NovelToon NovelToon

Scatterbrain

Prolog

Jeritan Seoyong kalang kabut kala merengkuh tubuh Jungkook yang penuh dengan darah bercucuran. Darah segar masih mengucur saat membawa tubuh pria besar itu ke rumah sakit agar diberi pertolongan. 

Seoyong berkali-kali meneriakan nama lelaki yang mengorbankan hidupnya itu demi melindungi sang gadis. Mendekap erat dengan linangan deras airmata yang tak sanggup dihentikannya.

Lorong rumah sakit menjadi saksi kaki Seoyong tak sanggup tegak. Dia tak kuasa mempertahankan tubuhnya melihat tubuh Jungkook memasuki ruang operasi terbaring lemas tak sadarkan diri.

 Sekujur tubuhnya bergetar, lututnya yang tak siaga menahan tubuhnya saat menubruk lantai rumah sakit. 

Seoyong mempedulikan perih yang dirasanya. Diluar ruangan Seoyong tak pernah sekalipun berhenti merapalkan doanya agar Jungkook selamat. 

Darah Jungkook yang mengenai tubuhnya tak membuat Ia ingin pergi barang sedetik untuk membersihkannya. Dikepalanya hanya ada nama Lee Jungkook.

Kepalanya pening, lidahnya kelu, tangisan tak mampu mengurangi sesak didadanya. Berkali-kali memaki diri sendiri, oksigen seakan tak mampu masuk kedalam rongga dada.

Banyak hal yang berhamburan di kepalanya.

Segala plan yg diaturnya selama ini menemui situasi seperti sekarang.

Andai saja perasaannya dapat dikendalikan, semuanya tidak akan seperti ini. Tidak akan sesesak ini.

Menyakitkan.

Orang yang sangat kau cintai tergeletak tak berdaya karena dirimu.

Ya.

Karena Seoyong.

Selalu seperti ini.

Dari dulu memang Jungkook-nya selalu mengorbankan dirinya.

Dan akan berlagak like everything always be fine. But,

Oh GOD!!!

Kilasan kenangan yang dilalui bersama lelaki bersurai coklat yang tergeletak itu terputar dihadapannya, memejamkan mata rapat-rapat, isakannya sudah tak dapat dipendam.

Ya, Lee Jungkook.

Lelaki ini adalah satu-satunya lelaki yang tak bisa dia kendalikan seperti yang lain.

Lelaki ini adalah lelaki yang melakukan apapun tanpa menunggu perintah atau permintaannya.

Lelaki yang mau melakukan apa saja agar menepati janjinya, berpihak padanya hingga akhir. Walau keduanya sama-sama tahu itu hanya akan menyakitkan satu dengan lain.

Dialah yang kini nyawa dalam bahaya,

Dan Seoyong menggeram amarahnya yang membludak, Ia harus membalaskan ini. Melampiaskan segala kepedihan yang dirasakan orang-orang yang tidak bersalah dan selalu menderita akibat dirinya.

Melakukan pesan terakhirnya,

"Draco dormiens nunquam titillandus"

(Jangan pernah mengusik naga yang sedang tidur)

.

.

.

.

Akar dari tersangka ini harus diberi pelajaran singkat yang membekas! 

 

Cast :

R y u S e o y o n g

Lee Jungkook

Choi Yugyeom

Min Kyung Hee

SALAM KENAL UNTUK KALIAN SEMUA.

Selamat menikmati cerita di RABELOUS WORLD ku yaaa.

Cerita ini hasil imajinasi ku, tidak ada hubungan dalam dunia nyata.

Mungkin cerita ini akan LONG STORY, so, if you dont like long story, you can leave...

Setiap cerita memiliki tujuan yang ingin disampaikan atau mungkin sekedar berbagi hal-hal yang mungkin terjadi disekitarmu.

Simpan yang baik dan singkirkan yang menurutmu tak pantas.

Tidak semua yang kamu pikir baik adalah baik dan tidak semua yang kamu pikir salah itu sepenuhnya salah.

Setiap manusia memiliki perspektifnya tersendiri, memiliki pemahaman dan prinsipny. Background kita semua berbeda. Entah apa aja yg si A udh alamin, si B udah alamin, pemikiran si A dan B jelas berbeda. Wlaupun mungkin dia dri lingkungan yg sama.

Kita tidak bisa memaksakan pendapat kita pd orglain.

Sekian 🙏🙏🙏

Jangan lupa cek work ku ini di ******* dan STORIAL juga yaa.

Dan,

Happy Exploring !

WITH LOVE,

KEKE 💜

 

Ryu Seoyong

Happy Reading ^^

.

.

.

Masa kecil Seoyong sejujurnya indah, sama seperti anak gadis lainnya. Sarapan bersama kedua orangtuanya, Makan siang bersama, berlibur di akhir pekan, bahkan selalu menyempatkan waktu untuk bercengkrama setiap hari diruang keluarga.

Namun itu tidak bertahan lama.

Gadis berambut hitam panjang dengan senyuman manis yang menggemaskan itu kini menjadi gadis dengan tatapan dingin dan sikap cuek kepada siapa saja yang berhadapan dengannya.

Semua baik-baik saja sampai suatu hari Seoyong terbangun tengah malam karena haus yang melanda. Saat melewati kamar orangtuanya, dia mendengar Ayah dan Ibunya bertengkar hebat. Itu merupakan kali pertama gadis itu mendengar pertengkaran kedua orangtuanya, dan juga mendengar tangis sang ibu.

selama ini, walaupun pernah bertengkar, itu tidak bertahan lama. dan tak ada drama tangis didalamnya. namun malam itu berbeda.

Mulai malam Seoyong mendengar pertengkaran orangtuanya, sudah tidak ada sarapan bersama, atau makan malam bersama. Ayah jarang pulang, bahkan beberapa kali Seoyong kaget melihat sang ayah pulang dalam keadaan mabuk. Pertanyaan yang selalu dia lontarkan pada sang ibu namun tak pernah mendapat jawaban. Sikap Ibunya pun berubah. menjadi lebih diam dan tidak bicara banyak, menyimpan segala yang dirasakannya sendiri dalam hati.

Dan Seoyong tahu itu.

Tidak lama setelah itu sang Ibu meregang nyawa dalam kecelakaan mobil.

Setelah kepergian sang ibu, ayahnya membawa wanita bernama Kim Min Young.

Sejak itulah Seoyong kehilangan sang ayah.

Mengabaikan Seoyong yang juga membutuhkan kehangatannya, perhatiannya, atau sekedar menanyakan sekolah atau hari yang dilaluinya. Dengan sikap itu juga sang Ayah menuntut Seoyong untuk menjaga nama baik ayahnya dari berita buruk, sampai dalam pergaulan pun hanya Yugyeom yang menjadi teman juga sahabat baiknya.

Pertemanannya saja harus diseleksi, kemanapun ditemani sopir, cara duduk, cara makan, cara menggunakan social media, semuanya tanpa terkecuali. 'semoga aku masih ingat cara tersenyum dan menghirup udara' Batin Seoyong setiap hari.

Pekerjaan sang ayah sebagai pemilik NR Grup membuatnya harus menjaga sikap dan pergaulannya. NR Grup milik sang ayah termasuk yang Terbesar di seluruh Asia. Salah satu cabang yang ada dibawah grup itu menaungi Agensi Idol, yang CEO nya adalah sang paman, Ryu Ho Seok. Bagi Seoyong, paman Ho Seok adalah sosok malaikat di belakang layar.

Ia tahu selama ini Pamannyalah yang selalu memberi kado pada saat Ia berulang tahun, pamannya melindungi Seoyong dengan caranya tersendiri. Juga menjaga agar Seoyong dapat menikmati hidupnya, walau harus diam-diam tanpa ketahuan Ayah sang gadis, Tuan Ryu Hwan Seok.

Seoyong yang dulu sering menghabiskan waktu di kantor sang paman, walau tak pernah di ijinkan sang ayah untuk menginap.

Paman Ho Seok merupakan adik kandung sang ayah yang hubungan keduanya pun tidak terlalu dekat semenjak kematian sang Ibu (Ibu Seoyong). Di kantor sang paman yang selalu tersenyum dan menghiburnya itu, Seoyong sering bertemu berbagai idol, namun bertemu sang ayah disaat dirinya sakit dan mimpi buruk di tengah malam merupakan hal yang sulit ditemui. Apalagi semenjak sang ayah membawa wanita bernama Kim Min Young ke rumah mereka, sang ayah seolah berada dibawah pengaruhnya.

Dihadapan sang ayah seolah wanita itu adalah sosok Ibu impian semua anak namun saat tak ada sang ayah, wanita itu bertindak acuh. 

Tentu saja Seoyong menyadari sikap wanita itu. namun itulah Seoyong. Ia mengetahui hanya untuk menjaga dirinya sendiri, bukan untuk diselesaikan atau dibereskan. Hal itu juga berlaku untuk hal lainnya. Selama tidak membahayakannya, walau Ia sudah mengetahui, Ia tak akan mempedulikan, walaupun itu tentang Ayahnya sendiri.

bagi Seoyong, jika sang ayah masih hidup dan membeberkan perintah serta aturan-aturannya, itu sudah cukup. tentang pilihan pasangan, Seoyong adalah pihak penonton dan pemantau. Jika tidak mengusik, tak akan digubrisnya.

Bukan egois dan durhaka, tapi banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, Tuhan pun ada kehendakNYA. tugas manusia hanya menjalani dan berjaga diri.

Bukankah begitu? Paling tidak itulah yang Seoyong pegang selama ini.

.

.

.

HAIII...

Cek semua cerita ku di STORIAL (@jeon_eunhye) dan ******* (@rblskeke) ya..

WITH LOVE,

KEKE 💜

Choi Yugyeom

Happy Reading ^^

.

.

.

Bunyi bel membuyarkan lamunan Seoyong. Dia mengeluarkan buku pelajaran sesuai jadwal hari itu, sambil sesekali mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas. 

'Dimana Yugyeom? Apa dia masih sakit?' Tanya Seoyong dalam hati.

Choi Yugyeom adalah sahabat Seoyong dari kecil. Sahabatnya yang satu ini bisa diandalkan dalam hal apapun. Walaupun kadang Seoyong harus merelakan tenaga dan waktunya untuk menemaninya latihan basket, atau sekedar membuatkan ramyeon. Lelaki berambut hitam pekat lebat itu selalu mengorbankan banyak hal untuk Seoyong, bahkan kerap kali harus berbohong kepada orang tua keduanya. 

Mereka menghabiskan masa kecil bersama, bertumbuh bersama, menghabiskan suka dan duka bersama, termasuk duka saat Ibu Seoyong meninggal. Yugyeom tahu betapa hancurnya Seoyong saat sang ibu meninggal. Bahkan Yugyeom sampai beberapa kali menginap di rumah Seoyong agar memastikan anak itu tidak melakukan hal bodoh, seperti, melukai dirinya sendiri atau mabuk-mabukan tak tahu cara untuk pulang.

Entah mengapa akhir-akhir ini sang sahabat sering tak masuk sekolah, dengan alasan sakit. Benar memang, wajahnya tampak sering pucat dan selalu tak berselera makan jika Seoyong ingin mentraktirnya.

"Selamat pagi anak-anak, buka buku kalian halaman 121,"

Tok.. Tok..

"Permisi, Maaf saya terlambat."

Guru Hwang menghembuskan napas pelan, ini adalah pertama kali murid didepan pintu kelas itu terlambat.

"Masuk, ini pertama kalinya kau terlambat jadi aku memaafkan. Kedua kali tidak akan, Choi Yugyeom!"

"Terimakasih Pak!"

Senyum Yugyeom mengembang setelah dipersilahkan Guru Hwang, lalu segera menuju bangku di belakang Seoyong. Yugyeom memajukan kepalanya nyaris mengenai telinga kanan belakang Seoyong, membisikan sesuatu lalu memundurkan kembali kepalanya.

"Aku membawa sesuatu untukmu. Kita berjumpa ditaman setelah bel istirahat."

Seoyong tak bergeming, matanya memperhatikan dengan focus apa yang guru Hwang sedang jelaskan didepan kelas.

Seoyong terperanjat, merasa ada yang meniup belakang telinga kirinya. Dalam hatinya dia ingin sekali memaki Yuyeom, sahabatnya yang usil itu.

Saat guru Hwang menjatuhkan pulpen, dengan gerakan cepat Seoyong menoleh kebelakang menatap Yugyeom,

"Kau gila? Ini sedang jam belajar. Jangan buat aku memakimu!" Seoyong kembali memalingkan wajah secepat kilat agar tidak ketahuan guru Hwang mereka sedang mengobrol.

Senyum Yugyeom terpancar saat mendengarnya, dia tahu tidak ada penolakan dari Seoyong berarti jawabannya Iya.

.

.

Bel istirahat baru saja berbunyi, namun Yugyeom tak sabar memberi 'sesuatu' yang dikatakannya pada Seoyong. Seoyong terlihat pasrah saat Yugyeom menarik tangan kanannya menuju taman.

"Bukalah."

"Untuk apa?" Tanya Seoyong sambil menatap datar Yugyeom yang memasang wajah berkebalikan dengannya.

"Untuk mu kan, kalau bukan untukmu, kenapa aku berikan padamu, Seoyong.."

"Maksudnya, mengapa kau memberikan ini? Ada apa? Ulang tahunku sudah lewat!" ketus Seoyong tepat setelah Yugyeom menyelesaikan kalimatnya.

"Menyambut hari-hari bahagiaku bersamamu lagi. Kan sudah hampir seminggu aku tidak masuk karena sakit." Jawab Yugyeom dengan senyum lebarnya.

Berbeda dengan Seoyong, gadis itu hanya memutar bola matanya tanpa niat membuka kotak kecil terbungkus manis dengan kertas doraemon kesukaannya, tak lupa pita pink diatasnya. 'anak ini memang paling hafal kesukaanku' batin Seoyong.

"Itu memang salah satu alasan, sih. Tapi alasan intinya karena kemarin ibuku berulang tahun, dan kau kan tidak bisa datang? Jadi dia memintaku mentraktirmu. Kalau mengajak makan bersama dirumah, jadwal dua orang tua itu padat. Jadi mending mentraktirmu saja kan? Tapi, setelah kupikir lagi, daripada mentraktir, lebihbaik aku memberi kau hadiah.." Jelas Yuggyeom setelah terkekeh dengan senyuman lebar.

"Oh... Padahal seharusnya aku yang memberi hadiah. Kalian itu selalu begini sejak dulu. Jadi tak enak. Aku saja kadang tidak memberi kado saat ulang tahun." Senyum sang gadis bersurai panjang itu terpancar dengan indah di wajah mungilnya, membuat sang lawan ikut tersenyum hangat.

Sejenak Seoyong memandangi wajah lelaki yang berstatus sahabat terbaiknya itu,

"Kau masih sakit?"

"Tidak, aku sudah baikkan kok."

"Wajahmu pucat," Seoyong meraba wajah Yugyeom, "kau yakin baik-baik saja?"

Yugyeom menggenggam jemari Seoyong yang sedang meraba wajahnya.

"Aku baik-baik saja, jadi sekarang bukalah kadonya, Hm?" tersenyum setelah menyelesaikan kalimat, berbeda dengan sang gadis yang menarik tangan dan menghembuskan napas kasar.

Mendecak pelan, "wajahmu pucat, Yug..."

"Sungguh aku sudah baikkan." Ujarnya lalu mengedikan kedua bahu.

"Akan ku buka ini dirumah! Aku lapar, ayo makan." Seoyong berdiri lalu melangkah meninggalkan Yugyeom yang langsung menghela napas kasar.

"Aku temani, tadi sudah makan dirumah, masih kenyang.."

Seoyong melipat kedua tangan didepan dadanya. Yugyeom akhir-akhir ini selalu saja menolak makan bersama, bahkan saat membawa cemilan, dia menolak dengan alasan sedang tak berselera, masih kenyang atau alasan menjengkelkan lainnya.

"Ayo!"

Lingkaran erat lengan Yugyeom pada bahu Seoyong, cukup membuat sang gadis menahan hasrat dalam dirinya untuk adu debat lantaran perutnya yang butuh diisi.

**

"Oh, jadi dia memberiku gelang ini?"

'Padahal itu sudah lama sekali, aku bahkan hanya mengatakan menyukainya, bukan berarti ingin memilikinya' batinnya.

Senyum Seoyong masih terpancar setelah memakaikan gelang cantik dengan motif doraemon itu ke tangan kanannya.

Yugyeom sering memberikannya hal-hal manis seperti ini, walaupun Seoyong bukan tipe perempuan yang suka diberi hadiah, namun jika sang sahabat yang memberikan pasti diterima karena selalu cocok dengan selera seorang Ryu Seoyong. Teringat dulu Yugyeom sering memberinya kado namun dia tidak suka hingga memberikan kepada teman-teman sekelasnya. Seoyong tidak suka di beri hadiah terus menerus apalagi hal yang tidak disukainya, kecuali memang penting atau merayakan sesuatu. Yugyeom sudah cukup kebal dengan sikap Seoyong, makanya dia sangat hafal apa yang disukai sang gadis, juga selera gayanya.

Terdengar ketukan di pintu kamar Seoyong, dia tahu itu adalah Bibi Moon, Asisten rumah tangga yang merawatnya sejak sang Ibu masih hidup.

Seoyong lalu melangkahkan kaki menuju pintu untuk membukanya,

"Selamat malam nona."

"Baru datang? Hyun Shik mana?"

"Dia sudah pergi, kan dia ada pekerjaan part time, nona. Ini Bibi membuat Tteok kesukaan Nona, semoga suka"

"Terima kasih.." Seoyong tersenyum sangat manis setelah menerima tteok buatan Bibi Moon. 

Dari umur 3 tahun, Bibi Moon sudah merawatnya walau tidak tinggal dirumah tersebut. Bibi Moon sudah hafal apa yang disukai gadis dihadapannya itu, termasuk soal makanan.

"Ayah Nona belum bisa pulang, katanya masih ada pekerjaan diluar kota. Dia meminta saya menginap untuk menemani Nona."

Seoyong menghela napas, terkekeh miris akan pernyataan Bibi Moon.

"Terima kasih tteoknya, buatan bibi selalu kesukaanku. Istirahatlah."

"Kalau butuh sesuatu tolong panggil Bibi, Nona. Saya permisi."

Seoyong menutup pintu kamarnya setelah memastikan punggung Bibi Moon telah lenyap.

Gadis itu meletakan tteok di meja belajar. Setelah meletakan tteok, dia menghempaskan dirinya dikasur.

Ting!

Seoyong menegakan punggungnya, lalu mengecek notifikasi HPnya.

'Apa kau suka?'

'Terima kasih. Sebagai

bayarannya, aku

akan mentraktirmu

besok!'

'itu kan hadiah dariku, tidak meminta bayaran, Ck!

Tapi tak masalah. Tentang

traktir, bagaimana

kalau sekarang?'

'Aku malas keluar.

Bibi Moon juga

sudah membuatkanku

tteok.'

'Tidak perlu keluar,

kita makan saja dirumahmu.

'Lalu?'

'Buka pintu, aku sudah

didepan! Aku tidak

mau dibukakan oleh

orang lain'

Seoyong sudah terbiasa dengan sikap Yugyeom yang suka tiba-tiba seperti yang satu ini. Dia mengganti pakaian tidurnya, lalu bergegas keluar kamar menuju pintu depan rumah.

"Kenapa harus aku yang buka sih? Kan ada bibi Moon?"

"Aku lebih suka kau yang membukanya!"

Yugyeom langsung melesat masuk menuju dapur tanpa ijin dari Seoyong. Bagi Yugyeom rumah ini seperti rumah kedua baginya. Hampir setiap hari dia dan Seoyong menghabiskan waktu bersama dari kecil hingga kini.

"Aku mau menginap. Boleh ya?"

Seoyong menggeleng mantap.

"Seo.. Sudah lama aku tidak nginap disini..."

Seoyong kembali menggeleng dengan wajah sedikit kesal.

"Seo--"

"Kita sudah besar bodoh! Tidak bisa main nginap-menginap seperti dulu!"

"Aku tidur di sofa sambil menonton TV. Ya?"

"T-I-D-A-K. "

"Please.. Eoh?"

"Tidak Yug! Apa harus ku ulang?"

Yugyeom mendengus sebal. Sejemang ia berharap dapat menjadi anak kecil lagi agar bisa lebih leluasa bersama Seoyong.

"Baiklah, baiklah. Jangan memasang wajah seram begitu. Cantikmu jadi hilang. Jam 10 aku pulang. Oke?"

"Hm. Tentang traktiran, kenapa kau baru mau menerimanya? Kemarin-kemarin kau selalu menolak."

"Aku memang lagi tidak berselera saja kok waktu kau mengajakku. Aku mau Ramyeon sekarang." Senyum puppy yang Yugyeom pancarkan membuat gadis dihadapannya menggeleng kepala, 'masih seperti dulu' batin Seoyong.

Membuat ramyeon dengan cepat, gadis bersurai hitam itu lalu menyajikannya dengan segelas Jus Jeruk tanpa bertanya pada sahabat lelakinya, dia sudah hafal apa yang disukainya.

Seoyong menatap sahabatnya yang sedang melahap ramyeon buatannya, lalu mengambil HPnya mengecek beberapa notifikasi.

Selama menikmati ramyeon, mata Yugyeom tak lepas dari tangan kanan Seoyong yang sibuk mengotakatik HPnya. Gelang yang Ia berikan sudah langsung tergantung di tangan sahabatnya itu. Senyum diwajahnya tak dapat di sembunyikan apalagi melihat Seoyong yang tiba-tiba mengambil tissue dan membersihkan setiap sudut bibirnya.

"Sudah besar, masih saja makan belepotan. Pantas tidak punya pacar, Ck!" ucap Seoyong remeh dengan nada yang dibuat-buat,

"Tidak perlu, Tidak tertarik."

Setelah membersihkan peralatan makan, Seoyong dan Yugyeom menonton acara di TV yang sebenarnya tak minat, namun paling tidak itu lebih baik untuk membunuh waktu.

Pukul 10 lewat 7 menit, Seoyong mengantar sahabatnya ke depan pintu ,

"Terima kasih gadis manis." Ujar Yugyeom sambil mengelus kepala Seoyong.

"Terimakasih juga sudah menemaniku. Hatihati dijalan."

setelah memeluk Seoyong, Yugyeom menuju mobil sedan hitamnya.

*

*

*

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK😉

Cerita ini sudah ada di ******* dan STORIAL💜

WITH LOVE,

KEKE 💜

Download MangaToon APP on App Store and Google Play

novel PDF download
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download MangaToon APP on App Store and Google Play