Spin-off dari Istri Amnesia Tuan G
Dalam beberapa jam, Axello Alessandro, seorang aktor terkenal yang diidamkan jutaan wanita jatuh ke titik terendahnya.
Dalam beberapa jam, Cassandra Angela, hater garis keras Axel meninggal setelah menyatakan akan menggiring aktor itu sampai pengadilan.
Dua kasus berbeda, namun terikat dengan erat. Axel dituduh membunuh dua wanita dalam sehari, hingga rumah tempatnya bernaung tak bisa dipulangi lagi.
Dalam keadaan terpaksa, pria itu pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Tapi rumah itu aneh. Karena tepat pukul 21.45, waktu seakan berubah. Dan gadis itu muncul dengan keadaan sehat tanpa berkekurangan.
Awalnya mereka saling berprasangka. Namun setelah mengetahui masa lalu dan masa kini mereka melebur, keduanya mulai berkerjasama.
Cassie di masa lalu, dan Axel di masa kini. Mencoba menggali dan mencegah petaka yang terjadi.
Mampu kah mereka mengubah takdir? Apakah kali ini Cassie akan selamat? Atau Axel akan bebas dari tuduhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 ~ Keajaiban?
30 November 2024.
"Huh, ternyata memang selingkuh, ya?" Cassie yang berada di dalam mobilnya tertawa miris.
"Di depan kamera begitu cinta sama pacarnya. Aktor-aktor ini memang enggak ada yang bisa dipercaya!" Ia mengambil foto diam-diam, lalu saat sepasang manusia masuk ke salah satu bangunan, ia ingin ikut.
Namun baru beberapa langkah, pandangannya teralih pada seseorang yang ia kenal. "Cresent Moon?" gumam gadis itu saat melihat penulis favoritnya.
Hingga akhirnya ia lebih memilih mengikuti penulis yang tak lain adalah Elodie. Namun siapa sangka akan ada penculikan pada wanita itu. Hingga Cassie mengikuti diam-diam dari belakang. Lalu berusaha menyelamatkan Elodie hingga ia celaka sendiri.
"To-long aku!" ujarnya dengan suara lirih pada Axel yang berdiri di depannya. Tangannya terangkat lemah, hingga saat hampir jatuh, sebuah tangan besar meraihnya. Samar-samar wajah tampan itu terasa begitu dekat. Axel menggendongnya di atas punggung pria itu yang kuat.
"Aku akan membawamu ke rumah sakit," ujar pria itu panik, yang sedikit memberi pandangan berbeda pada Cassie yang membenci aktor terkenal.
.
.
.
Sementara di masa kini. Axel yang berada di dalam rumahnya tengah memegang sapu. Pria itu menjaga-jaga kalau-kalau Cassie kembali menghantuinya. Jam di ponselnya menunjukkan 21.17. Merasa aman-aman saja, akhirnya ia duduk di sofa.
"Apa masih terlalu awal?" gumamnya mengingat semalam hantu Cassie berteriak sekitar jam sepuluh lebih. Pria itu lalu menggeleng-geleng setelahnya, bodoh sekali. Ia seperti tengah menunggu setan untuk menghantuinya.
Dengan perlahan ia membaringkan tubuhnya yang panjang ke atas sofa, kakinya dibiarkan bergelantungan dengan ukuran sofa yang pendek. Jika ditanya apakah ia betah? Jawabannya betah saja, karena saat kecil pun hidupnya tidak lebih baik dari ini. Bisa dibilang ia dibesarkan seorang kakak yang hanya berbeda lima tahun.
Sembari berbaring, ia membuka ponselnya. Mencari profil perusahaan yang selama ini menaunginya. Tidak ada yang aneh, dari semua petinggi pun hampir semua sudah ia kenali.
Pria itu terus menggeser layar ponselnya, hingga waktu sudah menunjuk 21.45. Liontin yang tertimbun oleh jaket di atas meja itu mulai bersinar dalam kegelapan. Saat itu Axel merasakan punggungnya yang terbaring di atas sofa keras tiba-tiba terasa empuk, kepalanya juga rasanya berbantal.
Mengenyahkan perasaan itu, ia masih fokus mencari tahu. Hingga saat ia merasakan suasana yang semakin aneh. Akhirnya kedua mata pria itu berpaling, kelopak matanya melebar menyaksikan apa yang terjadi. Ruangan itu, jelas sekali sangat berbeda.
Jika yang ia ingat ruangan itu begitu kosong, sekarang ia seperti pergi ke dimensi lain. "A-apa ini?" gumamnya saat melihat dengan mata sendiri kantong-kantong snack yang tiba-tiba muncul berserakan di lantai.
Lalu di sampingnya muncul sebuah motor yang membuatnya berjengit kaget. Ia langsung bangun berdiri, setiap barang baru muncul di dekatnya, maka tubuhnya terus menghindar. Hingga kini ia telah berdiri di depan kamar, dengan perasaan takut, cemas namun juga sedikit penasaran. Apa ini sebuah keajaiban?
Dengan tangan bergetar, ia menekan kenop pintu. Dan benar saja, yang pertama ia lihat adalah spreinya yang berwarna hitam tengah menutupi sprei berwarna merah muda. Lalu bantal yang tiba-tiba bertambah menjadi tiga.
Kepalanya mengedar dengan napas tidak teratur. Tangannya juga terkepal dengan erat. Dalam waktu singkat, ia merasa tubuhnya akan limbung jika tidak berpegangan pada pintu.
Rumah apa-apaan ini? Apa bekas film horror? Atau rumah horror asli?
Dengan menarik napas berulang kali, akhirnya ia merasa sedikit tenang. Kakinya ia paksa melangkah, menuju papan tulis yang jelas tertempel foto miliknya, bahkan sebuah pin tertancap di tengah-tengah wajahnya.
Semakin saja ia merasa ngeri. "Cassandra Angela, aku tau kau mengira aku membunuhmu. Tapi sungguh itu bukan aku! Aku sama sekali enggak tahu apa yang terjadi, masa kau udah bukan manusia masih enggak tahu," ucapnya dengan suara bergetar. Pria itu memandang ke sana ke mari.
Ia sudah siap berlari kalau-kalau Cassie tiba-tiba muncul. Namun setelah ditunggu-tunggu pun tidak ada bayangan gadis itu sama sekali.
Akhirnya pria itu mengenyahkan rasa takut karena rasa penasaran yang jauh lebih besar. Ia melihat-lihat coretan kertas di atas meja.
Axel bodoh! Axello jelek!
Wajah iblis berkedok malaikat!
Aku membenci kalian! Aktor terkenal tapi busuk!
"Dia sungguh sangat membenciku? Wah, kalau enggak lihat ini, aku masih kurang percaya kalau dia hater paling parah itu."
Semakin memandang semakin Axel menganga. Bahkan foto editan yang dulu sempat trending itu juga tertempel di papan tulis di sebelahnya. Sebenarnya tidak hanya ada fotonya, ada juga yang milik artis lain. Tapi memang yang dominan adalah fotonya.
"Apa salahku? Sampai dia benci banget?" gumam pria itu. Ia yakin semua ini milik Cassie karena ada foto gadis itu di sudut meja. Di sana ia tampak bahagia bersama seorang perempuan lainnya yang keduanya cukup mirip.
Lalu di sebelahnya, sebuah jam digital yang membuat kening Axel mengkerut dengan dalam.
"30 November 2024?"
.
.
.