Life After Marriage ( Jenar & Arya )

Arya masih berdiri mematung di dalam walk in closed nya, matanya melihat ke arah koper yang tadi sudah di bereskan oleh Jenar, entah mengapa kini ia baru menyadari bahwa dirinya lah yang salah. Ia telah melukai hati istrinya.

Arya kembali mengingat kata kata yang di ucapkan Dimas saat di kantor, hati Arya ikut merasa sakit saat mengingat bagaimana Jenar berulang kali mengambil napas dan menghapus air matanya yang selalu mengalir saat ia berbicara.

Arya terlalu memikirkan keadaan Tata hingga ia melupakan Jenar istrinya. Arya kembali bertanya dalam hatinya bagaimana Jenar tau semua tentang Tata, apakah Arlan memberi tahu nya atau Dimas.

Arya tidak mau memikirkan itu lagi, kini ia tau bahwa dirinya salah dan ia akan meminta maaf kepada Jenar nanti. Arya langsung menghampiri Jenar yang sedang di kamar mandi.

Arya berusaha membuka pintu nya namun ternyata di kunci, Arya mencoba memahami mungkin Jenar tidak ingin di ganggu, jadi ia putuskan untuk menunggu Jenar di tempat tidur.

Sudah hampir satu jam Arya menunggu dengan perasaan gelisah, namun Jenar tak juga kunjung keluar. Bahkan Arya juga tidak mendengar suara gemercik air sama sekali.

Karena rasa penasaran dan khawatir, akhirnya Arya putuskan untuk mendobrak pintu kamar mandi nya.

Brakk ...

Brakkk...

Braakk ...

"Sayang!" Pekik Arya terkejut kala melihat tubuh Jenar sudah tergeletak di lantai dengan keadaan yang sangat tidak baik.

"Sayang bangun yank, hey pliss bangun." Arya mencoba membangunkan Jenar namun naas Jenar tidak bergeming sama sekali.

"Sayang maafin aku, plis bangun." Ucap Arya lalu ia segera mengangkat tubuh Jenar keluar kamar.

"Bian ... Bian ... bang Dimas .. " Arya terus berteriak sambil memanggil nama Bian dan dimas.

"Arya ada apa?" tanya Dimas yang langsung menghampiri Arya.

"Bang bantu siapin mobil bang cepat!" Teriak Arya dengan wajah panik nya.

"Jenar!" Pekik Tamara dan Chaca terkejut.

"Bang, i itu." Ucap Bian menunjuk pantat Jenar yang basah, namun bukan basah air melainkan darah. Tangan Arya pun juga sudah berlumur darah.

"Ya Allah Je!" Teriak Tamara menangis melihat keadaan Jenar.

"Abang cepat!" Arya semakin panik dan khawatir. Dimas pun segera berlari mengeluarkan mobilnya.

"Arya apa yang kamu lakukan sama Jenar hah!" Pekik Tamara emosi.

"Mah, tolong jangan sekarang, Arya mohon mah." Arya sudah menangis dengan tubuh bergetar sambil menggendong Jenar di depan pintu menunggu Dimas yang sedang mengambil mobil di garasi. Hari sudah malam jadi semua mobil sudah masuk kandang semua.

"Kamu benar benar keterlaluan Arya!" Seru Tamara lagi.

"Kamu lihat karena ego kamu istri kamu seperti ini!" Seru Tamara.

"Mah, Arya--" Arya tidak sanggup melanjutkan ucapan nya, memang ia, dirinya menyadari bahwa ini salahnya. Namun untuk saat ini dirinya hanya ingin cepat membawa Jenar ke rumah sakit dan berharap dirinya masih bisa memperbaiki kesalahan nya.

"Ayo." Panggil Dimas dari dalam mobil, Arya pun segera masuk ke pintu belakang di ikuti Chaca yang langsung masuk di kursi depan.

"Aiden kamu dirumah ya sayang." kata Chaca.

"Mami sama Papi hati hati. Aiden gak mau tante Jeje kenapa kenapa." Ucap Aiden juga panik.

"Bantu doa ya sayang." Kata Chaca.

"Sayang, ku mohon bangun lah. Aku mohon bangun." Ucap Arya dengan keringat bercucuran serta air mata.

"Bang cepet bang!" Ucap Arya terus menerus.

"Gue gak bisa berkata apa apa lagi Ar, semoga bini lo gapapa." Ucap Dimas dan langsung menambah kecepatan mobilnya.

Sepanjang perjalanan Arya terus menangis sambil memeluk kepala Jenar yang ada di pangkuan nya. Hatinya sangat sakit, ia merutuki kebodohan nya. ia sangat merasa bersalah akan hal ini.

Setelah sampai di rumah sakit, Arya langsung menggendong tubuh Jenar menuju ruang UGD.

Beberapa Suster datang dengan membawa sebuah brangkar namun Arya tidak mau, ia masih tetap menggendong Jenar hingga sampai di ruang UGD.

"Silahkan anda keluar dulu." Ucap Suster namun Arya enggan meninggalkan Jenar.

"Tidak, saya akan tetap disini, tolong istri saya." Ucap Arya yang terus menggenggam tangan Jenar.

"Tuan, silahkan anda tunggu di luar karena kami harus memeriksa pasien." Ucap salah seorang Dokter.

"Ayo keluar." Ucap Dimas menarik paksa tubuh Arya.

Setelah di luar, tubuh Arya langsung terjatuh di lantai. Tangis nya tidak juga kunjung berhenti walau kini matanya sudah memerah.

"Bang, katakan Jenar baik baik saja." Ucap Arya frustasi.

"Sebenernya apa yang terjadi?" Tanya Dimas penasaran.

Akhirnya Arya menceritakan semua nya dari awal, Dimas bisa melihat penyesalan Arya yang begitu dalam namun apa mau di kata semua sudah terlanjur.

"Otak lo isinya apa sih Ar!" Bentak Dimas emosi.

"Bisa bisa nya lo astaga!" Dimas mengusap wajahnya dengan kasar, tidak habis pikir bagaimana bisa Arya sebodoh ini.

"Gue gak habis pikir dimana otak pintar lo itu Ar." Ucap Dimas emosi.

"Bang gue nyesel gue--" ucapan Arya terhenti kala dokter keluar dari ruang UGD dan memanggilnya.

"Suami pasien." Ucap dokter membuat arya langsung berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Dokter.

"Saya Dok." Jawab Arya. "Bagaimana keadaan istri saya Dok? Istri saya baik baik saja kan?" Tanya Arya beruntun.

"Maafkan kami Tuan." Ucap Dokter lirih dan menunduk.