# berawal dari rasa kagum
Saat usiaku yang masih 15 tahun, Dimana anak-anak lain sedang bersekolah, aku sendiri yang tidak bersekolah. pada waktu itu akupun tak tahu kenapa aku tidak bersekolah. Aku hanya bertanya pada ayah dan di jawab hanya "nanti ya". Sedangkan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga, berbeda dengan ayahku. Disaat aku bertanya kapan aku bisa bersekolah, ibuku hanya menjawab "tunggu dulu ya kak, gantian sama adek kamu. Ibu belum sanggup untuk biayain kalian sekolah barengan begini" sahut ibuku dengan wajah sendu.
Apalah daya dengan diriku ini hanya bisa pasrah dan menerima. Aku hanya bisa melihat anak-anak yang lain berseragam abu-abu di antar oleh ibu mereka. sedangkan aku disini, hanya bisa menatap mereka berlalu dengan wajah sedih. Hari-hariku kulewati dengan membantu ibu bekerja serabutan. Memasang manik-manik di sandal ataupun membuat aksesoris dari manik-manik. Masih teringat disaat tanganku tertusuk jarum saat memasang manik-manik itu di tali sandal. Ataupun mata yang buram akibat terlalu sering melihat benda-benda kecil untuk membuat aksesoris.
Suatu hari saat sedang asyik bermain dengan adik perempuanku, ayah datang dan memanggilku.
"diah, kamu kan sekarang sudah besar, maunya kerja di tempat teman ayah. Dia punya warung di daerah legian"
"lah kok kerja sih yah, aku kan maunya sekolah bukan kerja" sahutku manyun.
"ayah gak bisa sekolahin kamu, mending kerja aja ya. Besok ayah antar kesana buat ketemu temen ayah. Sekalian kamu belajar kerja disana".
Aku berlalu tanpa sepatah kata apapun dan masuk kedalam kamar. Ibu hanya menatapku iba, tapi tak bisa berbuat apapun. dan akhirnya aku sadar, ekonomi kami benar-benar sangat memprihatikan. Dimana untuk makan aja sudah bersyukur dengan lauk telor dan sambal. Esok harinya akupun diantar untuk bertemu teman ayahku itu. Setelah basa-basi sebentar ayah pulang dan tinggalah aku seorang dengan karyawan lelaki dari teman ayahku yang bernama pak anis.
Yang lebih miris lagi ditempat aku bekerja itu, adalah tempat dimana banyak sekali tamu asing lalu lalang. Aku yang saat itu bener-bener cuma mengerti yes dan no aja kebingungan. 'gimana ini', aku yang saat pelajaran bahasa inggris selalu tidur di hadapkan dengan situasi yang sangat ngeri buatku. Dan bener dong datanglah tamu asing, seorang pria tinggi putih bertopi.
"eh excuse me, can i have i ce coffee" aku hanya bisa mematung saat pria itu berbicara dengan bahasa inggris. Aku hanya plonga-plongo dan akhirnya akupun tersadar setelah pria itu melambaikan tangannya di hadapanku. aku pun langsung menarik karyawan senior yang sedang duduk sambil bermain ponsel.
"mas itu orangnya mesen apaan?" kataku bingung. Dia hanya berlalu dan langsung membuatkan pesanan dari tamu asing itu. aku yang mengekor di belakangnya hanya diam dan mematung. setelah kejadian itu Alhamdulillah tidak ada lagi tamu asing yang datang ke tempat itu dan pada hari itu pula aku langsung memutuskan untuk berhenti dan ngomel-ngomel ke ayahku. aku tidak mau bekerja di sana lagi. Ayah masih kekeuh buat aku lanjut kerja tapi aku sudah memutuskan untuk selesai. Dan akhirnya ayah menyerah dan tidak pernah lagi memaksaku untuk bekerja. Akupun Kembali ke rutinitas sebelumnya. Masih momong adik perempuanku yang masih berusia 6 tahun dan membatu fengan manik-manik.
#kenangan masa lalu#
Di setiap hariku masih sama dengan rutinitas harianku. Saat aku sedang asyik membuat kalung manik-manik, terdengar dentingan mangkok dari tembok sebelah. Aku pun bersua pada ibu.
"bu diah pengen bakso. Boleh beli bakso gak?." tanyaku lirih.
"boleh, tapi bilang sama pak kumis ya. Bayarnya nanti pas sudah bayaran kerjaan ini." aku pun tersenyum sambil memanjat tembok pagar rumahku dan berteriak.
"pak kumis pesen bakso 1 ya, totalannya nanti". Kataku sambil melompat dari tembok.
"siap" sahut pak kumis dengan gelengan kepala. "emang kalau gak loncat gitu gak bisa ya dek? Gak takut apa itu kaki patah?." tanyanya heran. Yah sudah rutinitas sih untuk loncat meloncat. Karena di seberang tembok rumahku ini adalah sekolah SD negri dan banyak juga pedangang kaki lima mangkal disini. Bagi yang sudah lama mengenalku mereka tidak akan kaget. Tapi bagi yang tidak mengenalku. Mereka akan melihatku dengan mata melotot kaget.
aku hanya tersenyum sambil berkata.
"ini kan pendek pak. Cuma 2 meter. Gak mungkin kaki patah. Lagipula kalau gak loncat aku g bisa milih baksonya dong" selorohku santai.
"terus nanti gimana mau bawa baksonya?"
"ya manjat lagi dong pak. Pak kumis pegangin dulu ntar kalau aku sudah ada di atas dan turun kan bisa di sulurin" sahutku santai. Biasanya jika aku ingin beli sesuatu aku hanya akan naik ke kursi dan memesan jajanannya. Tapi karena aku juga pengen turun ya sekalian aja aku loncat. Sebenarnya kalau muter bisa tapi ya gitu, namanya muter pasti lama kan? Dan jauh.
Aku memakan baksoku dengan lahap. sudah lama sekali aku tidak makan bakso pak kumis. Entah sudah sebulan lebih pak kumis tidak lewat samping rumahku, mungkin dia mudik. Biasanya para perantau di tanah bali itu, atau kota -kota besar, kalau mudik pasti lama-lama. Aku juga heran, berapa duit ya yang di habiskan untuk mudik lebih dari sebulan. Setelah selesai makan aku kembali ke samping rumah dan menaiki kursi. Biasanya jarang sih naik kursi, tinggal panjat doang. Aku memberikan kembali mangkok dan turun. Setelah lama berkutik dengan manik-manik aku berhenti dan merentangkan badanku di lantai.
"bu diah main ya. Capek banget mata diah lihatin manik-manik mulu". Kataku lesu.
"bawa adekmu juga maen. Jangan maen sendiri, biar ibu bisa fokus sama kerjaan".
"iya bu"
keluarlah kami kedepan gang kontrakan kami. Karena aku disini yang sudah lulus smp sendiri, dan yang lain itu hanya anak-anak sd, merekalah yang menjadi teman bermain kami. Setelah lama kami bermain, tetangga sebelah rumah kami menyapa.
"diah kamu kok gak sekolah?".
"iya bu, ayah bilang gak bisa sekolah sma untuk tahun ini".
"loh kenapa?"
"gak tahu bu"
"oh gitu, ya udah kalau gitu ibu pulang dulu ya"
"iya bu" sahutku dengan senyuman
Yang baru saja menyapa itu adalah seorang manajer di sebuah PT asing yang bergerak di bidang konveksi. Aku ingat dulu saat aku masih sd aku sering sekali bermain dan belajar dengan anak bungsunya yang bernama angel. Setiap aku datang sehabis maghrib untuk bermain ataupun belajar, ibu intan tidak lupa untuk membelikan kami roti untuk makan bersama. Dan pada saat itu, bagiku yang belum pernah merasakan roti enak dan selembut itu, aku merasa senang dan bahagia.
#ditawari pekerjaan#
Masih dengan rutinitasku yang sama, bantu dan bermain. Karena ya cuma itu yang aku lakuin. Sekolah pun aku tidak, meratapi nasib pun percuma, ya karena mungkin hanya segini rejekiku untuk bersekolah. Saat sore sudah tiba, aku bertemu ibu intan di depan gang rumah kami, dan beliau pun bertanya.
"diah, daripada kamu main aja dan gak sekolah, mau gak diah kerja di tempat daya?".
"kerja bu? Tapi kan saya masih di bawah umur bu".
"ya gak papa, saya akan coba bantu kamu. Biar kamu juga bisa bantu ekonomi keluarga kamu. Siapa tahu nanti kamu bisa ambil sekolah malam untuk kejar paket"
"gimana ya bu, saya gak bisa ngasih keputusan bu, boleh gak saya bilang dulu sama ibu saya?".
"boleh dong, nanti kalau memang diah mau, setelah maghrib datang aja ke rumah ibu ya".
"baik bu" sahutku patuh.
Aku bergegas untuk pulang kerumah, ku panggil adikku untuk ikut pulang denganku. Kalau dia tidak pulang bersama denganku, ibu pasti bakal ngomel.
"bu bu, tadi bu intan nawarin aku kerjaan. Aku belum jawab iya atau enggak. Gimana menurut ibu, ambil apa enggak ya kerjaan ini?".
"emang diah di tawarin kerja sebagai apa disana?"
"gak tahu bu. Bu intan cuma nanya mau kerja apa enggak. Kalau emang mau, nanti selepas maghrib ibu disuruh kesana".
"nah sekarang diah mau apa enggak kerja? Kalau ibu itu apa kata kamu"
"ya jujur aja ya bu, diah mah maunya sekolah bukan kerja, tapi ayah juga udah bilang kalau gak bisa sekolahin dian di SMA. Ya mending diah kerja aja, asal kerjanya bukan di warung kayak kemaren ya bu"
"ya udah kalau memang dian mau, nanti malam biar ibu bilang sama bu intan" aku hanya tersenyum lalu pergi. Memandikan adikku dan setelahnya aku.
saat malam tiba, aku dan ibu pergi kerumah bu intan untuk menyetujui tawaran pekerjaan yang di berikan bu intan. Semua percakapan berjalan lancar, dan besok pagi kami di minta untuk datang ke PT. CAHAYA WARNA yang ada di daerah kuta. Setelah percakapan kami selesai kami pamit dan bersiap untuk tidur. Malamnya aku gelisah, gimana ya kira-kira pekerjaan disana. Bakal aman gak ya. Banyak sekali pemikiran yang membuatku terjaga malam itu, dan pada akhirnya akupun bisa tertidur di jam 4 subuh. ibu membangunkanku untuk bersiap pergi interview. Tak lupa juga aku pergi bersama ibu sebagai perwakilan untuk interview. singkat cerita, sampailah kami di PT itu dan kami pun masuk. bu intan menyapa kami dengan ramah, tahu gak sih vibesnya bener-bener beda. Antara di rumah dan di kantor itu penampilan bu intan sangatlah berbeda. aku tercengang dan hanya melongo. 'buset beda amat' batinku.
"halo diah, ibu mari-mari masuk" sambutnya ramah
"ya selamat pagi bu intan"
"gimana-gimana nih, diah setelah lihat tempatnya masih mau gak kerja disini?". Aku hanya tersenyum sambil malu-malu.
"diah apa kata ibu aja bu intan, saya nurut"?.
"yakin? Tapi ya gitu, saya sekarang butuhnya bagian bersih-bersih diah. Gak susah kok. Nanti selama seminggu ada yang ngajarin diah untuk semuanya. Jadi gak usah takut ya". Aku hanya mengangguk dan tersenyum. "ya udah kalau emang diah untuk setuju, mulai besok dia sudah bisa kerja disini. Untuk lain-lainya biar besok di ajarin sama kakaknya nanti. Jadi besok jam 7:30 pagi diah sudah harus ada disini". Aku hanya mengangguk. 'jadi gak dabar bakal seperti apa besok' kataku dalam hati.
Download MangaToon APP on App Store and Google Play