NovelToon NovelToon

Bunda Untuk Daddy

Episode 1

Suara sirine ambulance memenuhi pendengaran setiap pengemudi bahkan para pejalan kaki.

"Telah terjadi kecelakaan di tol ... Pada km 35, kecelakaan di duga karena salah satu truck yang bermuatan pasir oleng dan menabrak pembatas jalan disusul beberapa mobil yang berada berlawanan arah menjadi salah satu kecelakaan yang menewaskan setidaknya lima orang ..."

Suara pembawa berita di televisi memenuhi pendengaran di koridor rumah sakit

Seorang wanita dengan kepala yang masih dibalut perban berlari menuju ruang ICU tanpa menggunakan alas kaki.

Brak!

"Bangun yah, ayah bangun"

"Rafa bangun sayang ini Bunda nak"

Beberapa kali perempuan itu mengguncang kedua pria yang berbaring di brangkar dengan tangisan pilu, namun tidak ada sahutan dari keduanya.

"Jangan tinggalin Bunda sendirian hiks hiks"

"Tuhan jangan ambil mereka dariku, aku tidak bisa hidup tanpa mereka" tubuh perempuan itu luruh dilantai tak berapa lama matanya terpejam.

Dia pingsan.

***

Lima tahun kemudian...

Stella Ayu Ghani, biasa orang memanggilnya Stella janda muda berumur 25 tahun, cantik, anggun, bahkan tak jarang yang masih mengira bahwa Stella belum pernah menikah.

Stella memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, sesampainya di tempat dia memarkirnya kendaraan nya mengambil buket bunga dikursi samping dan keluar dari mobil.

Memasuki area luas dengan gundukan rapi dikanan kiri, didepan terdapat gapura bertuliskan 'pemakaman umum', setelah menemukan yang dia cari segera dia duduk dan mengelus nisan bertuliskan Hari dan juga Rafa.

Hampir setengah jam Stella duduk di pemakaman itu, tak dirasa ternyata hari semakin gelap karena awan yang menghitam, sepertinya akan turun hujan.

Dan benar baru beberapa langkah Stella meninggalkan makam hujan turun dengan deras, jarak parkiran dengan makam lumayan jauh, bisa basah kuyup dirinya jika dipaksa lari menuju parkiran.

Stella memilih berteduh di pendopo kecil ditengah-tengah makam, yang biasanya dipakai untuk tahlilan dan berisi keranda.

Stella terkejut karena bukan hanya dirinya yang berada di pendopo tersebut, namun dirinya juga bernafas lega karena tidak sendirian di dalam pemakaman ini. Karena jujur dirinya takut berada di pemakaman dengan keadaan langit gelap, hujan deras, angin, serta kilat yang menyambar, sangat tidak membuat nyaman bukan.

Stella sedikit melirik kearah pria yang ada disampingnya, tinggi dan atletis, sepertinya dia pekerja kantoran dilihat dari pakaian nya yang memakai kemeja serta jas hitam, namun wajahnya tidak begitu jelas, Stella hanya berharap dia orang baik.

Hari semakin gelap, dan sepertinya hujan belum juga ingin berhenti menjatuhkan diri dari langit. Hawa semakin dingin, Stella menggosok-gosok tangannya dan menempelkan pada kedua pipinya untuk sedikit mengurangi hawa dingin.

Stella melihat kesisi kanannya terlihat pria itu sedang menelepon seseorang, sepertinya meminta dijemput, dan benar tak lama kemudian datang seorang pria berpakaian sama seperti pria disampingnya, kemeja hitam dibungkus jas hitam, serta celana hitam. Dia memegang payung dan menyerahkan satu payung kepada pria disampingnya.

Stella menggigit bibir bawahnya, kalau pria ini pergi berarti dirinya sendirian dong disini, jujur dirinya takut, jalan satu-satunya adalah berlari menerobos hujan, biarlah dirinya basah kuyup asal tidak disini sendirian, pikirnya.

Namun siapa sangka ternyata pria disampingnya menawarkan Stella untuk berbagi payung dengannya.

"Mau ikut pulang denganku Nona"

Stella mendongak terkejut "ah tid.."

Srek srek.. kriyettt...

Belum sempat Stella menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba suara di belakang nya membuat Stella terkejut, dia menelan salivanya.

"Bagaimana?" Tanya pria disampingnya

Stella akhirnya mengangguk, dan berjalan beriringan dengan pria yang tadi menjadi teman berteduh nya. Sementara pria yang membawakan payung berjalan dibelakang mereka.

Suasana hening sampai di parkiran, setelah Stella menunjukkan parkir kendaraan nya, segera dia masuk dan berucap terimakasih kepada sang pria yang dibalas anggukan.

Stella menutup pintu mobilnya dan bernafas lega, "untung saja dia orang yang baik"

***

Sandyaga Van Houten, pemilik Houten Group, perusahaan raksasa dengan cabang hampir di seluruh penjuru dunia, mulai dari hotel, restoran, furniture, sekolah, rumah sakit, club dll . Seorang miliarder dengan sejuta pesona, tampan, kaya, famous, hampir semua mengenal siapa Sandy.

Apalagi setelah istrinya meninggal, dia semakin terkenal dengan julukan duda tampan, banyak wanita yang berusaha mendekati nya. Namun tidak ada yang dianggap, karena fokusnya hanya kepada putra tunggalnya Aiden Van Houten. Dia hanya akan menikah kalau putranya yang menginginkan seorang ibu.

Sore itu Sandy mengunjungi makam istrinya, membawakan bunga mawar putih kesukaan mendiang sang istri, tak dirasa rintik hujan mulai turun, Sandy memilih untuk singgah di pendopo makam hingga hujan turun dengan deras.

Tiba-tiba ada wanita berpakaian serba hitam yang berlari kearahnya, Sandy terus memperhatikan wanita itu, sampai akhirnya wanita itu berdiri diujung pendopo sebelah kirinya.

Beberapa kali terlihat wanita itu menggosok-gosok an tangannya, sepertinya dia kedinginan, dan juga gelagatnya yang sering terkejut kala petir menyambar, dan juga sering menengok kebelakang berulang kali kala mendengar suara-suara ranting yang tertiup angin. Sandy pastikan kalau wanita disampingnya sedang ketakutan.

Hari semakin gelap, Sandy melirik jam tangannya, dia mengecek langit yang sepertinya hujan masih lama reda. Sandy merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya.

"..."

"Bawakan dua payung untukku" Sandy melihat kearah wanita disampingnya

"..."

"Saya terjebak didalam pendopo makam"

"..."

Tut

Tak berapa lama orang suruhannya datang memberikan payung untuknya.

"Bukankah aku bilang dua, Vin" ucap Sandy

"Maaf tuan saya kira dua beserta saya he" jawab Alvin menyengir sedangkan Sandy memutar bola matanya

Sandy melihat kearah wanita disampingnya, terlihat sedang gelisah karena menggigit bibir bawahnya, dia tahu kalau wanita itu ketakutan jika ditinggal disini sendirian

"Mau ikut pulang denganku Nona"

"Ah.. tid.."

Srek srek.. kriyettt...

Wanita didepannya tersentak mendengar bunyi dibelakangnya.

"Bagaimana?" Ulang Sandy dan dibalas anggukan dari wanita itu

Sandy menunggu wanita itu bergabung berbagi payung dengannya, lumayan tinggi bathin Sandy karena tinggi wanita ini kira-kira sedagunya, padahal tidak memakai heels. Wajahnya juga cantik jika dilihat lebih dekat.

Sesampainya diparkiran Sandy mengantarkan wanita itu sampai dimobil, setelah masuk kedalam, wanita itu mengucapkan terimakasih dan hanya diangguki oleh Sandy, selanjutnya Sandy menuju mobilnya sendiri.

Berlalu meninggalkan makam diikuti mobil Alvin dibelakangnya.

***

Episode 2

✨Bunda untuk Daddy 🎎

2

***

"Lo harus datang Ste"

"Iya gue usahain Rin"

"Oke gue tunggu, kalo gitu gue pergi dulu ya, bye Ste" lambaian Erin dibalas anggukan oleh Stella

Stella membolak-balik kan undangan di tangannya, disana tertulis acara ulangtahun Vini putri dari sahabatnya Erin. Sebenarnya dia malas untuk datang, karena disana pasti yang datang dengan anaknya, sedangkan dirinya akan sendirian. Hal itu mengingat kan dirinya dengan mendiang anaknya.

Stella menghela nafas lelah, segera berdiri dari cafe tempatnya bertemu dengan Erin, dia bergegas menuju mall untuk membelikan kado untuk keponakan nya itu.

***

Suasana sangat ramai, beberapa tamu sudah hadir, rumah Erinpun disulap menjadi berhiaskan balon-balon yang lucu, beberapa anak kejar-kejaran, memeriahkan acara ini.

Setelah memberikan kado untuk Vini dan berbincang-bincang dengan Erin, Stella memutuskan untuk pulang saja, karena sebenarnya dirinya kurang enak badan.

Stella berjalan keluar rumah, tak sengaja dirinya melihat anak kecil yang duduk sendirian dikursi taman samping rumah Erin. Stella berniat menghampiri nya.

"Hai" Stella melambaikan tangannya ketika sampai didepan anak kecil yang sedari tadi menunduk

"Boleh Aunty duduk disini" ucap Stella setelah tak mendapat jawaban sebelumnya

Anak kecil itu lantas mengangguk lesu, Stella mendudukkan dirinya disamping anak kecil itu.

"Nama kamu siapa sayang" Stella menoleh kearah pria kecil disamping nya

"Aiden" jawab anak kecil itu hampir berbisik

"Kenapa gak masuk kedalam, teman-teman sedang bermain didalam"

"Aiden gak mau kesana"

"Kenapa?" Tanya stella bingung karena Aiden masih saja menunduk bahkan saat menjawabnya

"Disana semua bersama mommy, sedangkan Aiden tidak punya mommy" Stella tersentak mendengar jawaban Aiden

"Memangnya mommy Aiden kemana kalau boleh aunty tahu"

"Kata Daddy mommy ada disurga, waktu Aiden tanya dimana surga Daddy bilang tempatnya jauh, Aiden tidak bisa kesana" ucapnya sendu

Stella terenyuh mendengar nya "lalu Aiden kesini sama siapa"

"Sama Aunty Fara, tapi Aunty Fara bilang ada urusan jadi Aiden disini sendiri, nanti dijemput pak Udin"

Terlihat jelas wajah sedih dari Aiden, kalau dilihat-lihat andai saja Rafa masih hidup kurang lebih usianya seperti Aiden, Stella jadi merindukan anaknya.

"Mau Aunty temenin kedalam"

Aiden mendongak menatap Stella "bagaimana dengan anak Aunty"

"Sama seperti mommy Aiden, anak Aunty juga sudah disurga sana" jawab Stella tersenyum mendongak menatap langit

Aiden mengikuti arah mata Stella yang menatap langit,  dia memilin ujung bajunya "boleh Aiden memanggil Aunty mommy" ucapnya gugup

Stella tersenyum "bagaimana kalau Bunda Stella" saran Stella

Aiden melihat kearah Stella "Bunda Stella?" Tanyanya

Stella mengangguk "iya nama Aunty Stella, dulu anak Aunty juga memanggil Aunty Bunda" jelas Stella

Aiden berbinar "oke Bunda"

Keduanya tersenyum "yuk" ajak Stella diangguki Aiden

Stella menggenggam tangan Aiden menuntunnya menuju kediaman Erin, mengikuti acara sampai selesai.

Setelah berpamitan Stella menggendong Aiden keluar rumah keluarga Erin.

"Itu pak Udin" tunjuk Aiden ketika melihat pak Udin berdiri disamping mobilnya

"Tuan muda" sapa pak Udin ketika Aiden dan Stella sampai di depannya dan membukakan pintu

"Bunda, Aiden pulang dulu ya" ucap Aiden ketika Stella sudah menurunkan nya

Sedangkan Pak Udin bingung kenapa tuan mudanya memanggil perempuan didepannya dengan sebutan Bunda, dan kemana Fara yang notabene calon ibu sambung Aiden.

"Iya sayang, Aiden hati-hati ya"

Pak Udin menunduk hormat kepada Stella yang dibalas senyuman, dan segera berlari memutar mobil menuju kursi kemudi.

Aiden membuka kaca mobilnya melambai kearah Stella "dah Bunda"

Stella membalas lambaian Aiden, setelah mobil agak jauh stella menghelas nafas dan berjalan menuju mobilnya.

"Pak udin" panggil Aiden ketika didalam mobil

"Ya Tuan"

"Pak Udin tahu rumahnya Bunda Stella gak"

"Bunda Stella" monolog pak Udin "siapa itu tuan muda"

"Ck, Bunda Stella pak Udin, yang tadi gendong Aiden"

Pak Udin menggeleng "Bapak tidak tahu tuan"

"Hufftt" Aiden menekuk bibirnya "bapak tahu nomor hpnya"

"Tidak tuan" cicit pak Udin menggeleng tak enak melihat wajah anak majikannya murung

***

Ditempat lain Sandy sedang bertemu dengan klien penting disalah satu restoran ternama di Jakarta. Sebenarnya tadi dia bersama Fara -kekasihnya- mengantar putra semata wayangnya ke acara ulangtahun temannya.

Namun belum sampai menginjakkan kaki dirumah teman Aiden, Alvin sang asisten memberitahu kalau ada janji dengan klien, kalaupun tidak penting pasti Sandy akan menolak, namun ini adalah kolega bisnis dari luar negeri, jadi mau tidak mau dirinya harus menemuinya. Dan meninggal kan Aiden dengan Fara.

Baru lima menit Sandy selesai dengan urusan bisnisnya dia melihat Fara sang kekasih yang juga berada di restoran  itu bersama teman-temannya. Lalu pikirannya teralih tentang anaknya, kalau Fara disini lalu Aiden dimana. Apakah acaranya sudah selesai, tapi ini baru satu jam dia meninggalkan mereka. Dan yang dia tahu acara ulangtahun seperti itu akan lebih dari satujam.

Sandy bergegas menghampiri Fara, "Fara, dimana Aiden" tanyanya to the point

Fara cukup terkejut melihat Sandy berada disini, terlihat dirinya sangat gugup.

"Aiden masih dirumah temannya sayang" Fara berusaha bersikap biasa saja dengan bergelayut dilengan Sandy

"Kenapa kamu disini, bukannya menemani Aiden disana"

Volume suara Sandy naik, membuat teman-teman Fara yang melihatnya ngeri, dan memilih diam pura-pura tidak melihat dan mendengar.

"Ta-tadi aku ada pemotretan dadakan sayang, jadi aku tinggal Aiden sebentar, lagian aku juga sudah menelpon pak Udin untuk menjemputnya" bela Fara sedikit gugup melihat kilat kemarahan dimata Sandy

Tanpa menjawab perkataan Fara, Sandy segera berlalu meninggalkan Fara, dia berniat menghubungi mamanya.

"Halo ma, Aiden dimana" ucap Sandy ketika sambungan terhubung

"Bukannya Aiden pergi keacara ulang tahun temannya, sama kamu dan Fara kan San"

"Sandy ada meeting penting ma.."

"Omaaa..." terdengar suara anak kecil diseberang yang diyakini adalah suara anaknya Aiden

"Sandy mama perlu penjelasan kamu"

Tut

Sambungan ditutup sepihak, Sandy menghela nafas lelah, pasti mamanya akan memarahinya setelah ini.

***

"Omaa" teriakan Aiden menggema dirumah mewah kediaman Van Houten

"Oma tadi Aiden ketemu Bunda Stella, dia baik sama Aiden oma"

"Bunda Stella, siapa dia sayang" tanya Laras as mama Sandy a.k.a oma Aiden sambil memangku cucunya

"Tadi Aiden ketemu Bunda waktu dirumah Vini, dia temenin Aiden waktu Aunty Fara ninggalin Aiden disana sendirian oma"

Laras tersentak "Aunty Fara ninggalin kamu sendirian sayang"

Aiden mengangguk "iya oma katanya Aiden pulang bareng pak Udin" jelas Aiden dengan polosnya

"Oma oma" Aiden menggoyang-goyang lengan Laras yang terbengong

"Ya sayang"

"Oma Bunda Stella baik sama Aiden, kata Bunda Aiden boleh makan coklat tapi tidak boleh banyak-banyak"

"Bunda juga bilang Aiden boleh berteman sama semua orang, gak boleh pilih-pilih"

Terus saja Aiden membicarakan tentang Bunda Stella yang Laras tidak tahu siapa dia, dan bagaimana rupanya. Tapi menurut cerita Aiden sepertinya wanita itu orang baik.

"Ma dimana Aiden" tanya Sandy ketika sampai dirumah

"Apa maksudnya dengan kamu meninggalkan Aiden sendirian diacara seperti itu Sandy"

"Maafkan Sandy ma"

"Lalu dimana Fara"

"Dia ada pemotretan ma" jawab Sandy lesu

"Bagus, perempuan itu lebih memilih kerjaan ketimbang mengurus anakmu, ingat ya Sandy kamu menikah bukan untuk kamu sendiri, tapi mencari sosok ibu untuk Aiden"

"Sandy tahu ma"

"Lalu"

Sandy membuang nafas lelah "nanti Sandy akan bicara dengan Fara"

"Ingat pesan mama" tuntut Laras berlalu menuju kamarnya meninggalkan Sandy diruang tengah

***

"Lo ada masalah apa sama Sandy Far" tanya teman Fara bernama Desi

"Huh ini gara-gara anak nya Sandy, dia ninggalin gue diacara ulangtahun anak-anak nya itu, gue bosen kan harus ikut acara begituan, bahkan sebenarnya gue gak suka sama anak-anak, merepotkan"

"Gue tinggal aja tuh anak disana, biar nanti dijemput sama supir pribadinya, biar gue bisa seneng-seneng disini sama kalian, eh tahunya Sandy malah meeting disini juga, sial"  gerutu Fara

"Heh lo lupa pacar lo itu duda dengan satu anak, kalau lo mau bapaknya lo juga harus nerima anaknya" ucap wanita didepannya yang berpakaian mini

"Kalau saja Sandy bukan orang kaya dan tampan gue pasti mikir duakali buat jadi istrinya"

"Hahahaha putusin aja beres" sahut wanita sebelah nya

"Enak aja lo, susah payah gue dapetin sekarang lo nyuruh gue putusin, gue gak mau"

"Iya, lo juga gak jelek-jelek amat Far, banyak lah yang mau sama lo"

"Sialan lo gue emang cantik, memang banyak tapi gak ada yang setajir Sandy" ujar Fara tersenyum miring

"Lo harus pura-pura baikin anaknya" ujar teman berpakaian abu2

"Ya gue akan berusaha" ujar Fara tersenyum licik

***

Episode 3

✨ Bunda untuk Daddy 🎎

3

***

Satu minggu kemudian...

Stella mengemudi kan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju butiknya, udara pagi ini cukup cerah, tidak ada tanda-tanda akan turunnya hujan, tapi siapa yang tahu karena walau kadang pagi cerah, siangnya hujan turun dengan deras.

Sebenarnya sudah terlalu siang untuk dikatakan pagi, karena sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, tak biasanya Stella berangkat kebutik sesiang ini.

Tiba-tiba dirinya teringat dengan Aiden, bocah laki-laki tampan yang menggemaskan mengingat kan dirinya akan putranya yang telah tiada.

Sudah seminggu dia tidak bertemu dengan pria kecil menggemaskan itu, dirinya jadi rindu, 'bukankah dia teman sekolahnya Vini' bathinnya

Stella berniat melewati sekolah Vini, kali aja bisa bertemu dengan Aiden, pikirnya.

Stella membelokkan mobilnya bermaksud melewati sekolah Vini yang otomatis juga sekolah Aiden, dia berharap bisa bertemu atau sekedar melihat dari jauh.

Stella menghentikan mobilnya tepat didepan sekolah Aiden, "sepertinya sudah sepi, apa sudah pulang ya" monolog Stella menilik sekitar area sekolah

Dia melirik jam tangannya "tapi ini masih terlalu pagi, seharusnya belum jam pulang sekolah"

Stella mengetuk-ngetuk kukunya pada setir mobil, matanya memicing melihat objek didepannya, ya itu dia yang dia cari, Stella tersenyum membuka seat belt bermaksud menghampiri.

"Hai ganteng" sapanya

"Bundaa" teriak Aiden ketika melihat Stella berdiri didepannya. Aiden berlari dan melompat kegendongan Stella

"Aiden kangen sama Bunda" Aiden menyerukkan kepala dileher Stella

Stella mengelus rambut Aiden "Bunda juga kangen sama Aiden"

"Bunda kenapa disini" Aiden menegakkan lehernya melihat kewajah Stella dengan tangan yang masih melingkar dileher Stella

"Bunda sengaja pengen ketemu Aiden" Stella menciumi wajah didepannya yang sangat menggemaskan

Aiden terkekeh geli

"Kenapa Aiden sendirian disini, hem" tanya Stella setelah mendudukkan bokongnya pada kursi dan memangku Aiden

"Aiden nunggu Daddy"

"Hemm baiklah Bunda akan menemani Aiden sampai Daddy datang, oke" Stella mengedipkan mata sebelah kirinya

"Oke Bunda" Aiden menekuk jempol serta jadi telunjuknya

Sudah lima belas menit Stella dan Aiden menunggu namun yang ditunggu belum datang juga. Aiden juga terlihat lelah.

Akhirnya Stella berinisiatif bertanya kepada gurunya. Stella menggandeng tangan kecil Aiden menuju sekolah.

"Lho Aiden kok belum pulang" tanya guru Aiden yang diketahui bernama Dewi pada nametag nya ketika melihat Aiden memasuki ruang guru

"Anda siapa Nona" Dewi mengalihkan perhatiannya pada Stella

"Ini Bunda Stella miss" jawab Aiden sedangkan guru didepannya terlihat bingung

"Em gini bu, saya teman dari orangtua Aiden" bohong Stella

"Aiden dan saya sudah menunggu lama namun Daddy dari Aiden belum datang juga, apa boleh jika saya yang mengantar Aiden pulang" tawar Stella

"Saya akan tinggalkan kartu nama saya, jika anda ragu" Stella membuka tasnya dan memberikan kartu namanya kepada sang guru

"Eh iya silahkan Nona" jawab Dewi menerima kartu nama Stella

"Oh ya bu boleh saya tahu alamat rumah dari Aiden, karena saya baru pulang dari luar negeri jadi agak lupa" lagi Stella berbohong pada Dewi

Dewi agak ragu namun tak urung memberikan alamat rumah Aiden pada Stella.

Setelah berterimakasih Stella dan Aiden keluar meninggalkan area sekolah.

Sepanjang perjalanan Aiden terus saja mengoceh tentang sekolahnya, Stella sangat antusias mendengarkan sesekali menjawab pertanyaan Aiden. Stella berfikir mungkin kalau anaknya masih ada akan berceloteh seperti Aiden juga.

Mobil Stella sampai dikediaman Aiden, Aiden membuka kaca mobil dan berteriak pada satpam karena tak kunjung membuka gerbangnya.

"Pak Joko buka gerbangnya"

Joko selaku satpam terkejut ternyata tuan muda yang berada didalam mobil yang asing ini, dengan segera dia membuka gerbangnya.

"Aiden, tidak boleh berteriak kepada orang yang lebih tua sayang"

"Maaf Bunda" Aiden menunduk, Stella mengelus kepala Aiden dan menjalankan mobilnya memasuki halaman rumah Aiden

Aiden menggandeng tangan Stella mengajaknya masuk kedalam rumah, rumahnya sangat besar, pilar-pilar besar dan tinggi. Stella pastikan Aiden berasal dari keluarga yang sangat kaya.

"Omaaa" teriak Aiden ketika membuka pintu

"Aiden kalau masuk rumah harus berucap salam" tegur Stella

"Maaf Bunda" Aiden menutup mulutnya

"Ayo kita salam" Aiden mengangguk patuh

"Assalamualaikum" ucap keduanya bersama

"Wa'alaikumsalam" seorang maid menghampiri dan terkejut melihat tuan mudanya bersama wanita, bahkan yang membuat kaget adalah tuan mudanya berucap salam. Itu hal yang jarang terjadi dirumah sebesar ini.

"Moly, dimana oma" tanya Aiden

"Nyonya besar sedang keluar den"

"Saya Stella bi" ucap Stella melihat kebingungan Moly

"Dia Bunda nya Aiden" ucap Aiden polos membuat Moly kian terkejut

"Bunda angkat" lanjut Stella sambil tersenyum kearah Aiden yang juga tersenyum memperlihatkan gigi-giginya

"Oh mari masuk Nona"

"Bunda Aiden lapar" ujar Aiden ketika Aiden berhasil menarik Stella agar duduk disofa ruang tengah

"Bibi sudah menyiapkan makanan untuk aden"

Aiden menggeleng "tidak mau, Aiden mau masakan Bunda"

"Aiden mau Bunda masakin" tanya Stella yang langsung diangguki Aiden

"Baiklah, tapi Aiden ganti baju dulu ya"

"Ayo Bunda temenin Aiden ganti baju diatas" Aiden menarik tangan Stella

"Aiden, Bunda disini sebagai tamu tidak boleh masuk kamar Aiden, Aiden ganti baju sama bibi aja ya, biar Bunda masakin buat Aiden"

Aiden menekuk wajahnya "kalau cemberut nanti gantengnya hilang loh" goda Stella menoel pipi Aiden

Aiden tersenyum, "Moly ayo"

Sebelum naik kelantai dua Moly memanggil salah satu maid untuk membantu Stella serta menunjukkan dapurnya.

Aiden duduk dipantry melihat Stella yang sedang memasak, sesekali bertanya tentang nama sayuran yang ada didepannya.

Moly beserta maid lainnya tersenyum melihat interaksi keduanya. Seperti ibu dan anak sungguhan.

Setelah selesai Stella menyuapi Aiden dengan telaten.

"Bi, kapan oma nya Aiden pulang" tanya Stella disela kegiatannya menemani Aiden mengerjakan PR

"Biasanya siang Nona, oh ya Nona kenapa Nona yang mengantar aden pulang"

"Tadi gak sengaja ketemu disekolah, Aiden menunggu jemputan tapi tidak datang-datang akhirnya saya antar dia, kasihan dia sudah nunggu lama" jelas Stella mengelus kepala Aiden

"Terimakasih Nona sudah mengantarkan tuan muda"

"Iya bi sama-sama"

Sudah lebih dari waktu Dzuhur namun tidak ada tanda-tanda oma dari Aiden pulang, bahkan PR Aiden sudah selesai dikerjakan. Sebenarnya Stella tidak enak berada dirumah orang lain sedangkan yang punya rumah tidak ada dirumah.

"Hoahmmm"

"Aiden ngantuk ya"

"Iya Bunda, Bunda temenin Aiden tidur ya" pinta Aiden

"Kita tidur disana ya sayang" tunjuk Stella pada karpet bulu tebal panjang hampir mirip tempat tidur disamping pintu kaca yang menghubungkan dengan kolam renang disampingnya, serta karpet itu sendiri mengarah pada televisi besar didepannya

"Bunda bisa nyanyi" tanya Aiden ketika sudah berbaring disamping Stella

"Mau Bunda nyanyiin"

"Iya Bunda"

"Oke"

Stella mulai menyanyikan lagu pengantar tidur sambil menepuk-nepuk paha Aiden. Tak selang berapa lama Aiden sudah tertidur pulas.

Stella memandangi wajah disampingnya, dia tersenyum melihat wajah polos Aiden.

Kemudian dia bangkit, menata guling disisi Aiden dan berpamitan pada Moly untuk pulang.

***

Sebelumnya...

Dewi sebagai guru pengajar disekolah Aiden telah menelepon Sandy memberitahu kan bahwa sekolah pulang lebih pagi, agar segera menjemput Aiden disekolah.

"Fara tolong jemput Aiden sekarang"

"..."

"Aku ada meeting, mama sedang arisan, Aiden pulang pagi"

"..."

"Jemput dia sekarang"

"..."

Tut

Karena masih ada beberapa sesi pemotretan Fara lupa menelepon Udin untuk menjemput Aiden.

Alhasil ketika pak Udin sampai disekolah Aiden sudah tidak ada disana. Dia bertanya kepada gurunya ternyata Aiden sudah pulang diantar seorang wanita bernama Stella. Bahkan perempuan itu meninggalkan kartu namanya pada sang guru.

Pak Udin tidak asing dengan nama tersebut, namun segera memilih untuk pulang dan mengecek keadaan tuan mudanya.

Ternyata tuan mudanya sudah sampai dirumah, pak Udin segera menelepon guru Aiden guna memberitahu bahwa Aiden sudah dirumah dengan selamat.

Pak Udin sempat melihat kedalam wanita yang mengantar tuan mudanya. Ternyata orang yang sama waktu di acara ulangtahun dulu.

Pak Udin bernafas lega. Mungkin wanita itu benar-benar baik. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan anak majikannya, tidak bisa dia bayangkan bagaimana nasibnya.

***

Download MangaToon APP on App Store and Google Play

novel PDF download
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play