NovelToon NovelToon
OBSESSION

OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Jelitacantp

"Endria hanya milikku," tekannya dengan manik abu yang menyorot tajam.

***

Sekembalinya ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Australia, Geswa Ryan Beck tak bisa menahan-nahan keinginannya lagi.

Gadis yang sedari kecil ia awasi dan diincar dari kejauhan tak bisa lepas lagi, sekalipun Endria Ayu Gemintang sudah memiliki calon suami, di mana calon suaminya adalah adik dari Geswa sendiri.

Pria yang nyaris sempurna itu akan melepaskan akal sehatnya hanya untuk menjadikan Endria miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jelitacantp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan pertama

Tanpa menunggu waktu, dan tanpa beristirahat sedikitpun, Geswa ditemani dengan Louis bertandang ke kediaman Dewangga Pamurya yang terletak di daerah Jakarta Utara.

Bukan tanpa sebab, selain ingin melihat gadisnya secara langsung, pria itu pun ingin tahu dan ingin membicarakan secara rahasia tentang kasus korupsi yang baru kemarin ia tahu dari Louis. Bahkan Antonello tak tahu akan hal ini saking tertutupnya.

Oiya, Dewangga Pamurya ini adalah General Manager di hotel naungan Beck Cooperation, The Reans View Hotel yang terletak di Jakarta.

Dan kasus korupsi ini, kasus terbesar yang pernah ada, dengan kerugian mencapai sekitar triliunan rupiah. Sebenarnya sudah beberapa bulan ini hotel tersebut memalsukan laporan keuangannya, dan ini baru diketahui sekarang, benar-benar membuat Geswa murka setelah mengetahuinya.

Jam menunjukkan pukul lima sore, baru pulang kerja, Dewangga sudah dikejutkan dengan kedatangan Geswa yang tiba-tiba, ya, Dewangga mengenal Geswa mereka sering melakukan konferensi online.

Dengan rasa canggung, Dewangga berdiri di teras rumahnya seraya menunggu Geswa keluar dari mobilnya.

Setelah mereka berhadapan seperti ini, Dewangga benar-benar merasa berbeda, pria paruh baya itu melihat aura Geswa yang dominan sekaligus sedikit menakutkan, tak seperti Gatra yang selalu tersenyum saat mereka bertemu.

Tanpa sadar Dewangga pun membanding-bandingkan mereka berdua.

Padahal Geswa merasa biasa-biasa saja, dan tak seperti biasa, sore ini pria itu memakai setelan casual yang membuatnya berkali-kali lipat lebih tampan.

"Selamat sore menjelang malam, Tuan Dewa, maaf mengganggu waktu istirahat Anda," sapa Geswa lugas dengan bahasa Indonesia yang lancar, pria itu menjabat tangan ayah dari Endria.

Dewangga menyambut jabatan tangan Geswa dengan senang sambil mengeleng-gelengkan kepalanya, menandakan bahwa pria paruh baya itu tak merasa sedikitpun waktu istirahatnya diganggu. Lagipula siapa yang bisa protes?

"Ah tidak apa-apa, Tuan, mari, silakan masuk," jawab Dewangga sambil mempersilakan Geswa sekaligus Louis untuk memasuki rumahnya.

Dewangga langsung membawa Geswa serta Louis untuk duduk di ruang kerjanya, karena dia menebak bahwa mereka berdua ini datang bukan untuk bertamu, kan?

Sementara di lain sisi, Endria baru pulang dari mall. Setelah gadis itu menaruh barang buruannya di kamar, gadis itu berjalan menuju dapur dan terlihatlah bibi Erni sedang sibuk menyiapkan minuman beserta cemilannya.

"Ini semua untuk siapa, Bi?" tanya Endria penasaran.

"Untuk tamu tuan Dewa, Non," jawab bi Erni sambil mengambil nampan.

Dahi Endria mengernyit heran, tak biasanya, tamu datang dijam segini? Apa mereka kurang kerjaan?! Endria membatin, lalu tanpa aba-aba gadis itu merebut nampan besar yang di atasnya terdapat kopi serta kue kering yang ia buat kemarin.

Ia penasaran akan tamu yang dimaksud bi Erni.

"Biar aku aja yang bawa, Bi," kata Endria. "Mereka ada di mana?" Endria bertanya karena sedari tadi ia tak melihat seorang pun di ruang tamu.

"Di ruang kerja, Non," jawab bi Erni.

Endria pun mengangguk, lalu gadis itu pun berjalan dengan hati-hati menuju ruang kerja ayahnya.

Sebelum masuk, Endria terlebih dahulu mengetuk pintu, dan setelah itu ia membuka pintu, nampaklah ada tiga orang berada di sini.

Gadis itu masuk, lalu meletakkan minuman serta camilan yang ia bawa ke atas meja. Endria melirik satu persatu dua orang di dalam ruangan ini, tidak ada yang ia kenal, bahkan tampak asing untuknya.

Endria berkacak pinggang di depan kedua orang tamu ayahnya. "Anda-anda berdua ini apakah tidak tahu waktu dan kurang kerjaan?" Karena melihat tamu ayahnya bule, jadi Endria berkata dalam bahasa Inggris, tak kenal takut karena ia sudah berani menyinggung mereka berdua, yang mungkin bisa jadi mereka berdua bos besar ayahnya.

Dewangga menepuk dahinya pelan, sudah benar-benar tahu watak anaknya yang tak bisa diganggu dan selalu berani menyuarakan isi hatinya. Kecuali pada pak Setya, ia benar-benar tak berani menyinggung dosennya itu.

Geswa hanya diam, pria itu bahkan terang-terangan menatap ke arah Endria tanpa berkedip, dalam hati pria itu benar-benar senang, tetapi ia tak ingin menampilkannya. Sementara Louis hanya menunduk, karena tadi ia sudah diperingatkan untuk tidak melihat ke arah Endria. Dasar bos gila, batin Louis. Ia hanya bisa berani memaki Geswa dalam hati.

Dewangga berdiri dari duduknya. "Maafkan putri saya, Tuan." Dewangga menarik paksa Endria sesaat setelah ia melihat kalau anak semata wayangnya akan kembali memaki.

"Ah, dia sangat menggemaskan Louis," kata Geswa sambil tersenyum tak jelas, setelah Dewangga dan Endria meninggalkan ruang kerja ini. Louis hanya bisa mengangguk.

Di luar ruangan, Dewangga melepaskan genggamannya dari tangan Endria. "Astaga kamu itu Dria, ayah sudah berulang kali bilang sama kamu kalau jangan berkata seperti itu pada tamu," ujar Dewangga, pria paruh baya itu tak benar-benar marah, dia hanya ingin memberi pengertian kalau berbuat seperti tadi itu tidak baik.

"Tapi Ayah, mereka berdua benar nggak tau aturan. Sekarang aku tanya, orang gila mana yang bahas pekerjaan di saat ini?" Endria menatap ke arah pergelangan tangannya.

"Hampir jam enam! Nggak papa kalau di hotel, tapi ini di rumah dan Ayah butuh istirahat," bantah Endria menjelaskan keberatannya.

"Heh! Mulutnya!" Dewangga menyentil dengan pelan bibir anaknya. "Dria, kamu nggak tau? Dia itu Geswa, kakak Gatra," jelas Dewangga memberitahu, heran juga anaknya tidak tahu akan sosok Geswa.

"Hah? Yang benar?" tanya Endria kaget. Berarti sedari tadi ia sudah memaki calon kakak iparnya. Endria lantas merasa malu dan bersalah kali ini.

"Tapi, Yah, kenapa dia bisa ada di sini?" Setahunya Geswa ini tinggal di Australia.

"Sudah sana, nggak usah banyak tanya. Mending kamu pergi mandi, nggak malu kamu? Kamu bau asem begitu?"

Mendengar perkataan dari ayahnya, cepat-cepat Endria lantas mengendus-endus ketiaknya. "Ih, Ayah!" teriak Endria kesal karena ia telah dibohongi, gadis itu memukul-mukul lengan ayahnya.

Dewangga hanya bisa tertawa-tawa saat ia telah berhasil menjahili anaknya. "Sudah-sudah, ayah sibuk ini, Dria," kata Dewangga bermaksud mengusir Endria dari sini.

"Tapi Ayah aku mau minta maaf dulu ke Kak Geswa, bisa-bisa nanti dia mikir kalau calon adik ipar satu-satunya ini ternyata kasar, padahal aku nggak maksud gitu tadi," kata Endria menyuarakan rasa khawatir nya akan respon Geswa nanti, sebagai calon adik ipar yang baik, Endria harus menjaga keharmonisan antar keluarga.

Dewangga mengeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak usah, nanti ayah bilang ke Geswa kalau kamu nyesal dan ingin minta maaf. Sudah sana, ayah lama-lama pusing juga lihat tingkah kamu," ujar Dewangga sambil memutar tubuh Endria membelakanginya, lalu mendorong dengan pelan punggung Endria. Mengusir sang anak dengan terang-terangan dari sini.

Kemudian, Dewangga kembali memasuki ruang kerjanya lalu mengunci pintu dari dalam. Ia bersikap begini karena ya, segera, mereka akan membahas suatu hal yang begitu sensitif.

Dewangga menampilkan senyum rasa bersalahnya kepada Geswa. "Maaf telah menunggu lama, Tuan, dan maaf kalau anak saya telah menyinggung, Anda," kata Dewangga meminta maaf, pria paruh baya itu ingin membungkuk, tetapi Geswa langsung menghentikannya.

"Tidak apa-apa, Tuan Dewa. Saya sangat mengerti maksud dari anak Anda, malahan saya yang harus meminta maaf karena telah mengganggu waktunya," tutur Geswa pengertian.

Louis yang mendengar perkataan Geswa hanya bisa berdecih dalam hati. Karena kenyataannya Geswa tak bisa sedikitpun disenggol.

Dewangga diam-diam terkesima saat pria paruh baya itu mendengar perkataan Geswa yang begitu. Ternyata desas-desus buruk tentang Geswa yang sombong dan kejam tidak benar adanya.

Kemudian, Dewangga pun duduk di kursinya, kembali membicarakan lebih lanjut tentang adanya dugaan korupsi seseorang yang tak ayal sangat merugikan.

1
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!