Pernikahan Aulia di uji melalui suami dan keluarganya. Hidup bahagia yang dia bayangkan kini sirna sejak hadirnya orang ketiga. Bahkan anak kandungnya sendiri pun tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang dari ayahnya. Perhatiannya hanya di tu jukan pada ponakan satu-satunya. Tanpa keluarga sang suami tau jika wanita yang seringkali mereka hina dan rendahkan, bukanlah wanita biasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah sarapan
Pagi ini cuaca sedikit sejuk, awan hitam bergelajut manja di langit. Vino masih saja bergelung dalam selimut, sedangkan Aulia sudah bangun sejak subuh tadi wanita itu tengah sibuk dengan segudang pekerjaan di dapur. semua ia handle sendiri, mulai dari cucian kain kotor, cucian piring hingga memasak untuk sarapan
Suara alarm membangunkan vino, laki-laki itu menggeliat pelan dan membuka mata. dengan malas ia bangkit dan merenggangkan otot-otot yang terasa kaku setelah bangun tidur
" Kemana aulia dan Kayla?" Gumam nya saat melihat tempat tidur di sebelahnya sudah kosong
Vino segera keluar dan mencari keduanya, dan melihat Aulia berada di dapur membuatnya sedikit lega. Dia memutuskan untuk segera mandi agar tak terlambat tiba di kantor
Setelah selesai berkemas, vino ke dapur dan menuju meja makan. Dia menarik sebuah kursi dan duduk sembari menikmati sarapan yang sudah di siapkan oleh Aulia. Sementara Aulia masuk ke kamar, sebab dia tak ingin melihat wajah suaminya, dia masih sangat kesal
Tak lama, vino mendengar suara ibunya dan juga Vita beserta anaknya masuk ke dalam rumah. melihat vino sedang duduk seorang diri, mereka pun menghampirinya
" Wah.. kebetulan kita gak masak pagi ini. kita numpang makan di sini ya" ucap bu ayu langsung menarik kursi di sebelah vino, kemudian disusul vita dan anaknya
" Makan aja Bu, masih banyak kok" sahut Vino tersenyum. Dia memberikan piring pada ibunya dan Vita. Setelah itu mereka menyantap sarapan sambil bercengkerama
Di kamar, Aulia mendengar suara riuh dari arah dapur. Bisa dia tebak, bahwa itu suara bising para pengacau yang datang mengganggunya lagi
Aulia keluar dari kamar dan melangkah ke dapur. Di sana sudah ada para pengganggu sedang menikmati sarapan
Braaak...
" Siapa yang mengizinkan kalian sarapan di sini?" Tanya Aulia menggebrak meja, membuat semuanya terkejut
" Aulia..!! Apa apaan kamu?" Berang vino
" Kamu yang apa apaan, mas..! Kenapa kamu membiarkan mereka ikut sarapan di sini? Kamu pikir aku memasak itu untuk mereka?" Ucap Aulia mulai tersulut emosi
" Hei, Aulia. Masa cuma gara-gara sarapan aja kamu segitu marahnya sama kita? tau gini kita gak bakal ke sini juga tadi" ucap Vita bangkit dan menatap Aulia sinis
" Siapa juga yang meminta kalian ke sini? Aku juga gak akan marah kalo kalian minta izin padaku, jangan seperti ini, udah numpang makan, gak tau diri lagi" sindir Aulia
" Itu karena kamu merampok semua bahan yang ada di kulkas kami, dan masakan ini hasil rampokan kamu, kan?" Ucap bu ayu
" Vin, lihat kelakuan istrimu. Seperti nyonya besar, padahal semua bahan ini pake uang kamu kan? Dan dia bilang kita numpang makan? Memangnya kenapa? Rumah ini milik adikku, jadi gak ada istilah numpang sesama saudara" ucap vita
" Kalian itu memang numpang! meski Mas Vino adalah keluarga kalian, tak seharusnya kalian seperti ini. sepertinya kalian harus mempelajari bagaimana adab bertamu ke rumah orang lain, apalagi ke rumah anak yang sudah berkeluarga" tandas Aulia penuh penekanan
" Dengar, kamu dengar sendiri kan, vin" ucap Bu ayu lagi
" Ingat, setelah kalian selesai sarapan, bersihkan meja dan cuci piring kalian, jadilah penumpang yang tau diri, atau aku akan melemparkan piring itu ke rumah kalian" ucap Aulia meninggalkan mereka
Setelah mengucapkan itu dia benar-benar berlalu dan masuk ke dalam kamar. meski dongkol masih bercokol di hatinya, wanita itu merasa cukup lega setelah berhasil melawan dua hama itu. selama ini dia hanya diam, tak sedikitpun berniat untuk melawan, hanya karena takut disangka tak menghargai keluarga suaminya
Vino dan keluarganya masih terdiam, masih mencerna apa tadi itu benar-benar Aulia atau bukan? Kenapa dia sudah sangat berani sekarang?
" Vino, lihat ist-" belum sempat vit menyelesaikan kalimatnya, vino sudah lebih dulu menahan dengan mengangkat tangannya
" Cukup, Mbak. jangan buat suasana semakin kacau. kali ini kita memang salah, wajar jika aulia marah" ucap vino Vita dan ibunya melongo mendengar ucapan Vino, mereka kesal karena laki-laki itu malah membelah istrinya
" Tapi gak seharusnya dia seperti itu. itu sama saja dengan dia tak menghargai kamu sebagai suami" sanggah bu ayu
" Sudah, bu. lebih baik sekarang kalian bereskan meja makan dan cuci piring kotor itu. jangan buat Aulia semakin marah" pinta vino Lagi. Bu ayu dan Vita kesal dan saling pandang. ingin membantah pun tak mungkin, sebab jika vino sudah bicara, maka semua harus patuh
" Aku udah telat, mohon kerjasamanya bu, Mbak" ucap vino berlalu dari dapur setelah meneguk segelas air putih
Seperginya Vino, Vita tak berhenti mengoceh dan misuh-misuh. mereka terpaksa berbagi tugas, Bu ayu yang membersihkan meja sedangkan vita yang mencuci piring
Dari balik pintu kamar, aulia tak berhenti terkikik. dia merasa sedikit puas karena berhasil membuat ipar dan mertuanya tak bisa berkutik di depan suaminya
*********
Sementara di rumah keluarga besar pak Rasyid. Seorang wanita yang berusia sekitar lima puluhan sedang duduk di depan meja rias. Wajahnya nampak sangat sedih dan airmata kini membasahi wajah cantiknya
" Ma, sudahlah. Tak usah lagi mama mengingat anak itu, dia saja tak pernah datang, kan? Doakan saja agar hidupnya bahagia" ucap pak Rasyid duduk di samping istrinya. Nyonya Ratna
" Dari dulu papa selalu berkata seperti itu, apa papa gak mikirin anak kita yang tak tau dimana sekarang?" Jawabnya masih terisak
" Lalu papa harus gimana? Nangis seperti mama? Apa dengan kita nangis anak itu akan kembali? Tidak kan?" Ucap pak Rasyid lagi
" Tapi setidaknya papa coba cari keberadaannya, sudah berapa tahun kita tak mendengar kabarnya, pa"
" Mama pikir papa gak mencarinya?"
" Ini semua salah papa, andai saja papa merestui hubungannya dengan pria pilihannya, kita tidak akan kehilangan dia, pa" ucapnya menyalahkan sang suami
" Papa hanya ingin yang terbaik untuk anak kita, ma. Begitu juga dengan pasangannya, papa ingin dia memiliki pasangan yang kita tau jelas asal usulnya, latar belakang keluarganya. Tapi pria pilihannya kita tak tau, bahkan bertemu pun kita belum pernah kan?" Ucap pak Rasyid
" Tapi tetap saja ini semua salah papa, gimana kalo dia tak bahagia di sana, pa? Gimana kalo dia di sakiti oleh pria itu? Gimana kalo dia hidup susah di sana? Siapa yang akan membantunya" ucap nyonya Ratna kembali terisak
" Sudahlah ma, papa janji akan mencarinya. Dan papa pastikan dia akan kembali lagi ke rumah ini sebelum Fahri menggantikan posisi papa di perusahaan" ucap pak Rasyid memeluk sang istri
Di luar ruangan. Fahri, anak pertama mereka mendengar percakapan kedua orangtuanya. Dia merasa sangat sedih melihat kondisi mamanya saat ini. Selama adiknya pergi dari rumah, mamanya menjadi sakit sakitan
" Dek, dimana kamu? Pulanglah, kasihan mama dan papa. Apakah kau tak merindukan mereka? Dan juga aku sangat merindukan sikap manjamu" gumamnya menahan tangis
krsel bgt