******On the blue sky, today at 12, Nagita will end her life. Early in the morning, Nagita had cleaned every inch of the house so that there was no stain. Nagita cleans the body longer than usual, to then wear the white satin dress she bought last year. On the coffee table, Nagita put her cellphone, a glass of water, and a plastic bottle filled with pills. 5
The cellphone clock shows 11.58.
Nagita counts every second.
11.59. One more minute
30 ... 31 ... 32 32 33
57 ... 58 ... 59 ... 1
Ting-tong.
Nagita was about to reach for the glass when the sound of her house bell rang. Nagita put her hand back on her thigh, took the cellphone, then rose to her door. When Nagita opened the door, a red basket lay before her, with the baby's face wrapped in a white cloth.
A baby is at the door of Nagita's house.
Nagita immediately called the police. Half an hour later, the police inspected the scene, asked Nagita as a witness, until then the police who examined the baby's condition found a piece of paper.
"Looks like this is for you," the officer said, handing the paper over.
Nagita read the contents silently.
'Please take care of this baby.'
The officer waited for Nagita's expression to change, but the 21-year-old woman remained flat-faced. Officer cleared his throat. Nagita looked up.
"Bring it," Nagita said coldly. "Not my business."
The officer nodded. Together with his colleague, he took the red basket away from Nagita's house. Right when the officer opened the car door, Nagita exclaimed. "Wait."
Both of them turned towards Nagita. Waiting.
Half an hour later, Nagita was in the living room, with a red basket beside her screaming for some reason. Nagita typed words in an internet search engine — how to care for babies by themselves. 1
This is the story of Nagita. With a baby, named Avodyie****.
Bayi itu menangis dengan kencang dalam keranjang. Nagita melihat dengan ekspresi datarnya. "Mau apa?" tanyanya, tapi dia sadar kalau bayi tidak bisa menjawab. Nagita mengingat hasil pencariannya tadi dan mengecek popok bayi itu.
Oh. Warna kuning dan lembek.
Nagita membeli popok lewat jasa online dan beberapa keperluan bayi lainnya. Untuk menghindari tangisan bayi, Nagita memasang earphone dan menunggu hingga popoknya datang. Nagita melihat layar ponsel, memperhatikan gerak motor yang menuju ke rumahnya.
Setelah motor di layar itu sampai di depan perumahan, Nagita bangkit dari duduknya.
"Terima kasih," ucap Nagita menerima kantung plastik dari bapak-bapak dengan jaket hijau yang dibalas dengan senyuman.
Nagita masuk ke dalam dan menemukan bayi itu masih menangis. Nagita duduk bersila. Setelah setengah jam hanya diam, Nagita menyentuh pipi bayi tersebut. "Jangan nangis. Berisik."
Mendapat sentuhan dari jemari halus Nagita, tangis bayi itu perlahan mereda. Mata biru jernihnya menatap Nagita. Kemudian, jemari tangan bayi itu memaksa keluar dari balutan kain, kemudian memegang jari telunjuk Nagita kuat-kuat.
"Namamu siapa?" tanya Nagita. Tapi lagi-lagi Nagita sadar bahwa dirinya sedang berbincang dengan bayi. "Mau aku kasih nama? Aku jago kasih nama."
Nagita berpikir. Kemudian berkata. "Avodyie, ya?"
Bayi itu tertawa kecil. Nagita tersenyum sangat tipis. "Oke. Avodyie."
Dengan sangat hati-hati, Nagita mengangkat Avodyie. Siap mengganti popoknya.
Nagita tersenyum tulus siang itu. Setelah bertahun-tahun selalu palsu.
Ollie memencet bel pintu rumah Nagita berkali-kali sambil bibirnya menggigil kedinginan karena kehujanan. Udara Jakarta akhir-akhir ini selalu berubah-ubah secara ekstrem. Tadi siang, udaranya sangat panas mengering tenggorokan sekarang dingin menusuk tulang.
Setelah berusaha tiga kali, akhirnya pintu itu terbuka, menampilkan Nagita dengan kaus kuning dan celana pendek selutut motif bunga. Rambutnya yang panjang bergelombang terurai dan senyum kecil tersungging di wajahnya.
Ollie menyipitkan mata.
"Masuk, Llie," ucap Nagita mempersilakan masuk.
Ollie masuk masih dengan memperhatikan gerak-gerik Nagita. "Ada sesuatu yang mau lo omongin, Ta?"
Ollie duduk di ruang tamu sementara Nagita berjalan ke arah kamar tamu mencari handuk.
"Gue punya bayi, Llie."
"HAH?!"
Nagita menggeleng sembari memberikan handuk pada Ollie. "Nemu."
"HAAAH?!"
Nagita mengerutkan alisnya. "Kayak ada yang mati aja, kagetnya." Nagita kemudian menjelaskan hal yang terjadi tadi siang dan wajah Ollie berubah pucat pasi.
"Bayinya di mana sekarang?" tanya Ollie.
"Lo punya temen terpercaya dari perkumpulan lo yang bisa ngasih ASI ke Avodyie, gak?" tanya Nagita seraya ke arah dapur. "Oiya, lo mau minum apa?"
Ollie mengamati interior rumah Nagita. "Ta? Are you okay? Is there something you wanna tell me?"
Nagita mengamati Ollie, lalu mendengus geli. "Ada ASI buat Avodyie, gak? Ini gue buat thai tea aja, ya." 7
Ollie menghela napas. "Ada, kayaknya. Gue harus nanya dulu."
"Temen lo yang paling terpercaya ya, Llie. Gue gak mau yang aneh-aneh."
Ollie mengeringkan rambutnya yang lembab. "Naskah lo gimana, Ta?"
"Naskah? Hhmm...," Nagita mengaduk gelas. "All good. Is all good. Nanti malem gue kirim draft pertamanya ke lo." 5
Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu pada gelas. Tak berapa lama, Nagita ke arah Ollie bersama segelas thai tea. Nagita diam, maka Ollie bertanya.
"Bayinya di mana sekarang?"
"Lagi tidur."
Ollie bergegas ke kamar Nagita. Melihat bayi itu benar-benar tidur anteng di sana, Ollie mengurut pangkal hidungnya.
Ollie langsung menghubungi para perkumpulan ibu-ibu untuk mencari ASI. Saat Ollie mencari, Nagita menyipitkan mata, membuat Ollie berseru jengkel. "IYA INI GUE CARIIN YANG TERPERCAYA, IYA." 1
Setelah mendapatkan tiga ibu 'terpercaya', Ollie mengatakan bahwa mereka akan ke rumah Nagita minggu ini untuk mengobrol lebih dekat. Ollie juga memaksa Nagita untuk membeli susu formula sebelum donor ASI itu datang. Nagita manggut-manggut, matanya seolah menempel pada layar ponsel. Ollie yang penasaran melihat layar tersebut, dan ternyata, Nagita sedang belajar menjadi ibu yang baik.
"Kok, gak lo serahin ke pihak yang bertanggungjawab aja, Ta? Ini kayak bukan lo banget," ucap Ollie setelah terjadi hening. "Apa ini gak ganggu lo? Naskah lo? Geo gimana?"
Nagita mendongak dari layar ponselnya. "Makasih udah dateng, Llie. Nanti gue telepon lo lagi kalo butuh sesuatu."
Download MangaToon APP on App Store and Google Play