Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Ratih yang sudah meringkuk mundur dengan wajah pucat, matanya membulat saat semua dayang sudah keluar semua.
Sedangkan di kamar hanya ada dirinya dan Pangeran Naga Seta---malam ini sang Pangeran Naga Seta tak menyembunyikan wujud aslinya.
Ratih takut jika dirinya telah membuat masalah, karena tadi di ruang singgasana sang pangeran nampak lembut dan sama sekali tak menunjukkan kemarahan padanya.
Dari pinggang ke atas, tubuhnya tampak seperti manusia bertubuh atletis. Tegap, berkulit putih pucat, dengan mata yang tajam.
Namun dari pinggang sampai bawah kakinya berwujud menjadi ekor ular putih raksasa. Sisiknya Berkilau memantulkan cahaya seperti mutiara, gerakan ekornya menimbulkan pusaran air kecil yang membuat benda-benda bergoyang.
Ratih mundur perlahan, jantung berdegup kencang dengan punggung yang menempel di tiang ranjang dan akhirnya terduduk di atasnya.
Tubuh gadis malang itu sudah bergetar dengan hebat, karena ketakutan.
"Pangeran---" ucapan kalimat Ratih belum selesai tapi pangeran Naga Seta sudah memotongnya cepat.
"Kenapa kau mencoba meninggalkan istanaku?" tanya Naga Seta dengan wajah penuh amarah.
Naga Seta melangkah dengan penuh wibawa dan kemarahan yang di tahan, nadanya rendah tapi menusuk tajam.
Mendengar pertanyaan itu Ratih hanya diam tak bisa menjawab, jawabannya jelas dirinya mau keluar dari dunia gaib ini----karena dirinya manusia.
Manusia jika sekali terikat dengan bangsa jin atau siluman maka akan sulit melepaskannya, di tambah siluman ingin mengawini manusia itu adalah hal yang tak etis----melawan ke hendak sang pencipta.
"Jawab aku Ratih!" marahnya dengan nada yang tajam.
Gentakan Pangeran Naga Seta membuat wajah Ratih pucat dan jantungnya berdegup kencang seolah ada ancaman, apa langkah Pangeran demi mendapatkan hati Ratih.
"Apa dunia manusia masih pantas untukmu dibanding istana ini? Apa kemewahan dan perlindungan yang kuberikan tidak cukup? Aku hanya minta kamu menjadi permaisuriku?" ujar Pangeran Naga Seta.
Ratih menarik napas dalam-dalam seolah tenggorokannya tercekat, dirinya menatap sang pangeran di depannya yang wajahnya hanya beberapa inci saja.
"Kanjeng Pangeran....Aku tidak bermaksud menghina...aku manusia...ak--aku terjebak dan aku hanya ingin pulang," ucap Ratih dengan suara bergetar.
Sang Pangeran dengan jari telunjuknya mengangkat dagu Ratih, wajah gadis ini sudah ketakutan lantaran ancaman mahkluk di depannya ini.
Sang Pangeran di depannya tatapannya menajam, pupil matanya menjadi seperti reptile.
"Pulang?" ucapnya lirih dengan penuh penekanan.
"Kau ingin kembali ke dunia manusia, Ratih? Dunia yang membuatmu sakit hati, Arya---dan kamu akan dinikahi Surya!" tekan sang Pangeran.
Ratih menelan salivanya, mengigit bibirnya, menahan tangis.
"Gusti...dunia manusia kejam, tapi disana aku masih memiliki...ibu," ucap Ratih diiringi isak tangis.
Hening.
Terdengar desis lirih dari ekor sang pangeran yang bergeser di lantai menghasilkan suara yang lembut,
"Aku mencintaimu Ratih sejak saat kamu menyelamatkanku," ujar Sang Pangeran yang jarinya masih di dagu Ratih.
"Aku selalu memperhatikanmu sejak saat itu," tambahnya.
"Pangeran...," ujar Ratih dengan lirih.
"Keinginan hamba bukan menjadi permaisuri, hamba ingin hidup bersama suami dan anak hamba kelak," aku Ratih dengan isak tangis.
Sang Pangeran tertawa renyah membuat getaran aliran sungai terguncang, Ratih berpegangan pada sisi ranjang.
"Aku bisa kabulkan keinginanmu untuk memiliki anak bersamaku," ucapnya dengan nada tegas.
Ratih mengangkat wajahnya, matanya berkilat dengan penuh air mata dan keberanian tersisa dirinya sekali lagi menolak keinginan sang Pangeran.
"Coba saja kamu ke dunia manusia, tak akan ada seorang manusia pun yang akan meminangmu!" ancamnya dengan tegas.
Ratih menatap ancaman Naga Seta, entah apa yang di perbuatnya dulu. Kebaikan yang dulu dirinya telah lakukan malah menjadi bumerang untuknya.
Kenapa harus seperti ini takdir apa ini? Ratih hanya ingin menjadi manusia sepenuhnya.
Memang dulu dirinya pernah menyelamatkan seekor ular putih saat terjebak di dahan pohon----saat masih kecil.
Tapi dirinya tak tahu akhirnya akan menjadi seperti ini----hal yang tak dirinya tahu jika yang di selamatkannya adalah Naga Seta si penunggu sungai.
"Aku telah menyelamatkan nyawamu, kenapa kamu tega mengancamku seperti ini? inikah balasannya saat aku menyelamatkanmu dulu?" marah Ratih.
Entah keberanian darimana, gadis ini-----kali ini berani menjawab pertanyaan siluman di depannya.
"Ratih!!" gentaknya.
Kali ini sang Pangeran mencengkram kuat dagu Ratih---gadis ini hanya meringis kesakitan saat tangan sang Pangeran mencengkram dagunya.
"Kamu milikku Ratih!" marahnya.
"Aku bukan milik siapapun Naga Seta, Bahkan milikmu!" tegas Ratih.
Kata-kata itu menusuk dalam, wajah Naga Seta langsung menegang, namun di balik amarahnya terselip sesuatu lebih rapuh.
Naga Seta memiliki rasa takut kehilangan saat menatap Ratih, akhirnya Naga Seta dengan ancamannya pergi keluar kamar.
"Jika kamu tak mau menjadi istriku, Pendampingku, dan Permaisuriku lihat apa yang aku akan lakukan," ancamnya dengan penuh penekanan sebelum meninggalkan kamar itu.
Ratih mengira itu hanya sekedar ancaman belaka, dirinya tak sadar Naga Seta menjaga sungai, dirinya bisa lakukan apapun sesuka hati.
Naluri seorang siluman, akan sangat berbahaya jika sesuatu tak bisa di milikinya.
Mendengar ancaman dan intimidasi dari Naga Seta yang keluar kamar, Ratih hanya terduduk luruh di ranjang, memejamkan mata dengan air mata jatuh satu per satu.
Ratih tak tahu apakah ancaman dari Naga Seta itu apa? peringatan, Ancaman, atau ungkapan cinta dari mahkluk yang hatinya sedalam bumi tempat mereka tinggal.
*
*
*
lanjut yg bnyk thor, aq mls baca klo cuma sedikit. 😂
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.