NovelToon NovelToon
Bunga Plum Diatas Luka

Bunga Plum Diatas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Action / Romantis / Obsesi
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: NurfadilaRiska

Dibawah langit kerajaan yang berlumur cahaya mentari dan darah pengkhianatan, kisah mereka terukir antara cinta yang tak seharusnya tumbuh dan dendam masa lalu yang tak pernah padam.

Ju Jingnan, putri sulung keluarga Ju, memegang pedang dengan tangan dingin dan hati yang berdarah, bersumpah melindungi takhta, meski harus menukar hatinya dengan pengorbanan. Saudari kembarnya, Ju Jingyan, lahir dalam cahaya bulan, membawa kelembutan yang menenangkan, namun senyumannya menyimpan rahasia yang mampu menghancurkan segalanya.

Pertemuan takdir dengan dua saudari itu perlahan membuka pintu masa lalu yang seharusnya tetap terkunci. Ling An, tabib dari selatan, dengan bara dendam yang tersembunyi, ikut menenun nasib mereka dalam benang takdir yang tak bisa dihindari.

Dan ketika bunga plum mekar, satu per satu hati luluh di bawah takdir. Dan ketika darah kembali membasuh singgasana, hanya satu pertanyaan yang tersisa: siapa yang berani memberi cinta di atas pengorbanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurfadilaRiska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Toko Ramuan dan Rahasia Jingyan

Kota Yunxi — Toko Ramuan

“Ayo,” Ling An melirik ke arah Jingyan. Bersama-sama mereka masuk ke toko ramuan dan mulai mencari bahan-bahan yang mereka perlukan.

Jingyan tahu semua toko di Yunxi, tapi ia berpura-pura bertanya pada Ling An, hanya untuk bisa berada lebih lama di dekatnya. Gadis itu tersenyum tipis di belakang Ling An, menyimpan rasa senangnya sendiri.

Pemilik toko menyambut mereka dengan ramah.

“Tabib Ling An, selamat datang!”

Jingyan bergumam pelan, setengah tak percaya.

“Benar-benar… katanya baru beberapa hari di kota Yunxi, tapi sudah dikenal di seluruh kota…” Ia menggaruk kepalanya, meski tidak gatal.

Ling An menoleh, mendengar suara itu samar-samar.

“Kau mengatakan sesuatu?”

Pemilik toko ikut menoleh, memperhatikan gadis di belakang Ling An.

“Putri ke...” tabib itu mulai bicara, tapi Jingyan cepat memotong.

“Paman! Kita bertemu lagi,” sapa Jingyan sambil menundukkan tubuhnya sedikit. Senyumnya sopan, tetapi di balik hanfunya, dua jarinya bergerak cepat memberi kode halus agar sang pemilik toko tidak membuka mulut terlalu lebar.

Pemilik toko itu lelaki tua berhidung besar dengan jenggot tipis yang selalu tampak bergetar kalau ia terlalu bersemangat dan dia sudah hampir mengucapkan sesuatu. Bibirnya sempat terbuka, namun begitu melihat isyarat Jingyan, ia tersedak kecil dan langsung mengangguk kikuk.

“Oh, ah—ya, ya! Tentu saja, tentu saja… selamat datang, selamat datang…” katanya dengan nada yang berubah lebih… terkontrol.

Ling An yang berdiri di sebelah Jingyan mengedarkan pandangannya. Toko itu dipenuhi aroma herbal hangat, perpaduan akar-akaran kering dan ramuan bunga. Cahaya lentera memantulkan warna keemasan pada botol-botol kaca yang berderet di rak kayu tua. Ia tampak begitu tenang, tidak curiga sama sekali.

Dan itu justru membuat dada Jingyan makin sesak.

Kalau sampai ketahuan bahwa ia sebenarnya sudah hafal dengan isi toko ini… bahwa ia sudah terlalu sering datang untuk membeli bahan obat… Wajahnya pasti memanas sampai merah seperti arang panas.

Ia bahkan bisa membayangkan Ling An menatapnya dengan senyum geli—“Jadi, kau sudah tahu tempat ini ya? Bahkan sering kemari. Padahal tadi kau bilang tidak tahu toko ramuan terbaik di kota Yunxi.”

Hanya membayangkan kalimat itu saja membuat telinganya panas.

Jingyan menelan ludah. Tidak boleh. Tidak hari ini.

“Ling An, silakan pilih ramuan yang kau cari,” ucapnya, berusaha terdengar setenang mungkin. “Paman di sini pasti bisa membantu.”

Pemilik toko yang hampir saja menambahkan, “Ah, putri, bukannya dulu sering....” pemilik toko itu langsung terdiam saat Jingyan melemparkan tatapan tajam padanya.

Lelaki tua itu berdeham gugup, lalu buru-buru membungkukkan punggungnya dan pura-pura sibuk menata ulang ikat akar ginseng yang menggantung, iris-iris huángqí di piring bambu, serta gulungan daun qīngyè yang mulai mengering. Gerakannya terburu-buru sampai beberapa serpihan akar berjatuhan ke lantai.

“Ah—ya, ya! Bahan obat harus ditata rapi… rapi sekali…” gumamnya panik, jelas hanya mencari alasan agar tidak mengucapkan satu kata pun lagi yang bisa membuat Putri Jingyan menatap tak suka padanya.

"(Entah apa yang sedang Putri Kedua sembunyikan dari Tabib Ling An…)" batin si pemilik toko.

Jingyan menangkap sedikit kegugupan itu dan tersenyum tipis kepadanya, senyum itu cukup untuk membuat lelaki tua itu terburu-buru membalas dengan senyum kikuk.

“Tabib Ling An, dan Putri Kedua… silakan mencari apa pun yang kalian butuhkan. Saya… ada urusan sebentar,” katanya cepat.

Ling An dan Jingyan otomatis menoleh.

“Baiklah,” jawab Ling An sopan.

Pemilik toko itu buru-buru melangkah pergi sambil melambai menuju bagian belakang toko, lalu memanggil seseorang.

“Ingat,” bisik pemilik toko itu, nadanya rendah seolah sedang membicarakan rahasia negara, “kau jangan banyak bicara hal lain. Bicara IP seperlunya saja. Apalagi di luar ada Putri Kedua… hari ini ayah melihatnya seperti harimau yang siap menerkam mangsanya—dan mangsanya itu ayah sendiri!”

Ia menatap putranya serius, bahkan menunjuk-nunjuk dada pemuda itu.

“Pokoknya, jaga sikap. Atau… pura-pura saja kau tidak kenal Putri Kedua.”

Pemuda itu menahan tawa, tetapi akhirnya hanya mengangguk patuh.

“Baik, Ayah. Putramu akan mendengarkan ucapanmu.”

Setelah merasa cukup memperingatkan, pemilik toko itu berdeham, lalu meninggikan suara dengan sengaja—jelas agar Jingyan dan Ling An mendengarnya dari luar.

“Hei! Layani Tabib Ling An dan nona yang bersamanya dengan baik, ya!”

“Baik, Ayah!” sahut pemuda itu dengan suara lebih keras dan sopan.

Kemudian ia melangkah keluar, meninggalkan ayahnya yang kini terlihat sangat lega karena berhasil menghindari kemungkinan dimangsa Putri Kedua—setidaknya untuk hari ini.

Seorang pemuda muncul dari balik rak-rak penuh herbal kering. Usianya kira-kira seumuran dengan Jingyan dan Ling An. Ia melangkah mendekat, mengusap sedikit debu di jubah kerjanya sebelum tersenyum ramah.

“Silakan, Tabib Ling An, Nona,” ucapnya sambil menunduk sopan. “Apa yang kalian cari? Saya akan bantu.”

Sementara itu, Jingyan dan Ling An masih sibuk mengamati deretan akar, bunga kering, dan kotak-kotak kayu kecil berisi bahan obat, seolah tenggelam dalam pencarian masing-masing.

Pemuda itu berhenti tepat di depan mereka, tangannya terlipat rapi di depan tubuh. Tatapannya ramah, namun ia jelas berusaha menjaga sikap seformal mungkin—mungkin karena pesan ayahnya masih terngiang.

Ling An mengangguk singkat.

“Kami sedang mencari ramuan untuk memperbaiki stamina. Akar ginseng merah atau yang sejenisnya.”

“Baik, Tabib.” Pemuda itu langsung bergerak lincah menuju rak paling kanan. “Kami baru saja mendapatkan ginseng segar dari pegunungan timur. Kualitasnya sangat baik.”

Jingyan ikut mengikuti langkah mereka, tetapi sesekali matanya melirik pemuda itu… dengan curiga. Entah mengapa, wajah pemuda itu terlihat seperti ingin sekali bicara lebih banyak, namun menahannya mati-matian.

Ling An tidak menyadarinya, tapi Jingyan jelas merasakannya.

“(Tolong jangan buka mulut sembarangan,)” batin Jingyan, mulai gelisah.

Pemuda itu mengambil beberapa ikat ginseng lalu kembali ke hadapan mereka.

“Silakan dicek kualitasnya, Tabib Ling An.”

Ling An menerima salah satu akar, mengamati dengan serius.

“Bagus,” ujarnya. “Ini yang kita cari.”

Pemuda itu tersenyum lega, namun matanya sempat melirik Jingyan dan itu membuat Jingyan refleks memasang wajah setenang mungkin, padahal dalam hati ia sudah siap memberi kode ancaman kalau pemuda itu berani menyebut apa pun soal kunjungan-kunjungannya yang lalu.

Untuk saat ini, pemuda itu masih patuh.

Namun Jingyan bisa merasakan… satu kata saja dari mulut pemuda itu, rahasianya akan berantakan.

1
Annida Annida
lanjut tor
Arix Zhufa
mampir thor
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Hi kak, makasii udah mampir💙💙💙
total 1 replies
Adis Suciawati
bagus kak
Adis Suciawati
beberapa lagi kakak kontrak nih kak
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: iya kak💙
total 1 replies
Adis Suciawati
lala lama cinta akan datang sendiri nya
Adis Suciawati: ceritanya siga warga China ya kak
total 2 replies
Adis Suciawati
ini kasih nya seperti nama nama orang China ya ka
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: betul kak, ceritanya juga memang china kak💙💙
total 1 replies
Adis Suciawati
bagus kak,kisah nya unik kak
Adis Suciawati: iya kak semoga kisah kita banyak peminat nya ya kak
total 2 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
Bagus kak mulai ada perkembangan 👍
semangat teruslah aku dukung🔥❤️
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Makasiii" 💙💙💙
total 1 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
mantap lah lanjutkan 💪, semangat terus author.
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Makasii yap💙💙
total 1 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
aku ngebayangin si Mei Yin🤣
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Mei Yin cantik" kelakuannya buat geleng-geleng😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!