Istri Gemoy Kesayangan Pak Kapolres

Sudah dua hari Fiona tinggal di rumah kakak iparnya Arimbi di komplek perumahan Puri Mayang. Hari ini hari kepergian Zion ke Sleman, Yogyakarta untuk menemui kedua orang tuanya mumpung masa cutinya masih dua hari lagi. Daus dan Arimbi sudah pulang kerumah dinas Daus di Kasang bersama kedua anak mereka setelah acara Aqiqah anak kedua mereka selesai sehari yang lalu.

Di rumah itu hanya ada Fiona dan Zion dengan pengurus rumah tangga yang memang menunggu dan mengurus rumah tersebut jika kedua majikannya tinggal di rumah dinas.

Ada terbesit rasa sedih dihati Zion meninggalkan sang istri sendiri bersama Mak Iyah dirumah besar ini. Meskipun keduanya belum menyempurnakan pernikahan mereka karena kedatangan tamu bulanan Fiona yang datang tanpa undangan, keduanya sudah tidak canggung lagi untuk mengobrol hangat sambil skinship mesra dikit khas orang pacaran secara halal.

"Eh, Mas!" seru Fiona kaget dirinya dipeluk dari belakang secara tiba-tiba.

Tubuh besar dan kekar sang suami nyatanya mampu menenggelamkan tubuhnya yang gemoy dan berisi sehingga tidak terlihat ada perbedaan yang mencolok dari tubuh keduanya.

Helaan napas hangat sang suami mengenai kulit leher Fiona yang sangat rentan akan sentuhan. Tubuh Fiona merinding disco karena sentuhan basah bibir Zion yang dengan sengaja mendarat disana.

Zion yang peka akan keadaan tubuh sang istri yang mulai gelisah mengabaikan semuanya. Dirinya hanya ingin mengungkapkan perasaan yang sudah berlabuh di hatinya selama dua hari bersama sang istri.

Ia tidak peduli dianggap gombal ataupun modus, yang pasti saat ini perasaannya begitu menggebu-gebu menempatkan nama Fiona Amartha Dawson di dalam hatinya.

Sentuhan itu terus berkembang hingga ke tulang selangka Fiona. Saat ini ia tidak lagi membelakangi sang suami karena tubuhnya sudah diputar Zion sehingga mereka saling berhadapan.

"Sayang, kenapa rasanya berat Mas ninggalin kamu sendirian disini? Mas gak rela berpisah dari kamu!" bisik Zion sambil terus mendekap tubuh gemoy Fiona.

Wangi strawberry yang menguar dari tubuh Fiona menjadi mood booster nya dan membuat pria tampan itu betah dan nyaman nemplok disana.

Jika saja Zion adalah laki-laki biasa pada umumnya pasti Fiona mual dan mendadak muntah mendapatkan gombalan seperti itu. Namun karena dirinya sudah tahu bagaimana sifat dan kepribadian sang suami dari kedua kakak iparnya dan sahabatnya Sagara, Fiona langsung meleyot di gombalin Pak Kapolres yang kaku kayak kanebo kering.

"Duh, manis banget sih gombalannya? Suami siapa sih ini?" ledek Fiona yang sudah berani mencandai suaminya.

"Suaminya Nyonya Fiona Amartha Nugraha!" balas Zion meladeni ledekan sang istri.

Fiona tersenyum mesem-mesem mendengar balasan sang suami. Zion terkekeh pelan sambil meraih dagu Fiona dan kembali melabuhkan ciuman lembut di bibir seksi sang istri. Kali ini Fiona sudah mulai bisa membalas serangan brutal Zion pada bibirnya karena sering dilatih Pak Kapolres dengan latihan khas prajurit, wkwkwkwk.

Napas Fiona kembang kempis begitu mereka menyudahi pertemuan dua bibir. Meskipun mulai terbiasa, ia masih sulit mengontrol napasnya ketika sedang berciuman, alhasil ia hampir kehabisan napas saking lupanya bernapas saat terbuai lebih dalam.

"Sudah pintar istri Mas balas ciumannya!" kekeh Zion sambil menyentuh bibir bawah Fiona yang masih basah.

"Dih, yang ngajarin kan Pak Kapolres! Jadi, gimana gak pintar kalau setiap ada kesempatan pasti diserang dengan ciuman tiba-tiba!" sungut Fiona dengan muka merenggut.

"Hahahaha," tawa keras Zion menggelegar mendengar perkataan sang istri.

"Mas itu kayak udah pengalaman banget tau gak!" tambah Fiona lagi dengan muka masih sebel.

"Itu insting laki-laki, sayang! Sudah nalurinya laki-laki seperti itu tanpa harus punya pengalaman kelas atas untuk mencumbu pasangannya. Apalagi pasangan halal seperti kamu karena pantang bagi Mas melakukan hal intim seperti itu tanpa ada ikatan yang kuat dan jelas. Meskipun masih belum resmi secara negara, ikatan kita berdua kuat dan erat dimata Tuhan dan agama kita," sahut Zion panjang lebar.

"Duh, sweet banget sih suami aku? Jadi gak rela melepas Mas kemana-mana dan maunya aku kekepin terus dalam kamar," puji Fiona dengan senyuman yang mekar di wajahnya.

"Sabar sayang, Mas maunya juga kayak gitu! InsyaAllah sepulang dari Yogyakarta, Mas akan jemput kamu langsung dan kita gak akan pisah lagi meskipun cuma dua hari! Mas akan bawa kamu kemana Mas pergi dan kalau perlu Mas masukkan kamu dalam kantong biar gak kemana-mana!" jawab Zion dengan mengedipkan matanya.

"Dih, emangnya aku marmut yang bisa dimasukin ke kantong!" sungut Fiona dengan bibir manyun.

Cup

"Iya, kamu marmut gemoy nya Mas yang cantiknya kebangetan!" ucap Zion tulus dengan mengecup singkat bibir sang istri.

Fiona kembali tersenyum mendengar ucapan Zion yang mengatakan dirinya marmut gemoy. Ia tidak merasa marah atau tersinggung dikatakan Marmut gemoy karena ia tahu jika perkataan tersebut adalah pujian yang tulus bukan ledekan atau ejekan terhadap tubuh gemoy nya.

Sore harinya, Fiona tidak kuasa menahan laju air mata saat mengantar sang suami ke pintu keberangkatan bandara Sultan thaha Jambi. Meskipun baru beberapa hari bersama, keduanya sudah merasa nyaman dengan satu sama lainnya sehingga perpisahan ini terasa begitu menyakitkan seakan-akan mereka akan berpisah lama dengan jarak yang sangat jauh.

Lama Fiona terisak dalam pelukan suaminya begitu Zion akan memasuki pos pemeriksaan petugas bandara.

"Nanti Mas telpon atau video call kalau sudah sampai," ucap Zion dengan mengusap lembut punggung sang istri.

Fiona hanya mengangguk dan masih memeluk erat tubuh besar suaminya. Zion pun juga tidak mau melepaskan pelukan tersebut dengan buru-buru karena sejujurnya ia juga enggan berpisah dengan istri gemoy nya.

Dengan berat hati, Fiona melepaskan pelukan keduanya dengan mata yang sembab dan hidung yang memerah.

"Mas berangkat dulu ya, sayang! InsyaAllah dua hari lagi Mas jemput dan kita pulang ke Medan bersama-sama!" ucap Zion sebelum memasuki bagian pemeriksaan.

"Iya, Mas! Hati-hati, salam sama Mama Papa!" jawab Fiona dengan melambaikan tangannya.

Zion tersenyum tipis seraya mengangguk pelan dan melambaikan tangannya juga untuk sesaat. Mata Fiona terus mengamati sang suami hingga tidak terlihat lagi sosok besar itu oleh mata birunya.

"Ayo, Pak! Kita pulang!" perintah Fiona begitu memasuki mobil pada Pak Saipul.

"Oke, Mbak!" sahut Pak Saipul dengan patuh.

🍀🍀🍀

"Mbak Amel! Buruan balik! Si Jaka mau dibawa paksa sama mantan laki, Mbak!" pekik Dewi dari ujung telepon begitu Jemima menjawab panggilan tersebut.

Bersambung...