka? Gemesin tau nggak? Ck, sial. Cupu-cupu ngegemesin.
Tiara geregetan melihat wajah merona Suaminya.
Joko meremas tangannya gelisah saat tidak mendengar jawaban dari Tiara. Apakah ia berbuat salah? Sampai-sampai Tiara memalingkan wajahnya darinya, apalagi melihat kedua tangan Tiara terkepal, terlihat sedang menahan sesuatu.
"Ma-maaf jika aku berbuat salah, maafkan aku." Mode cengeng Joko aktif.
Matanya menunduk kebawah dan kedua tangannya saling bertautan menahan gugup dan takut secara bersamaan.
Ehh??
Tiara terkejut mendengar ucapan Joko, kapan ia marah? Perasaan kagak dah, atau mungkin Joko salah paham? Tapi karena apa?
"Ha? Kapan aku marah sama kamu??" Bertanya balik.
Repleks Joko menatap wajah Tiara untuk yang pertama kalinya dengan jarak yang dekat. Degup jantung Joko memacu lebih cepat, wajahnya memerah karena grogi dan gugup, belum lagi tubuhnya seperti tak bertulang.
Sebegitu groginya kah Joko saat berdiri dihadapan Tiara?
Entahlah hanya dia yang tau.
"B-bukannya ka-kamu marah?" Aksen bicara gagap tiba-tiba datang pada diri Joko.
Tiara tertawa terbahak-bahak mendengarnya. "Siapa yang marah coba? Sebenarnya gregetan aja ngeliat muka blusing kamu." Jawab Tiara jujur, toh benarkan?
"Ta-tapi, tadi kamu kay--... "
"Nggak, aku nggak marah kok. Lagian marah karena apa coba?" Menaik turunkan alisnya.
Tiara terkekeh geli, Laki-laki culun yang berstatus Suaminya ini tingkat pemalunya berada dilevel berapa si?
"Yaudahlah, nggak usah dipikirin. Lagian nggak penting juga. Kembali ke topik utama, jadi siapa yang tidur dikasur? Kamu atau aku?" Tanpa basa-basi lagi Tiara menanyakannya.
"K-kamu aja." Ujar Joko pelan, persis seperti berbisik.
"Ok, tapi kalo kita giliran aja gimana? Seminggu-seminggu? Gimana? Deal??"
Joko mengangguk pelan.
"Sebelum tidur aku pengen nanya, kenapa kamu nikahin aku?"
DEG!!
......< Bersambung >......
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Chapter 1 : Mempelai Pria Yang Berbeda ( Suamiku Cupu Dan Pemalu )
...< Author POV >...
Jantung Tiara berdetak kencang saat ia mengetahui bahwa ada yang bersedia menjadi pengganti dari mempelai Pria, yang seharusnya menjadi Suaminya sekarang. Tapi karena kecelakaan naas itu membuat Mereka batal Menikah.
Rasa senang yang baru menyeruak dihatinya kembali menjadi rasa murung.
Tadinya ia sudah senang-senang saat mengetahui bahwa mempelai Laki-laki itu kecelakaan, terdengar jahat memang. Tapi Mereka Menikah karena tuntutan kedua Orang tua Mereka.
Jadi tidak ada rasa sedih sama sekali, yang ada hanya rasa kasihan dan iba mendengar berita tersebut.
Jika ada yang bertanya bagaimana kabar Laki-laki itu? Laki-laki itu sedang koma karena kecelakaan naas tersebut.
Tiara hanya bisa memberi senyum palsu, begitu ia tau bahwa Pernikahan tetap berlanjut tapi dengan mempelai Laki-laki yang berbeda. Tiara ingin menolak, tapi ia tak kuasa melihat Keluarga besarnya menahan malu, karena Pernikahan batal.
Ingin menolak tapi sudah terlanjur, karena statusnya sekarang sudah menjadi seorang Istri dari orang yang sama sekali ia tidak kenal.
Ia melirik Laki-laki yang ada disampingnya.
Mencoba mengingat-ngingat apa pernah Mereka bertemu?
Tiara menyerah, ia sama sekali tidak ingat pernah bertemu Laki-laki yang berstatus Suaminya.
Namanya aja Tiara tidak tau.
Sampai suara Neneknya menyadarkan ia dari lamunannya.
"Ha? Apa Nek?" Tiara tampak bingung menjawab ucapan Nenek karena ia melamun tadi.
"Makanya jangan melamun terus, itu tamu-tamu udah pada ngantri pengen foto sama kalian." Tiara hanya tersenyum palsu atau istilah jaman sekarang, fake smile.
Lalu menyambut tamu-tamu itu dengan senyum, sebagian besar tamu yang datang ke Pernikahannya tidak Tiara kenal.
"Selamat ya Key, semoga Pernikahan Kalian, sakinah mawadah warahmah. Amin Yarobbal 'Alamin." Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, mendengar ucapan Kakak sepupunya, Alex.
"Selamat ya Bro, ya walaupun Gua kagak kenal sama Lu, tapi Gua harap Lu dapat jagain Keyzia."
"Ingat juga kalo dia salah Lu harus tegur, dan bimbing dia jadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh, iya nama Lu siapa tadi? Gua lupa, hehehe." Cengiran khas Alex.
"Insyaallah Kak, Saya akan berusaha untuk bimbing Tiara jika Tiara salah. Nama Saya Joko Satrio." Tiara yang diam-diam menguping pembicaraan Mereka itu tekejut.
Tiara yang salah denger atau emang itu bener adanya?
Tiara melongo mendengarnya, udah keliatannya Suaminya ini cupu dan kolot banget, tapi wajahnya si sebenernya si lumayan. Tapi yang ngerusak pemandangan adalah kaca matanya itu loh.
Udah bulat jumbo lagi ukuran kaca mata Suaminya.
Tiara bergidik ngeri, bukan maksud hati Tiara ngatain Suaminya sendiri, tapi itu memang benar adanya.
Back to the story.
Download NovelToon APP on App Store and Google Play