NovelToon NovelToon
Jejak Sang Killer

Jejak Sang Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ari Wulandari

Ketika sebuah video mengerikan yang menampilkan mayat manusia yang disiksa dan dibunuh diunggah di internet, polisi tidak memiliki petunjuk apapun mengenai siapa sebenarnya sang pelaku. Mereka meminta bantuan Agam, seorang profiler jenius yang juga seorang profesor termuda di salah satu universitas terkemuka.
Agam menerima tantangan itu. Namun ia tidak menyangka bahwa kasus ini akan membawanya ke masa lalunya yang kelam. Adiknya, Fahmi, menghilang secara misterius beberapa tahun yang lalu, dan sampai detik ini Agam tidak pernah tahu bagaimana nasib adiknya itu.
Apakah ada kaitan antara pembunuh berdarah dingin yang mengunggah video-video maut itu dengan hilangnya Fahmi?
Demi bisa mengungkap segalanya, Agam harus berhadapan dengan kebenaran yang mengejutkan dan menakutkan, sebelum nyawanya sendiri menjadi taruhan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ari Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Puluh Enam | The Hope Orphanage

“Ini ... ini memanglah Fahmi ....”

Agam sontak membeku di tempat. Dengan napas yang tercekat, ia menatap Jo Yosef, “tidak mungkin,” bisik Agam, lebih kepada dirinya sendiri daripada ke siapa pun yang ada di ruangan itu. “Ini tidak mungkin benar.”

Jo Yosef, dengan tatapan yang tajam dan penuh makna, kembali menunjuk ke foto yang dipegang Agam. Lalu dengan suara tenang, lagi-lagi ia berkata, “aku tidak mungkin salah. Orang yang ada di dalam foto benar-benar Fahmi. Terserah kau ingin percaya atau tidak, tapi dulu hubungan kami cukup dekat layaknya saudara.”

Tidak ada keraguan dalam suaranya. Begitu pun pancaran matanya. Yang berarti bahwa Jo Yosef tidak berbohong dengan apa yang ia ucapkan.

Akibatnya, Agam merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Terjadi sebuah pertempuran hebat dalam batinnya, antara menolak kebenaran atau menghadapi realitas menyakitkan yang tak terelakkan.

“Tunggu, jangan bilang kalau keluarga yang mengadopsi Fahmi adalah orang tuamu?” duga Jo Yosef, menyadari keanehan dari mimik wajah Agam. Namun Agam tak langsung menjawab. Pikirannya saat ini sedang berkecamuk. “Astaga, jadi itu benar? Sial. Aku sama sekali tidak menyangkanya. Dan kau ... sepertinya tidak mengetahui hal itu?”

“Orang tuaku telah meninggal dunia. Dan mereka berdua tidak pernah ....” Agam tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia terlalu syok. Bagaimana mungkin orang tuanya menyembunyikan hal ini darinya?

Semasa hidup, kedua orang tua Agam sangatlah penyayang dan penuh cinta. Terlebih kepada anak-anaknya. Saat itu Agam tidak merasa ada yang aneh terhadap perlakuan mereka berdua kepada dirinya dan juga Fahmi. Kedua orang tuanya begitu tulus menyayangi dan mencintai Fahmi, sama seperti mereka berdua memperlakukan Agam. Bahkan sama sekali tidak tampak bahwa Fahmi sebenarnya adalah anak yang diadopsi oleh orang tuanya. Ia tumbuh besar menjadi sosok anak yang sangat ceria dan disayang oleh semua anggota keluarga. Khususnya Agam.

“Katakan padaku sekarang juga. Apa yang terjadi pada Fahmi?” tanya Agam.

Mendadak ditanyai seperti itu, Jo Yosef tergagap. “Umm ... itu ....”

“Cepat katakan!” Desak Agam, tanpa sadar menggebrak keras meja di hadapannya.

Jo Yosef terkesiap kaget, dan langsung menjawab pertanyaan Agam. “Intinya, dia juga berasal dari Panti Asuhan Harapan.”

Agam sungguh tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Jo Yosef. Membuat emosinya naik dan ingin memukul wajah Jo Yosef berkali-kali sampai ia mengatakan semua hal yang ingin Agam ketahui. Tapi karena tak ingin menimbulkan masalah baru, dengan mencampur adukkan antara urusan pribadi dan pekerjaan, sebisa mungkin Agam menahannya.

“Aku ... jujur saja, aku tidak tahu bagaimana detailnya,” ucap Jo Yosef dengan suara pelan, mencoba menghindari tatapan mematikan milik Agam. “Kenapa kau tidak pergi ke panti asuhan itu sendiri dan mencari tahu? Aku yakin, pasti masih ada banyak informasi yang bisa kau dapatkan di sana.”

Agam lagi-lagi tak menjawab. Ia masih menahan emosinya agar tak meledak. Dan karena tak ada informasi apapun yang bisa ia dapatkan dari Jo Yosef, Agam keluar dari ruangan interogasi dan bergegas menemui Detektif Han yang sedang berada di ruang kontrol bersama Jasmine.

“Kita ke Panti Asuhan Harapan sekarang juga. Akan lebih cepat bagi kita untuk menemukan petunjuknya sendiri.” Cetus Agam, ekspresinya terlihat campur aduk.

“Dilaksanakan Kapten!” patuh Detektif Han. “Dan akan ku pastikan kalau kita akan tiba di sana dalam waktu yang singkat.”

“Baiklah, karena sudah diputuskan, kalian berdua pergilah. Aku akan tetap di sini. Masih ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Jo Yosef.” Kata Jasmine.

“Sayang sekali Anda tidak bisa ikut, Prof,” sesal Detektif Han, dan Jasmine hanya tertawa sembari menepuk pelan bahu Detektif Han.

“Jika ada apa-apa kami akan menghubungimu,” kata Agam, Jasmine mengangguk.

Agam kemudian meraih jaketnya dari sandaran kursi dan keluar dari ruang kontrol diikuti oleh Detektif Han di belakangnya.

Jika sebelumnya Agam menolak untuk satu mobil dengan Detektif Han akibat rasa traumanya terhadap cara Detektif Han mengendarai mobilnya, kali ini Agam justru membutuhkan keahlian Detektif Han, untuk membawa dirinya secepat mungkin ke Panti Asuhan Harapan. Ia sudah tidak sabar ingin mencari tahu apa sebenarnya yang telah terjadi, dan ada rahasia apa dibalik semua kasus pembunuhan yang terjadi, yang mana ke semuanya itu berkaitan dengan Panti Asuhan Harapan. Termasuk mencari kebenaran tentang Fahmi, dan alasan dibalik insiden menghilangnya sepuluh tahun yang lalu.

...***

...

“Hyeong ... aku harus pergi ... jika tidak ....”

Agam yang setengah tertidur selama di perjalanan, tampak menggeliat gelisah di tempat duduknya. Bulir-bulir keringat kembali memenuhi keningnya. Agam memimpikan Fahmi. Hari di mana Fahmi pergi dan menghilang untuk selamanya, kembali menghantuinya di dalam mimpi.

“Tidak, Fahmi ... kau tidak bisa pergi seperti itu ... aku mohon, jangan pergi ....”

Agam meracau. Kedua tangannya meremas kuat pergelangan tangannya yang lain. Dadanya terasa sesak, diiringi dengan suara-suara gemetar ketakutan yang keluar dari bibir Agam, memanggil-manggil nama Fahmi.

Hingga sebuah benda dingin menempel di pipi Agam, membuat Agam yang masih dalam keadaan tidak sadar, terkesiap kaget, dan bangun dari tidurnya.

“Maaf, Seonbae. Sepertinya aku membuatmu kaget.”

Agam menoleh ke arah Detektif Han yang sedang berdiri di luar mobil sambil memegang sebuah minuman dingin di tangannya. Jadi benda itu yang membangunkan tidurnya. Agam menarik napas beberapa kali untuk menetralisir perasaannya yang masih sedikit kacau akibat mimpi buruk yang dialaminya barusan.

“Kau tampak sangat lelah, Seonbae. Apa kau baik-baik saja?” tanya Detektif Han, nampak cemas.

Agam mengangguk. “Aku baik. Hanya sedikit bermimpi buruk.”

Detektif Han lalu mengulurkan minuman es kopi kepada Agam melalui jendela pintu mobil yang terbuka lebar.

“Kita sebenarnya sudah sampai dari tadi. Tapi karena kau terlihat kelelahan, jadi aku mampir sebentar untuk membeli kopi. Ini es kafe latte. Hanya itu satu-satunya minuman yang mereka jual di sini.” Jelas Detektif Han.

“Oh, jadi kita sudah sampai?” Agam mengedarkan pandangannya ke sekitar, dan menyadari bahwa mereka memang telah berada di Jinnyang sekarang. Rupanya ia telah tertidur cukup lama selama perjalanan.

Agam menerima minuman pemberian dari Detektif Han, dan turut keluar dari mobil. “Terima kasih untuk minumannya.”

Detektif Han mengedikkan bahu. “Tidak masalah.”

“Jadi ...,” Agam melangkah pelan beberapa meter dari mobil terparkir, mendekat ke arah salah satu bangunan yang terlihat agak sedikit suram, dengan ilalang liar yang tumbuh subur di pekarangan, serta tanaman merambat yang menjulur ke hampir setiap sudut dan sisi bangunan yang sudah mulai tampak reyot. “... inikah Panti Asuhan Harapan itu?”

Detektif Han mengikuti langkah Agam dan berhenti tepat di sampingnya. Mata elangnya menangkap papan kayu tua yang sebagian sudah lapuk dimakan rayap, bertuliskan;

...‘Panti Asuhan Harapan’

...

“Ini benar tempatnya, Seonbae.”

...***

...

1
SUCIATI -
bolak balik blm ada update kk
Kirana~
Sedikit koreksi.
Tidak boleh memegang mayat tanpa sarung tangan. Selain dapat merusak barang bukti dengan sidik jari, bisa juga tertular penyakit dari mayat.
haku gaming
reccomended bnget buat yang suka novel detektif dgn jln cerita yang beda!
love it!
haku gaming
kasian agam, kyk kena panik attack gitu gak sih?
Adam zaheer
dududu...lnjut bosq! jgn bkin penasaran sma klnjutan crtanya...
Adam zaheer
menyala professor Agam!
Adam zaheer
aku datang lagi! wah Makin seriously aja nich critanya...
haku gaming
wah jadi mkin gak sabar ma masa lalunya fahmi. cepetan lanjut thor!
haku gaming
jangan2 fahmi ini bkn sodaranya agam
haku gaming
next,next, next!
haku gaming
Rese' juga nih pak polnya./Speechless//Speechless/
Adam zaheer
seorang Agam dilawan 😂😂
Adam zaheer
Agam ma yeon woo pacaran ya?
Adam zaheer
kereen Thor! lanjut!
Adam zaheer
hahaha🤣🤣
Adam zaheer
yayyaya...ggogoo Agam!
Adam zaheer
lanjutkan Thor!
Adam zaheer
wah..kereen. ni authornya pernah jadi dokter forensik app gmn ya?
haku gaming
kali ini agak2 merinding disko bacanya. kereen! next...
haku gaming
ngeriii!! the redroom vibes
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!