Jian Feng, seorang anak haram dari keluarga bejat, dipaksa menikahi Lin Xue, gadis cantik namun cacat dan sekarat.
Dipertemukan oleh takdir pahit dan dibuang oleh keluarga mereka sendiri, Jian Feng menemukan satu-satunya alasan untuk hidup: menyelamatkan Lin Xue. Ketika penyakit istrinya memburuk, Jian Feng, yang menyimpan bakat terpendam, harus bangkit dalam kultivasi. Ia berjanji: akan menemukan obat, atau ia akan menuntut darah dari setiap orang yang telah membuang mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8- Memulainya mengembara
Setelah Guru Luo meninggal, Jian Feng mengangkat jasadnya yang ringan dan kaku. Ia menguburkannya di bawah pohon Oak tua, tidak jauh dari rumah mereka.
Ia menatap makam sederhana itu dan memberikan salam penghormatan terakhir. "Terima kasih, Guru. Aku pasti akan melanjutkan perjalananmu untuk mencapai puncak dan, tentunya, untuk menyembuhkan Lin Xue." Udara di sekitar makam terasa dingin, namun hatinya hangat dengan tekad.
Dia kemudian berbalik dan ternyata Lin Xue sudah sadar. Ia sedang menyeret tubuhnya yang lumpuh menuju luar, didorong oleh rasa penasaran.
Melihat itu, Jian Feng tentu saja terkejut. "Lin Xue, apa yang kau lakukan? Kau ini seharusnya perbanyak istirahat!"
Melihat kekhawatiran Jian Feng yang jelas, Lin Xue tertawa pelan, tawa rapuh yang jarang ia dengar. "Kenapa sampai begitunya sih? Aku kan tidak ingin tiduran terus. Kalau boleh tahu, itu kuburan siapa?"
Jian Feng duduk di sebelah Lin Xue dan menceritakan semuanya tentang Master Luo, tentang warisan Petir Emas, dan pengorbanan tujuh hari yang brutal.
Lin Xue tampak terharu dan kagum dengan Master Luo. "Terima kasih, Guru." bisiknya, memberikan penghormatan singkat dengan menundukkan kepala.
Lin Xue menatap Jian Feng, dan pandangannya justru fokus ke arah bibir suaminya. Ia mengingat momen yang kabur dan intens di saat Jian Feng panik dan memberinya napas buatan, ciuman buatan yang menyelamatkan nyawanya.
Mengingat itu, Lin Xue menunduk malu dengan wajah memerah.
"Sepertinya kita harus mulai mengembara. Dunia ini luas," Jian Feng memecah keheningan, menatap langit yang mulai terang. "Aku tidak mungkin meninggalkanmu di sini seorang diri, apalagi kau sakit."
Lin Xue bingung. "Memangnya mau pergi ke mana?"
"Aku ingin mencari obat untuk menyembuhkan penyakitmu. Qi Petir yang aku alirkan hanya dapat memperlambat dan mengurangi rasa sakitmu saja. Aku ingin kau sembuh seutuhnya." jelas Jian Feng.
Mendengar itu, Lin Xue merasa terharu. Kekosongan yang lama ia rasakan mulai terisi. "T-terima kasih..."
Jian Feng menatapnya. "Terima kasih untuk apa?" tanyanya lembut.
Sambil mengusap air matanya, Lin Xue berkata, "Terima kasih karena telah berusaha untuk menyelamatkanku. Padahal keluargaku saja sudah menyerah dan membuangku. Tapi kau... kau lebih peduli dari pada siapapun di dunia ini."
Jian Feng tersenyum dan mengusap pipi Lin Xue yang penuh air mata. "Tidak perlu berterima kasih. Lagi pula ini adalah tanggung jawabku sebagai suamimu. Aku yang menyelamatkanmu, dan aku yang harus menjagamu tetap hidup."
Setelah menenangkan istrinya, Jian Feng mulai bersiap-siap untuk menjelajah dunia dan berjalan di jalan kultivasi.
Ia hanya membawa beberapa barang seperti beberapa pakaian, dan sisanya ia masukkan ke dalam Cincin Penyimpanan yang diwariskan oleh Gurunya.
Ia kemudian jongkok di depan Lin Xue. "Ayo naik. Kita harus pergi."
Lin Xue tampak ragu. Ia takut menjadi beban dan merepotkan suaminya. "Bagaimana kalau aku menjadi beban dan menghambat perjalanan? Mungkin akan lebih baik aku diam saja di sini dan menunggu kematianku."
Mendengar itu, Jian Feng memutar bola matanya dengan ekspresi tak percaya. "Dasar gadis ini! Jika kau menyerah dalam hidupmu, lalu untuk apa aku menolong dan berjuang untukmu dari awal? Kau bukanlah beban. Kau adalah satu-satunya alasan mengapa aku berjuang! Selama aku memiliki kekuatan untuk menggendongmu, kita tidak akan pernah berhenti."
Dia dengan paksa menggendong Lin Xue ke punggungnya. Ia mengikatkan tubuh gadis itu dengan kain agar Lin Xue tidak jatuh dan posisinya nyaman.
Jian Feng melirik makam Master Luo sekali lagi, lalu melangkah ke luar hutan. Di punggungnya, ia membawa seluruh beban masa lalu, janji masa depan, dan satu-satunya orang yang memberinya tujuan.
Kultivator Pengembara Jian Feng, telah memulai perjalanannya.