Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Bukan Pelakor
Jauh didalam hatinya, Aleta sudah mencintai suaminya. Hanya saja ia begitu takut untuk rasa ingin memiliki. Mengingat pernikahan mereka hanya diatas surat kontrak. Aleta memalingkan wajahnya lalu berdiri sambil menahan tangisnya.
"Tidak. Mas bukan milikku," tegas Aleta.
Revan membalikkan badannya Aleta agar berhadapan dengannya. Ia menatap mata indah itu untuk mencari kejujuran di sana.
"Apakah selama tiga Minggu pernikahan kita kamu tidak mencintaiku sama sekali, hmm?" tanya Revan.
Emosionalnya bangkit untuk melawan perasaannya yang salah. Konsekwensinya terlalu berat untuk terlibat cinta segitiga.
"Cinta tidak cukup untuk menyingkirkan Rere dalam hidupmu. Aku pun tidak ingin berbagi cinta dengan wanita lain. Tolong jangan memaksaku...!" ucap Aleta tetap pada pendiriannya.
"Baiklah. Kita akan jalani semua ini sesuai dengan perjanjian. Aku harap kamu segera hamil dan kisah kita cepat usai," Revan meninggalkan Aleta lalu keluar dari kamar itu.
Air mata Aleta tidak mampu lagi terbendung. Ia menjatuhkan dirinya ke kasur lalu menangis sepuasnya di sana.
"Aku mencintaimu Revan bahkan sangat mencintaimu. Tapi aku tidak mau dicap sebagai pelakor dalam rumah tanggamu," ucap Aleta sambil terisak.
Sementara itu Revan saat ini tidak begitu marah dengan Aleta karena ia yakin kalau Aleta juga sangat mencintainya. Justru saat ini dia sedang meminta beberapa pengacara terkenal untuk meninjau ulang kasus yang menimpa ayah kandungnya Aleta. Revan ingin negara mengembalikan hak milik keluarga Aleta.
Sementara itu Rere yang begitu cerdik untuk meminta orang mengikuti suaminya dan Aleta berada. Setiap ada momen menarik di mana suaminya selalu memperlakukan Aleta melebihi dirinya. Melihat beberapa foto dan video hasil jepretan orang kepercayaannya membuat Rere menekan perasaannya.
"Sialan....! Dasar pria berengsek...! Di hadapanku dia selalu memastikan aku tidak terluka namun saat jauh dariku dia memperlakukan wanita itu bak seorang ratu. Apakah aku sudah salah memperhitungkan wanita itu hanya untuk melahirkan anaknya Revan saja?" lagi-lagi Rere mulai terbakar cemburunya saat ini.
"Baiklah, kita tunggu saja untuk tiga bulan ke depan. Jika wanita miskin itu tidak hamil juga maka aku akan menyingkirkan nya," ancam Rere.
Revan kembali ke kamarnya dengan membawa beberapa obat dan juga buah-buahan untuk Aleta makan. Setibanya dikamar ia melihat Aleta sedang tidur dengan sisa air matadi mata indah itu. Revan memperhatikan sejenak wajah sang istri. Ia lalu ikut berbaring dan menarik tubuh Aleta untuk masuk dalam pelukannya. Aleta bergumam lalu membuka matanya perlahan.
"Mas, maafkan aku...!" ucap Aleta setengah berbisik.
"Tidak apa. Tidurlah...! Aku juga mengantuk." Keduanya mulai terlelap ke dalam mimpi masing-masing.
...----------------...
Tiga bulan berlalu begitu saja. Revan dan Aleta sudah berada di negara Swiss. Kebetulan negara itu sedang musim salju sehingga Aleta dan Revan tidak bisa keluar ke mana-mana. Aleta memilih tinggal di villa pribadinya Revan yang berada di Swiss itu.
Lagipula Revan sudah tahu kalau keberadaannya sedang dimata-matai oleh orang suruhan Rere. Orang-orangnya kini lebih selektif untuk tidak membiarkan siapapun mendekati villa pribadi bosnya mereka.
Aroma makanan memenuhi ruangan itu membuat Revan segera beranjak dari tempat tidur. Saat melihat kasur itu kosong, Revan curiga kalau istri mudanya itu sedang masak saat ini.
"Sedang apa princess?" Revan memeluk tubuh molek istrinya dari belakang saat Aleta sedang memasak.
"Aku memasak makanan Indonesia. Lidahku tidak cocok dengan makanan di sini," ucap Aleta yang saat ini sedang membuat sayur capcay dan tumis daging.
Revan mengernyitkan keningnya heran karena selama tiga bulan ini Aleta tidak pernah mengeluhkan tentang makanan.
"Apa jangan-jangan Aleta hamil?" batin Revan antara senang dan juga sedih.
"Aleta, apakah kamu sudah siapkan tespek?" tanya Revan.
"Untuk apa kamu menanyakan itu? Sepertinya aku belum hamil," ucap Aleta.
"Bukankah hampir tiga bulan ini kamu belum haid?" cecar Revan.
"Iya juga ya. Tapi aku tidak merasakan mual maupun pusing seperti orang ngidam," ucap Aleta.
"Tapi kamu menginginkan makanan Indonesia padahal sebelumnya kamu tidak pilah-pilih makanan kecuali masakan bebek," ucap Revan.
"Benarkah aku hamil?" tanya Aleta tidak yakin dengan tebakan suaminya.
"Untuk memastikannya lebih baik kita ke dokter Aleta setelah makan siang," pinta Revan.
Aleta terdiam. Ia kemudian mengangguk lalu menyiapkan makan siang untuk suaminya di atas meja. Perasaannya campur aduk kini antara senang dan juga sedih.
Mereka pun menyantap makanan itu dalam keadaan hening. Sebenarnya masakan Aleta sangat luar biasa rasanya. Namun hati keduanya tidak lagi merasakan makanan itu hingga makanan dipiring mereka habis tak tersisa.
Beberapa jam kemudian Revan dan Aleta sudah berangkat ke rumah sakit. Di dalam hati mereka berdua berharap agar hasilnya negatif karena Aleta selalu mengalami hormon yang membuatnya selalu telat datang bulan.
"Mas. Apakah nanti setelah aku dinyatakan hamil kita akan kembali ke Jakarta?" tanya Aleta.
"Apakah kamu ingin seperti itu, princess?" tanya Revan yang enggan untuk menjawab.
"Entahlah. Tapi itu yang diinginkan Rere jika aku sudah hamil dan kita harus segera kembali agar dia juga mengikuti perkembangan kehamilan ku sampai melahirkan," ucap Aleta sendu.
"Tolong pikirkan lagi permintaanku beberapa waktu lalu. Jika kamu nanti hamil kamu butuh ruang untuk kenyamanan. Tidak mudah bagiku untuk bersikap adil pada kalian berdua jika sudah tinggal satu atap. Mungkin Rere atau kamu akan saling cemburu satu sama lain dan itu akan mengakibatkan pada kehamilanmu," ucap Revan.
Apa yang dikatakan Revan banyak benarnya. Tapi bagaimana dengan Rere. Menjauhkan suaminya darinya akan mengundang perang diantara mereka berdua. Itu yang dikuatirkan Aleta. Rasanya serba salah meminjam milik orang lain untuk sementara waktu.
Tidak lama kemudian mobil mereka memasuki sebuah rumah sakit mewah. Jalanan cukup licin sore itu namun petugas cukup sigap menyingkirkan butiran salju yang menumpuk setiap saat dengan mobil pengeruk salju. Revan membenarkan mantel istrinya.
Aleta tampak sangat cantik walaupun tidak ada riasan lebih diwajahnya. Wajah teduh Aleta yang membuat Revan tidak ingin jauh dari istri mudanya itu. Tidak dengan Rere yang kadang membuatnya malas untuk kembali ke rumah jika sedang melakukan perjalanan bisnis.
Apa lagi Rere tidak begitu suka berpergian. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di tempat klinik kecantikan, shopping dan olahraga. Sementara Aleta mudah menyesuaikan diri ditambah ia banyak tahu tentang segala hal jika sudah berbincang dengan Revan. Itulah sebabnya Revan lebih nyaman bersama Aleta.
Beberapa menit kemudian keduanya sudah berada di ruang praktek dokter kandungan. Aleta melakukan proses pemeriksaan dimulai dengan tes urine. Dokter melihat pasangan ini tersenyum lalu meminta Aleta untuk melakukan USG.
"Selamat untuk kalian berdua...! Saat ini nona Aleta sedang hamil 5 Minggu," ucap dokter Clara membuat Revan dan Aleta terkesiap.
"Hamil dok...?" tanya keduanya serempak.
"Iya. Tolong dijaga emosinya agar tidak mudah setres. Hindari tempat-tempat berbahaya untuk didatangi dan jaga pola makan sesuai anjuran dokter," ucap dokter Clara lalu memberikan resep pada Revan.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina