Ningrat dan kasta, sebuah kesatuan yang selalu berjalan beriringan. Namun, tak pernah terbayangkan bagi gadis proletar (rakyat biasa) bernama Sekar Taji bisa dicintai teramat oleh seorang berda rah biru.
Diantara gempuran kerasnya hidup, Sekar juga harus menerima cinta yang justru semakin mengoyak raga.
Di sisi lain, Amar Kertawidjaja seorang pemuda ningrat yang memiliki pikiran maju, menolak mengikuti aturan keluarganya terlebih perihal jodoh, sebab ia telah jatuh cinta pada gadis bernama Sekar.
Semua tentang cinta, kebebasan dan kebahagiaan. Mampukah keduanya berjuang hingga akhir atau justru hancur lebur oleh aturan yang mengekang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATN 10 ~ Ronggeng pilihan
Dan ini akhirnya,
"Amih..."
Bukan di tengah-tengah proses produksi atau diantara aula pabrik. Melainkan, ada bangunan seperti pendopo yang dibangun di samping kompleks pabrik, tempat yang disiapkan khusus untuk para pendiri atau pemilik pabrik dan keluarga kasepuhan. Serupa resort jika di tahun maju, atau tempat peristirahatan pemilik pabrik.
Dengan bale-bale gazebo dan kolam ikan kecil. Diantara taman sederhana.
Para pemain musik gamelan sudah siap di pojokan area.
"Silahkan den bagus, den ajeng..." Wardana dan Andayani bahkan sudah kelelahan berkeliling sebab Bahureksa dan Amar begitu lama mengecek beberapa pembukuan, sebab bagi kedua remaja tanggung ini pekerjaan orang dewasa begitu melelahkan.
Sajian makanan pembuka telah memenuhi meja dengan konsep lesehan, bantal-bantal sofa yang disiapkan untuk duduk para turunan raja ini terbuat dari kapuk dan kain bludru kwalitas bagus.
Beberapa petinggi pabrik turut membersamai mereka disana.
Yani sudah berjingkrak tak sabar, "duhhh, jadi deg-degan gini, berasa lagi ngerayu cowok ganteng." Tentu saja mereka akan berlomba menjadi yang terbaik, minimalnya demi saweran besar dari para turunan ningrat ini tanpa harus berebut dengan warga di jalanan.
"Den bagus, ada sedikit hiburan dari kami untuk menyambut kedatangan keluarga kasepuhan."
Ia memberikan sinyalnya pada suami amih Mayang dengan mengangguk.
Lantas langkah para ronggeng ini mulai terayun mengisi tempat di depan meja para menak ini, termasuk Sekar.
Tap...tap...tap...
Bahureksa tersenyum, Somantri dengan wajah tenangnya tetap kalem. Andayani dan Wardana justru lebih memilih sibuk dengan kudapan di depan mereka. Sementara Amar....ia mengernyit menatap para penari di balik topeng pewayangan itu, yang mana gadis tadi? Tunggu, apakah yang paling kanan? Sepertinya iya...melihat dari postur yang tidak tinggi dan badan mungilnya.
Musik gamelan dan degung sudah mengalun, menggema mengisi setiap inci area dimana siang ini angin mulai berhembus dingin diantara awan yang menggelayut menunjukan kelabunya, para gadis ronggeng ini mulai meliuk-liukan badan dan tangannya dengan luwes.
Bahureksa tersenyum mendengus, tanda jika ia sangat terhibur. Ia yakin di balik topeng-topeng itu ada wajah cantik para gadis ronggeng.
Mereka membuat gerakan dinamis dan berputar hingga akhirnya melepas topeng di wajahnya termasuk Sekar. Benar! Amar kini tersenyum menggeleng, lebih tepatnya ia tak percaya jika ia adalah pengamat yang baik.
Andayani menyenggol lengan Amar, "akang senyum-senyum sendiri begitu, tumben. Cantik ya...yang mana?" tanya Andayani membuat Amar terkekeh ketauan, "coba tebak yang mana yang paling cantik?"
"Yang kanan." See, bahkan Andayani saja bisa menebak itu dengan mudah sebab, gadis itu memang cantik sekali.
Namun hal tak terduga justru terjadi. Mereka kecolongan, Bahureksa sudah berdiri dari tempatnya dan menghampiri salah satu penari...
Sekar.
Bahureksa berdiri tepat di depan Sekar, dan mulai ikut menari dengannya.
"Kang." Iya...Amar pun sudah melihatnya. Melihat apa yang dilakukan Bahureksa pada Sekar.
"Telat, pilih aja yang lain Mar..." Somantri berujar, dan kini ia yang ikut beranjak menyusul mengikuti apa yang dilakukan Bahureksa pada Sekar terhadap Sari.
Tidak, Amar tidak melakukan apa yang kedua kakaknya itu lakukan, ia memilih diam. Netranya tetap mengawasi apa yang dilakukan Sekar dan Bahureksa disan dengan alis menukik.
Wardana saling lirik dengan Anda.
Sekar melakukan gerakan putaran, rambutnya mengibas menerpa dada Bahureksa yang tanpa sadar semakin merapatkan posisinya, hingga membuat Sekar terhenyak kaget, namun ia hanya bisa memejam sambil terus saja melanjutkan tariannya.
Bahureksa mengeluarkan lembaran-lembaran uangnya, mulai dari 100 rupiah hingga 500 rupiah dan seribu, beberapa lembar dari sakunya.
Apa yang ia lakukan, Amar cukup tau dan menatap nyalang, saat Reksa dengan senyum puasnya mengusap pundak dan bahu Sekar kanan kiri yang tak terhalang apapun dengan lembaran uang lalu menyerahkan itu di tangan Sekar.
Bersamaan dengan lirik lagu yang melantun memberi arti,
Eee....Banondari jangan begitu, cinta akang asli bukan imitasi, cinta sejati...cinta akang teknologinya canggih, sayangku! Cinta akang tidak akan pernah luntur, dan hanya untukmu. Harta dunia tidak terhitung, uang di setiap bank, emas intan, semuanya untuk nyai....
Mau jalan-jalan keliling dunia sambil belanja, akang penuhi asal nyai benar-benar cinta sama akang.
Postur tubuh Sekar yang lebih pendek dari Bahureksa membuatnya harus mendongak kecil sambil memandang nanar wajah pewaris tahta itu, dimana ia sudah tersenyum penuh arti untuknya. Pandangan Sekar lantas mencuri-curi pada seseorang yang ia pikir akan mengenalinya....Amar. Terlebih ketika gerakan Sekar harus memutar menghadap Amar, seperti----tolong saya. Sebab Kini Bahureksa sudah meraih selendang Sekar dan mengalungkannya di lehernya sendiri, menyentuh Sekar dan moment of surprise nya adalah...
Cup!
Sekar sampai memejam, rasanya ia sudah tak bisa lagi menjaga pesan mak, saat pundaknya dikecup Bahureksa dengan leluasa, seketika gerakannya terlihat bergetar. Amar langsung beranjak melihat ketakutan yang terpancar dari wajah Sekar, "kang."
"Giliran saya, sekarang." Amar datang menggeser posisi Bahureksa dengan menarik selendang Sekar dari kakangnya itu, berada di depan Sekar, menatap wajah pucat gadis itu dan mengembalikan selendangnya dengan mengalungkannya lagi di leher Sekar. "Amar. Kau cari ronggeng lain. Dia masih kosong." Tunjuk Bahureksa pada Nuroh.
"Saya mau dia..." jawab Amar tanpa mengalihkan pandangannya dari mata Sekar.
Bahureksa sudah mengeraskan rahangnya, Wardana dan Andayani saling lirik, demi membantu, keduanya terpaksa turun dari tempatnya dan ikut ngibing. Bukan karena mereka ingin ngibing, jelas ...hal itu dilakukan untuk membantu Amar dan menghindari pertikaian keduanya di depan para staf pabrik begini.
"Kang, ngibing sama Anda..." pinta Andayani mencoba memutus sorot mata tajam Reksa pada Amar.
Tangan Reksa sudah mengerat, melihat Amar yang mengambil posisinya pada gadis ronggeng incarannya.
Tatapan Amar terlihat khawatir dengan alis mengernyit, "tidak apa-apa?"
"Hatur nuhun." Ucap Sekar tak begitu lirih dari bibir setipis kue lapis namun jika digigit mungkin manisnya akan sampai ke hati.
Gerakan bibirnya itu dapat dipahami Amar yang lantas tersenyum pada Sekar. Dua pasang mata itu saling pandang seolah sedang menyelami dalamnya retina masing-masing.
Sekar memutar, rambut panjangnya mengibas di dada Amar, hingga kini tanpa sadar Amar sudah melakukan hal yang sama dengan Reksa, bahkan dapat ia hirup aroma manis dan wangi Sekar yang memabukkan sekarang. Kemudian berbalik lagi menautkan selendangnya di leher Amar dan memutar bahunya, gestur dan gerakan seolah sedang menggoda.
Percayalah, Amar sudah tergoda dengan begitu ...mudahnya?
Entahlah...Sekar baru pertama melihat dan bertemu, bahkan ia tak suka dengan para turunan menak ini, sebab image yang telah terbangun jelek. Tapi sosok Amar yang di depannya itu, seolah bisa memberikan perlindungan untuknya, mungkin. Karena hatinya merasa begitu sekarang.
Tidak berkata-kata, Reksa berjalan mendekat, tangannya yang sudah bergetar itu bersiap mendaratkan bogemannya untuk sang adik, namun yang terjadi....
Ia meraih paksa tangan Sekar dan membawanya ke arah meja makan, "kang!" tegur Amar diantara musik yang masih mengalun. Bersama dengan musik yang siap berhenti, dan para ronggeng yang sudah disawer, bersiap undur diri.
"Lanjutkan sampai musik selesai. Ngibing untuk saya..." pinta Reksa yang hanya ingin memperhatikan Sekar menari untuknya, hanya untuknya.
Sekar melakukan itu, dimana mata Reksa telah melucuti dirinya dengan sorot memuja penuh kegenitan dan stoppp! Musik berhenti.
Namun yang dilakukan Reksa adalah mengambil satu butir anggur merah dan menyuapkannya pada Sekar.
Mungkin amih Mayang dan yang lain tersenyum bangga nan senang, namun Sekar....lihatlah bagaimana ia menatap Reksa dengan getir penuh pandangan hina, sebab-----
Tangan Reksa sengaja menyuapkan anggur, dengan posisi yang menangkup dagu Sekar, menempelkan jempolnya di bibir tipis nan merah Sekar hingga ia masuk setengahnya ke dalam mulut Sekar demi mendorong anggur.
"Jilat..."
Sekar mengerjap kaget, ia----
"Kang, hentikan!" bentak Amar tak terima dengan ulah Bahureksa, lihatlah gadis yang sedang ia kerjai itu, nampaknya sudah telihat tak nyaman.
"Apa? Kamu iri? Tidak bisa memilih, atau justru kamu mau merebut ronggeng saya?!" tatapnya tajam dengan sorot murka.
Somantri yang telah memasukan kembali uangnya melihat pertikaian kecil di depan meja, bersama Wardana dan Andayani yang bersiap melerai.
Sekar memejam demi menghela nafas dan menelan salivanya sulit kemudian ia memajukan lidahnya melahap anggur berikut menjilat jempol Bahureksa yang kemudian lelaki itu mengusap penuh bibir bawah Sekar.
"Aw...gadis pintar, siapa namamu?" lirih Reksa puas lalu bertanya.
"Sekar, kanjeng," jawab Sekar mengunyah sulit anggur di mulutnya.
"Cukup!" Bentak Amar sudah habis kesabaran, "Sekar, terimakasih...kamu boleh kembali."
Sekar mengangguk dan kembali bergabung ke arah teman-temannya serta amih Mayang berada.
"Tunggu! Sekar?!" langkah Sekar terhenti.
"Akang Reksa! Biarkan dia..." pinta Amar.
"Kamu bisa ikut kami makan hidangan utama, temani saya." Tambah Bahureksa sambil memandang Amar dengan wajah keruhnya.
Sekar hanya bisa mengangguk saja sambil menelan saliva bersama sisa-sisa rasa anggur.
.
.
.
.
" jembar kisruh" aja si teh🤭🤭🤭😂😂😂🙏