NovelToon NovelToon
Gus Lukman & Syafa

Gus Lukman & Syafa

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda / Beda Usia / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:127.1k
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Namanya Ahmad Lukman Al hafiz
Seorang gus yang terkenal dengan hukuman yang tidak main main dan sedikit kejam. Seorang gus yang dingin, cuek dan galak. Mendapatkan julukan Gus galak dari para santri termasuk seorang santriwati yang sangat sering berurusan dengan gus Lukman.

Namanya Syafa Aisyah
Gadis cantik yang terkenal dengan tingkahnya yang sangat bandel, membuat siapa saja yang berurusan dengannya harus ekstra sabar dan bagi para santri di pesantren syafa hanya santri yang susah di atur. Namun belum banyak yang tau sisi lain dari dirinya yang terjadi dimasa lalu.

Siapa sangka suatu insiden yang membuat gus Lukman dan syafa harus hidup sebagai pasangan suami istri.

"Mau pamer sama senja, kalau gus lebih indah dari dia."

"Mimpi apa saya semalam sapai dapat istri bandel seperti kamu."

"Syafa boleh nyerah ngak Gus, Syafa capek."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 035

Plashback on

Saat ini ruangan dengan nuansa putih itu terdapat dua anak manusia yang akan segera menjadi pasangan suami istri menyempurnakan agama mereka, terlihat perempuan yang sebenar lagi akan mengganti statusnya sebagai sorang istri dari Gus Lukman yang sering menghukumnya, dia tidak pernah berfikir akan menikah di usia yang mudah yaitu 19 tahun dan usia Lukman yang hanya terpaut tiga tahun yaitu 22 tahun, menikah dengan umur yang masih mudah punya tantangan sendiri dalam berumah tanggah.

"Saya sudah berbicara dengan ayah dari Syafa untuk menyerahkan hak wali nikah putrinya kepada saya." Ucap penghulu itu sambil menatap Kiyai Zaen yang berada di depannya. Ayah Syafa memang sudah menyerahkan hak wali nikah putrinya pada penghulu ini beberapa waktu lalu saat ia akan berangkat ke rumah sakit bersama ustadz Kalasa.

"Syukurlah jika seperti itu," Jawab Kiyai Zaen sambil tersenyum.

"Apa bisa kita mulai? Atau masih ada yang ditunggu?," Tanya penghulu itu kepada semua orang yang ada di ruangan itu, ada Kiyai Zaen, ustadz Kalasa, Gus Lukman, Umi Salma dan Syafa, beserta satu dokter laki-laki sebagai saksi pernikahan ini, walaupun sudah ada ustadz Kalasa sebagai saksi namun lebih baik jika ada saksi lainnya.

"Ah, tentu saja pak dimuliakan saja." Jawab Kiyai Zaen.

Posisi saat ini mereka duduk di kursi samping bangsal Syafa yang sudah didandani tapi tidak terlalu tebal oleh Umi Salma, penghulu itu mulai memperbaiki posisi duduknya yang saat ini didepannya ada Gus Lukman sebagai pengantin laki-lakinya.

"Apakah sodara sudah siap?" Tanya penghulu itu kepada Gus Lukman.

"Ya, saya sudah siap." Jawab Gus Lukman.

"Baiklah, mau menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Arab ijab qobulnya?"

"Menggunakan bahasa Arab."

"Baiklah, jabat tangan saya, mari kita mulai." Ujar penghulu itu.

"Bismillahirrahmanirrahim, Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Syafa Aisyah binti Alvian Alexander Adnan alal mahri surah Ar-Rahman hallan."

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril mazdkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq." Jawab Gus Lukman dengan satu nafas saja.

"Alhamdulillahi robbil alamin."

Plashback of

Syafa masih menunggu respon dari kedua temannya yang sama sekali belum bereaksi apapun, dia takut jika keduanya marah kepadanya karena menyembunyikan ini.

Duggg

Brakkk

Keduanya memukul meja secara bersamaan, membuat beberapa orang termasuk Syafa sendiri terpelojak kaget.

"Eh? Astaghfirullah kalian ais." Kata Syafa. "Afwan ukhti-ukhti." Lanjutnya. Melihat sekitarnya yang memperhatikan mereka bertiga.

"Afwan Syafa." Jawab keduanya.

"Jadi sekarang kamu udah jadi istri? Istrinya Gus galak tapi tampan itu? Jadi kamu menantu Kiyai Zaen dan Umi Salma?" Cecar Anjani. Tenang saja suara mereka tidak keras, jadi tidak akan di dengan orang lain.

"Iya!" Jawab Syafa singkat.

"MasyaAllah, bestie aku ternyata udah jadi istri." Ujar Isyana pelan. Memeluk Syafa dari samping.

"Kalian ngak marah?" Tanya Syafa.

"Loh! Marah kenapa? Kita malah senang dan bersyukur karena teman kita dapat laki-laki yang udah pasti bisa bimbing kamu sampai ke jannahnya." Jawab Anjani. "Walau kita patah hati sedikit sih! Tapi ngak apa-apa kok, heheh." Lanjutnya.

"Aduhh, pokoknya selamat buat kamu. Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir.” Artinya: mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik dalam suka maupun duka dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan.

AAMIINNN

"Ciee, pantasan ngak pernah mampir lagi ke asrama." Ujar Isyana. "Ternyata udah punya suami." Lanjutnya.

"Kham! Syafa." Panggil Anjani. Dengan mimik wajah serius menatap lekat mata Syafa, sedangkan yang ditatap hanya mengangkat satu alisnya tanda bertanya.

"Gus Lukman udah kasih salam ngak?" Tanya Anjani. Syafa yang mendapat pertanyaan itu bigung.

"Salam? Maksudnya?" Tanyanya kembali.

"Iss! Salam itu loh Syafa! Masa kamu ngak tau!" Celetuk Isyana. Merasa geram dengan kelemotan Syafa.

Syafa yang mendengar itu hanya menghela nafas pelan, kemudian kembali memahami apa yang ditanyakan kedua temannya. Setelah beberapa detik memahami Syafa membulatkan matanya.

"Iss! Ngapain tanya itu sih! Ngak ada pertanyaan lain apa? Skip ajah." Kata Syafa dengan kesal.

Sedangkan kedua temannya hanya terwah, merasa senang menjahili istri dari Gus Lukman ini.

"Masa Gus Lukman belum bilang assalamu'alaikum yababarahman! Padahal kan udah halal." Jelas Anjani. Menaik turunkan alisnya, menjahili Syafa seperti akan menjadi hobinya.

Sedangkan Syafa yang mendengar itu pipinya merah tanda dia sedang salting, bagaimana tidak salting kedua temannya malah membahas privasi bagi yang sudah menikah.

###

Terkadang kamu harus menyerah, bukan karena berhenti mencintai. Tapi karena terlalu berharap hanya akan membuat dirimu kian terluka.

Mungkin itulah kata yang pas untuk sosok perempuan yang berniqab, siapa lagi jika bukan Ning Fitri. Dia sadar bahwa Gus Lukman tidak akan pernah dia miliki, tidak akan pernah.

"Assalamu'alaikum Ning." Salam seorang laki-laki.

Ning Fitri sedikit kaget dari lamunannya. "Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarokatuh, ustadz Brama?" Tanyanya.

"Na'am, saya tidak sengaja lewat lalu melihat Ning yang seperti sedang melamun." Jawab ustadz Brama.

Saat hendak kembali ke asrama putra, dia tak sengaja melihat Ning Fitri yang termenung dengan pandangan kosong.

"Bagaimana mengajar anak-anak disini? Apa jadi pembina susah Ning?" Lanjutnya. Sedikit basah basi kan.

"Alhamdulillah semua santri disini menyenangkan dan ana suka jadi pembina disini." Jawabnya. Menyipitkan matanya tanda dia sedang tersenyum dibalik niqabnya.

Ustadz Brama yang mendengar itu tersenyum. "Alhamdulillah jika seperti itu." Ujar ustadz Brama.

"Afwan ustadz, apa boleh ana bertanya sesuatu pada ustadz?" Tanya Ning Fitri. Menundukkan kepalanya lalu meremas pelan jari-jari tangannya.

"Tentu saja, silahkan." Jawab ustadz Brama.

"Apa ustadz tau tentang Gus Lukman dan Syafa sudah menikah?" Tanyanya. Tetap menunduk, karena mereka bukan mukhrim.

Ustadz Brama yang mendengar ucapan Ning Fitri terdiam beberapa saat, lalu mengambil nafas dalam kemudian menjawab.

"Sudah Ning, saya sudah tau." Jawab ustadz Brama. Merasa sedikit kasian dengan Ning Fitri.

Ning Fitri hanya mengganguk. "Sudah berapa lama mereka menikah?" Tanyanya lagi.

"Sudah menjelang tiga minggu Ning." Jawab ustadz Brama. "Ning afwan, mencintai seseorang dengan setulus hati. Tidak akan menjamin bahwa dia akan membalas cintamu, jadi jangan terlalu berharap." Lanjutnya.

Ning Fitri yang mendengar itu hanya diam, dia tidak tau harus menjawab seperti apa perkataan ustadz Brama.

"Ustadz, aku membenci diriku sendiri karena telah begitu mencintainya, tapi aku lebih benci saat mengetahui bahwa dia tidak mencintaiku sama seperti aku mencintainya." Ujarnya dengan suara pelan. Dia tidak tau apa dia bisa mengikhlaskan Gus Lukman untuk perempuan lain, apa dia bisa? Apa dia mampu? Demi apapun ini sangat sulit dia terima.

"Ning, memang bukan suatu larangan untuk berharap. Namun sebaiknya jangan terlalu berharap lebih terhadap apapun, sebab menaruh harapan terlalu besar hanya akan membuatmu kecewa nantinya." Tutur ustadz Brama. Dia tidak tau cara menasehati orang yang lagi patah hati, tapi dia akan berusaha semampunya untuk memberikan nasehat walaupun dia sendiri tidak tau apa-apa tentang cinta bertepuk sebelah tangan.

"Berharap boleh saja tapi sewajarnya. Ingatlah Tuhan adalah sebaik-baik tempat kita berharap. Jangan sampai kamu berharap lebih pada manusia. Sebab jika harapan yang kamu inginkan tidak sesuai keinginan, maka kamu akan merasakan sakit hati, sedih, dan kecewa." Lanjutnya.

Ning Fitri hanya diam, merenungi setiap ucapan ustadz Brama.

"Afwan Ning, saya pamit duluan." Pamitnya.

"Assalamualaikum." Setelah itu ustadz Brama pergi dari sana.

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."

###

Di rumah Syafa sibuk membereskan rumah, dari mulai mencuci pakaian kotor, menyetrika pakaian yang sudah bersih, menyapu dan mengepel lantai rumahnya dari ujung ke ujung, lalu merapikan tempat tidur dan masih banyak lagi.

Sedangkan Gus Lukman masih belum kembali, saat ini Syafa sedang membereskan kamar dia dan Gus Lukman. Dari mengganti seprei lalu merapikan lemari pakaian.

Saat sedang sibuk membereskan dia tidak sadar bahwa sedari tadi seseorang sedang memperhatikan gerak geriknya, terseyum melihat bagaimana istrinya dengan lehai membereskan kamar mereka.

Kham

"Assalamu'alaikum istri." Salam Gus Lukman. Perlahan menghampiri istrinya.

"Wa'alaikum salam mas, dari kapan pulangnya?" Tanya Syafa.

Mencium punggung tangan suaminya, lalu dilanjutkan Gus Lukman yang mencium kening Syafa dengan lembut.

Cup

"Baru saja." Jawab Gus Lukman. Duduk di tepi kasur melihat istrinya kembali menata pakaian yang sudah di lipat lalu disimpan ke dalam lemari.

"Mas mau mandi? Sudah makan siang?" Tanyanya. Setelah membereskan semua pakaian, dia perlahan duduk di samping suaminya.

"Mas sudah makan di kantin bareng ustadz Kalasa dan Brama, kamu sudah makan siang kan? Ngak nungguin mas kan?" Cecar Gus Lukman.

"Alhamdulillah Syafa udah makan tadik di kantin asrama." Jawab Syafa.

Gus Lukman mengambil tangan Syafa untuk dia genggam, memainkan jari-jari mungil istrinya.

"Baguslah, mas mau mandi dulu." Katanya. Mengusap ubun-ubun Syafa, lalu masuk ke kamar mandi.

Sedang Syafa menyiapkan pakaian untuk Gus Lukman, dia memilih pakaian santai karena Gus Lukman tidak akan keluar rumah lagi.

Beberapa menit setelah Gus Lukman mandi, dia tidak mendapati istrinya di kamar. Hanya ada pakaian di atas kasur lalu segera memakainya, setelah itu dia turun ke lantai satu untuk mencari sang istri dan benar saja Syafa sedang duduk di sofa dengan mulut yang sibuk mengunyah snack dan TV yang menyala.

Syafa masih belum sadar akan kehadiran Gus Lukman, pernah Gus Lukman duduk di sebelah Syafa. Melihat Syafa yang memakan snack itu, sebelum benar-benar masuk kedalam mulut istrinya Gus Lukman dengan cepat mendekatkan wajahnya ke Syafa lalu menggigit sedikit snack itu.

Crunch

Dengan bangga Gus Lukman tersenyum, sedang Syafa terdiam masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Syafa." Panggil Gus Lukman.

"Eh! Astaghfirullah mas! Ngapain sih tadi! Terus kapan mas disini?"

"Dari tadi, tapi kamu tidak sadar." Jawab Gus Lukman. Terseyum manis, lalu mengusap pelan pipi Syafa yang chubby. "Bantu mas keringin rambut." Lanjutnya.

Syafa tidak membantah, menyimpan snacknya di meja lalu mengambil alih handuk kecil yang di berikan suaminya.

"Duduk di bawah mas." Pintanya. Lalu Gus Lukman duduk dibawah dengan Syafa di sofa, mengerikan rambut suaminya adalah hal yang paling Syafa suka.

"Tadi mas liat kamu dan Ning Fitri saat membersihkan, apa ada sesuatu terjadi?"

"Iya, tapi Syafa ngak sengaja kok tadi."

Plashback on

"Terus Ning mau ana bagaimana? Ana juga sudah minta maaf." Kata Syafa. Sedikit lelah karena Ning Fitri terus memperpanjang masalah yang tidak perlu di besar-besarkan.

"Hari ini saya malas berurusan dengan kamu! Minta maaf yang benar." Jelasnya lagi.

"Ana minta maaf Ning, ana benar-benar tidak sengaja tadi." Kata Syafa.

"Dengar yah Syafa, jangan mentang-mentang kamu menantu Kiyai Zaen. Kamu seenaknya disini!" Ning Fitri sepertinya benar-benar mencari masalah sekarang.

Kedua teman Syafa yang mendengar ucap Ning Fitri kaget dan tidak paham apa yang di maksud oleh menantu Kiyai Zaen, sedangkan Syafa sudah ketar ketir dibuatnya, melihat sekitarnya takut santri lain mendengar apa yang telah di ucapkan Ning Fitri dan syukur saja semua santri putri sepertinya tidak mendengar. Terbukti dari mereka yang sangat fokus menyelesaikan kegiatan bersih-bersih mereka, tapi yang menjadi masalah adalah kedua temannya.

"Ning, jangan melibatkan masalah pribadi." Ujar Syafa. "Jika Ning masih kesal atas kejadian tadi ana benar-benar minta maaf, tapi jangan melibatkan masalah pribadi Ning." Lanjutnya.

"Kenapa? Kau takut jika temanmu tau? Atau jangan-jangan mereka memang tidak tau?" Tanya Ning Fitri.

"Ning Fitri! Cukup!" Jelas Syafa. Dia menatap kedua temannya, memberi isyarat bahwa dia akan menceritakannya.

"Hahah, kau takut Syafa? Dengar kalian berdua, temanmu ini sudah me..." Belum selesai berbicara. Perkataannya sudah di potong oleh Syafa.

"NING! SUDAH CUKUP!" Tegas Syafa. Tidak peduli jika dia meninggikan suaranya di depan gurunya sendiri.

"Berani kamu meninggikan suara mu Syafa! Tidak punya adan kamu? Ha!" Ujar Ning Fitri. Semakin tidak menyukai Syafa. Setiap kali dia mencoba untuk mengerti, dan mengikhlaskan Gus Lukman itu sangat sulit baginya.

"Afwan Ning, tapi Ning Fitri yang mulai dulu." Kata Syafa. Kembali mengatur nafas secara perlahan.

"Kau benar-benar tidak punya ada terhadap guru mu Syafa." Ucap Ning Fitri. "Seperti ini ilmu yang kau dapat selama belajar disini?" Lanjutnya. Menatap tajam Syafa.

Huft

"Syafa, sabar." Ujar kedua temannya dengan pelan. Mengusap punggung Syafa dengan maksud untuk menenangkan Syafa yang terlihat emosi, bukan terlihat tapi memang sudah emosi.

"Afwan Ning, menjadi orang yang berlilmu itu penting. Tapi menjadi orang yang beradab itu jauh lebih penting, sebab tak ada ilmu yang didapat tama adab yang mendahului." Ucap Syafa dengan tenang. "Syafa bakal hargai Ning sebagai guru Syafa disini, tapi jika Ning sendiri tidak bisa menghargai orang lain. Untuk apa menjadi orang agamis jika tidak bisa menghargai orang lain?" Lanjutnya.

Plashback of

1
Dilema Wella
Buruk
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum,
salken, thor
Rosma Niyah: wa'alaikum salam, salken balik
total 1 replies
Ran Tea
Luar biasa
Nurma Yani
☺️ happy ending
Nurma Yani
Hedehhh
#ayu.kurniaa_
.
Micke Rouli Tua Sitompul
pelakor di mana2
Rosma Niyah: enaknya pelakor di apa in?
total 1 replies
Juju M
ini beneran cuman sampe sini ajah ceritannya KA 🥺
Rosma Niyah: khamm, masih mikir-mikir buat lanjut sihh
total 1 replies
yoongi kocheng
ning jangan korbankan sifatmu, walaupun apa yg kamu kenakan itu berbeda dengan sifatmu, tapi banyak yg mengukur paka yg dikenakan akan selaras dengan sifat, tolong jangan nodai kain tipis yg menutup wajahmu.
Rosma Niyah: bener banget
total 1 replies
yoongi kocheng
beneran gus suka sama syafa?
Rosma Niyah: iya dong, kan Syafa cinta pertamanya Gus
total 1 replies
andimluv
Haloo Kak Nyam, aku suka novel ya Kakak. Mampir juga ya Kak ke karya ku yg berjudul, TUNANGANNYA USTADZ MUDA. /Smirk/
Rosma Niyah: InsyaAllah, siap
total 1 replies
Piet Mayong
moga aj beneran taubatan nasuha bukan tobat sambel..
Rosma Niyah: hahahh, iya
total 1 replies
Piet Mayong
kuat iman juga y gus...
Rosma Niyah: InsyaAllah
total 1 replies
N@r@
🤣🤣🤣🤣sebel banget klo lgi ngomong langsung dipotong
Rosma Niyah: bener banget
total 1 replies
Piet Mayong
hahaha...
ada ada aj kamu ning....
sana pulang belajar lagi, atau g buka bukunya jgn dijdikan pajangan lemari kaca..
Rosma Niyah: bener banget
total 1 replies
Piet Mayong
PR buat mu itu gus...
ambil tindakan apa kamu sama si ning nong neng gong itu...
Rosma Niyah: kasian ya ning Fitri
total 1 replies
Piet Mayong
ilmunya ning cadar sekalinya cetek amat y
Rosma Niyah: hahahhh iya
total 1 replies
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor
Rosma Niyah: terimakasih
total 1 replies
Henni Meidiyati
typo byk, kelebihan huruh tadi jd tadik dll
Rosma Niyah: maaf ya, soalnya masih pemula, masih belajar soalnya/Smile/
total 1 replies
Erika Solis
Maafin aku udah nunda untuk membaca nih novel, penyesalan banget!
Rosma Niyah: lanjut lagi bacanya
Rosma Niyah: lanjut lagi bacanya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!