Qing Shuang berjuang untuk menjadikan suaminya Han Feng, dari seorang pangeran terbuang hingga berkahir sebagai putra mahkota.
Berguru pada Guru Negara yang bahkan harus di hormati oleh kaisar, selama tiga tahun.
Mengatur strategi melawan semua pangeran yang memiliki kekuasaan lebih besar.
Tapi.
Bukannya rasa cinta yang didapatkan olehnya. Dirinya diceraikan pada malam pernikahan. Han Feng ternyata hanya memanfaatkannya, untuk mendapatkan kekuasaan. Sedangkan yang dicintai Han Feng adalah adik Qing Shuang, bernama Zhu-Zhu.
Dirinya dituduh berselingkuh, ibu asuhnya dibunuh. Ayah kandungnya bahkan seluruh keluarganya malah mendukung sepupunya.
Qing Shuang dibuang dalam keadaan sekarat ke makam masal. Di luar dugaan, wanita itu berusaha bangkit. Meraih uluran tangan guru negara.
Pria berambut panjang putih yang telah menjadi gurunya selama 3 tahun itu berucap."Ingin membunuhnya sekarang? Atau perlahan..."
"Perlahan..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Imajinasi
Beberapa belas menit lalu_
"Dia sudah pergi?" Tanya Qing Shuang, mengamati keadaan sekitar. Benar-benar tidak yakin.
Ming Yuan bangkit, sedikit membuka tirai yang menutupi tempat tidur."Dia sudah pergi."
Sang guru tersenyum melirik ke arah muridnya yang juga baru bangkit dari tempat tidur."Kamu tau harus apa selanjutnya?" Tanyanya menyakini kecerdasan muridnya.
"Tentu saja mempermalukannya di hadapannya para dayang!" Tawa Qing terdengar.
Tapi.
Bruk!
Sang guru mengayunkan kipas yang tertutup, memukul kepala muridnya."Aku pikir kamu cerdas, ternyata tidak sama sekali. Untuk apa aku membiarkan tubuhku yang berharga disentuh olehmu. Hanya untuk mempermalukannya di hadapan para dayang."
"Jadi?" Tanya Qing Shuang tidak mengerti, mengusap-usap kepalanya sendiri.
"Dalam perjalanan kemari aku melihat keberadaan ibu suri. Sudah punya rencana?" Sang guru bertanya kembali, guna mengajari muridnya.
Qing Shuang mengangguk dengan cepat."Tapi guru bisa pergi dulu?" Tanyanya memelas.
"Menyusahkan." Ming Yuan mengangkat sebelah alisnya. Pemuda berambut hitam yang keluar melalui jendela dengan cepat.
Qing Shuang kemudian memanggil seorang dayang yang berjaga di depan. Memintanya menyampaikan pesan pada ibu suri yang memang tengah berjalan di dekat taman bunga Peony.
"Ini untukmu, tolong berikan pesan pada ibu suri. Shen Qing Shuang memiliki resep kosmetik yang biasa digunakan putri mahkota. Aku berniat menjadikannya hadiah untuk ibu suri." Ucap Qing Shuang pada dayang yang memang berjaga di depan, memberikan 5 tael perak terakhirnya.
"Terimakasih nona." Sang dayang undur diri, kemudian melangkah pergi dengan cepat.
Ibu suri, merupakan sosok yang tergila-gila dengan kecantikan dan wajah awet muda. Identitasnya sebagai murid dari guru negara sudah pasti terdengar oleh ibu suri. Satu hal yang diperlukan olehnya adalah dukungan.
Wajahnya tersenyum menyeringai. Perlahan meraih kain tipis guna menutupi wajahnya yang masih memiliki luka bakar akibat besi panas.
Semakin orang iba padanya maka akan semakin baik. Dirinya tidak akan berjuang untuk cinta. Tapi berjuang untuk menarik kaki mereka ke neraka.
***
Dan benar saja, dalam beberapa menit ibu suri tiba. Qing Shuang menunduk memberi hormat.
"Yang mulia ibu suri, semoga berumur panjang..." Kalimat Qing Shuang memberikan salam.
"Duduklah!" Ucap sang ibu suri yang duduk terlebih dahulu. Teh mulai disajikan oleh para dayang.
"Nona Shen, apa benar yang kamu katakan?" Tanya sang ibu suri tertarik.
"Hamba tidak akan berani berbohong. Ini sebagai hadiah hamba untuk ibu suri. Hanya sekedar hadiah..." Kalimat penuh senyuman darinya, memberikan kertas bertuliskan resep ramuan kecantikan.
"Nona Shen mendapatkan ini darimana?" Pertanyaan dari sang ibu suri.
"Guru hamba yang mengajarkan hamba keterampilan di bidang medis." Jawaban darinya pelan.
Sang ibu suri mengigit bagian bawah bibirnya sendiri. Dirinya adalah sosok paling rupawan di kekaisaran pada masanya. Kaisar terdahulu menjadikannya sebagai permaisuri karena kecantikannya. Jujur saja dirinya sama sekali tidak tertarik dengan kaisar terdahulu, mendiang suaminya. Segalanya hanya demi kekuasaan, demi pernikahan politik.
Wanita yang tidak pernah jatuh cinta. Hingga...
Lebih tepatnya sekitar 50 tahun lalu Jian Hui (kaisar saat ini), putranya mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tabib yang memiliki julukan tabib dewa pun menyerah.
Pada akhirnya dirinya dan kaisar terdahulu memutuskan untuk meminta pertolongan dari guru negara. Pada awalnya dirinya menganggap sosok guru negara adalah pria tua renta.
Tapi, setelah 7 hari 7 malam menunggu di depan gerbang kuil. Sosok itu terlihat, pria rupawan yang membuat hatinya berdebar-debar. Rambut putih panjang, tatapan matanya tenang tapi begitu dingin, kulitnya... benar-benar pria rupawan tanpa celah. Bahkan suaranya menyejukkan.
Pria yang turun gunung hanya untuk menyembuhkan putranya Jin Hui. Kemudian kembali ke kuil di atas gunung. Dirinya adalah permaisuri saat itu, tapi malah jatuh hati pada guru negara.
Selanjutnya, dirinya diam-diam pergi ke kuil. Berlutut 7 hari 7 malam hanya untuk bertemu dengannya. Tapi pintu kuil sama sekali tidak terbuka lagi.
Apa karena dirinya kurang cantik? Sejak saat itu dirinya begitu ingin kecantikan. Menginginkan sosok guru negara untuk menjadi miliknya. Hingga kini usianya sudah menginjak 68 tahun, tapi sosok guru negara sama sekali tidak dapat dilupakan olehnya.
Ibu suri segera menyimpan resep di balik lengan pakaiannya."Apa gurumu pernah bertanya tentang ku?" Ucapnya penasaran.
Qing Shuang mencoba mengingat-ingat. Gurunya memang pernah mengajarkan bagaimana caranya mengobati seseorang dengan nadi lemah di usia diatas 60 tahun. Itu artinya pernah membicarakan, bukan?
"Pernah." Ucap Qing Shuang. Yang terpenting ibu suri senang.
"Sudah aku duga..." Ibu suri mengeluarkan cermin kecil miliknya yang terbuat dari kuningan. Kemudian sedikit memperbaiki penampilannya sendiri.
"Kamu adalah murid satu-satunya dari guru negara. Pasti sudah seperti putrinya sendiri. Karena itu kamu akan aku perlakukan seperti putriku sendiri juga." Ucap Ibu suri penuh senyuman, memegang jemari tangan Qing Shuang. Seperti seorang ibu dengan anaknya sendiri.
Mungkin dalam imajinasi ibu suri, Qing Shuang seperti anak angkat dirinya dan guru negara. Sebuah cinta terlarang tidak tersentuh, cinta terlarang yang hanya terhubung oleh anak ini.
"I...iya..." Qing Shuang berusaha keras untuk tersenyum. Dulu dirinya tidak pernah membongkar indentitas sebagai murid dari guru negara. Tapi setiap bertemu dengannya ibu suri akan memandang sinis. Bahkan tidak menganggapnya ada. Tapi sekarang sepertinya putrinya sendiri?
"Ini... pakailah. Kamu adalah putriku, ini adalah warisan turun-temurun dari keluargaku. Kapan guru negara akan turun gunung lagi?" Tanyanya antusias, memaksa Qing menerima gelang giok pemberiannya.
"A...aku tidak tau, tidak ada yang dapat menebak jalan pikiran guru. Terimakasih atas hadiahnya ibu suri. Tapi hamba pikir hamba tidak pantas untuk menerimanya." Qing berusaha keras mengembalikan gelang tersebut.
"Kamu berani menolak pemberianku?" Tanya sang ibu suri.
"Hamba tidak berani!" Ucap Qing cepat. Kenapa ibu suri berubah drastis padanya?
"Sekarang ceritakan padaku. Bagaimana keadaan gurumu sekarang..." Tanya ibu suri padanya.
"Guru...dia bagaimana menjelaskannya ya?" Gumam Qing Shuang ragu.
"Apa wajah gurumu masih sama?" Ibu suri hampir saja menitikkan air matanya. Sosok yang hanya sekali bertemu dengannya. Sekaligus sosok yang dirindukan olehnya.
"Guru sudah menembus tingkat kultivasi tertentu. Jadi wajahnya seperti berusia 22 tahun. Sama sekali tidak menua. Guru juga pandai bermain kecapi dan seruling, terkadang memainkan pipa. Dia gemar menciptakan lagu. Terakhir guru membunuh sekelompok bandit gunung yang sering membuat kekacauan." Jelasnya apa adanya.
Air mata ibu suri mengalir, memegang jemari tangan Qing Shuang erat."Baik! Benar-benar anak yang baik! Kamu menyampaikannya dengan baik." Gumamnya dengan imajinasi guru negara tengah merindukannya hingga hanya dapat bermain kecapi dan menciptakan lagu. Karena sebuah perasaan terlarang.
Menjaga rakyat hanya untuk cinta pada dirinya.
"Wajahmu kenapa?" Tanya sang ibu suri pelan memegang cadar yang menutupi wajah Qing Shuang. Anak angkatnya dan guru negara sama sekali tidak boleh dilukai.
"I...ini sudah biasa. Zhu-Zhu hanya cemburu. Dia tidak bersalah, bagaimana pun dia adik hamba." Air mata Qing Shuang mengalir membuat ibu suri tidak tega. Ini adalah murid dari pria yang dicintainya... sepihak? Yang jelas dalam imajinasi ibu suri mereka saling mencintai.
Brak! Brak! Brak!
Suara seseorang mengendor pintu terdengar.
🤣🤣🤣🤣
🤣🤣🤣🤣
Zhu-Zhu merasa benar dgn perbuatannya sekalinya dibalas dgn hal yg sama oleh lawan maka hal itu jadi salah dimatanya 😌
sukses selalu🔥