Reina masuk kedalam tubuh sang tokoh antagonis yang merupakan tunangan dari tokoh utama pria yang sangat obsess pada sang tokoh wanita. Takdir dari buku yang dibacanya harus mati dengan keadaan menyedihkan. Tapi Reina tidak ingin takdir buruk itu terjadi. Salah satunya dengan merubah takdirnya dengan memutuskan pertunangannya dengan Nico sang tokoh utama. Sayangnya perubahannya membuat pria gila berbarik tertarik padannya dan berjanji tidak akan melepaskan. Rencana hidup tenangnya harus hancur dengan pria gila yang malah obsesi padanya bukan pada kekasih kakaknya. Tidak sampai disitu saja masalah dalam hidupnya silih berganti. Berbagai karakter muncul yang tak seharusnya ada di cerita.
"Mari kita batalkan pertunangan ini."
"Tidak akan pernah, kamu sudah masuk ke dalam duniaku dan cara untuk keluar hanya dengan kematian. Sayangnya aku tidak akan membiarkan kematian merenggut kelinci kesayangan itu."
"Kenapa alurnya jadi berubah."
"Semua usahaku sudah selesai , mari kita putus."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewisl85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Reina melempar tubuhnya pada tempat tidur. Ia ingin sembunyi dari dunia ini. Bagaimana bisa ciuman pertamannya dicuri oleh pria gila itu. Marah melingkupinya tapi dia akui pria itu terlalu menawan yang berhasil membuatnya terpaku. Kenapa tokoh gila itu harus memiliki fisik yang begitu sempurna. Ia menjadi bimbang gulana begini.
"Jadi ada yang baru saja dikecup oleh pria yang disukai ." goda seorang pria yang masuk ke kamar Reina. Dia melihat setiap adegan beberapa saat lalu. Dimana seorang Nico dengan berani menunjukkan kemesraan keduannya di depan seluruh kolegannya. Bukankah itu sudah menunjukkan kalau pria itu tidak tertarik dengan Rose.
"Berhenti menggodaku kak."
"Lihat wajah merah tomatmu tadi. Apalagi saat kamu berlari keluar dari ballroom tadi. Aku pastikan besok akan ada gosip hangat. Sang CEO menenangkan tunangannya yang marah dengan kecupan." ucapnnya yang diakhir sebuah lemparan bantal ke wajahnya.
"Berhenti menggodaku dan pergi dari kamarku sekarang juga. " ucapnnya yang sekarang menatap tajam pada kakaknya.
"Oke-oke adikku tersayang jangan menatapku seperti itu." ucap Shaka yang memilih meninggalkan kamar adikknya. Perlahan senyumannya hilang dengan wajah dingin tergambar jelas.
"Dia semakin merepotkan saja. Sepertinya aku perlu mengunjungi pria itu." ucap Shaka yang meninggalkan kamar adiknya.
Sedangkan di tempat lain, seorang pria sedang menikmati segelas winennya sambil menatap keluar rumahnya. Tatapannya dingin mengintai segela sudut taman rumahnya.Entah apa yang sedang dirinya pikirkan saat ini. Satu hal yang pasti amarahnnya tidak bisa ditahan lagi.
"Tuan."
"Kamu sudah kuberikan perintah agar dia tidak membuat masalah."
"Maaf tuan tapi saya tidak menduga nona akan mengatakan hal itu."
"Wanita itu memancing amarah kelinci manisku. Dia tidak lagi menjadi kelinci pendiam. Reina yang sekarang selalu berusaha kabur dari sangkarnnya. Sepertinya dia harus tahu sedang bermain dengan siapa.
"Tuan untuk nona Rose, dia menunggu anda di ruang tamu."
"Aku tidak ingin menemuinnya, usir saja hama satu itu. Dia benar-benar membuat emosiku buruk hari ini." ucap Nico yang masih sibuk menatap keluar. Vino keluar dari ruang kerja atasannya.
Nico melangkah ke kursi kebesarannya, Dia menatap layar yang menampilkan setiap kegiatan kelinci manisnya. Entah sejak kapan ada beberapa kamera terpasang di kamar Reina tanpa wanita itu sadari. Tatapan dinginnya perlahan menghilang saat melihat setiap gerak-gerik wanita itu.
Reina meninju beruang di terduduk di kasurnya sambil mengumpati nama seseorang. Tanpa sadar setiap tingkahnya membuat seseorang tertawa pelan. Ternyata wanita itu menjadi sangat menarik sekarang. Entah sudah berapa kali kata kasar keluar untuk mengumpatnya. Tapi tidak membuat pria itu marah.
"NICO BERENGSEK, rasakan ini ciah-ciah. Ah ciuman pertamaku. Mama aku sudah tidak polos lagi." ucapnnya yang begitu keras membuat tawa kecil keluar dari Nico. Ternyata dia menjadi orang pertama untuk wanita itu. Rasa bangga tiba-tiba menghinggapinya.
Reina melentangkan badannya dan kedua matanya menatap langit-langit kamar. Entah seperti apa bentukannya, rambut acak-acakan dan gaun kusutnya. Sekarang dia hanya ingin melepaskan kekesalannya. Pria gila itu bukannya mendeklarasi pembatalan pertunangan. Dia malah mengibarkan bendera perang padannya.
"Apa yang harus aku lakukan untuk membatalkan pertunangan ini? apa aku harus pergi keplanet lain? kalau begitu aku akan hidup menderita di luar . Tidak-tidak." berbagai pikiran aneh silih berganti dan semua itu didengarkan oleh Nico. Pria itu tidak habis pikir dengan keinginan wanita saking ingin memutuskan pertunangannya. Rasa marah menghinggapinnya tapi di mengindahkannya karena tingkah menggemaskannya.
"Aku bisa gila kalau begini." ucapannya terakhir sebelum perlahan kesadarannya termakan oleh rasa kantuknya.
Paginya, Reina bangun dengan kantung mata yang cukup besar. Dia menatap pantulannya, lalu membuang nafas kasar. Hari ini rencananya dia akan menikmati waktunya di kamar dengan berbagai hobby selama dihidupnya dulu. Seperti nonton Film dan baca novel. Semua itu akan dia lakukan sekarang.
Tapi semua rencanannya gagal saat sosok pria yang ingin dirinya hindari sedang menunggunya di ruang tamu. Hari ini kedua orang tuannya sedang tidak ada di rumah. Padahal hari libur ini aku ingin bermalasan tapi pria itu malah datang ke rumahnya.
"Apa yang sedang tuan Nico di kediaman Laksana?"sindir Reina yang menunjukkan tatapan ketidak tertarikan pada pria itu.
"Bukankah tidak aneh seorang pria menemui tunangannya di akhir pekan."
"Aneh kalau untuk anda."
"Kenapa ?"
"Anda pura-pura lupa?"
"Saya benar-benar tidak paham."
"aaaaaaaaakhh aku bisa gila." teriaknnya yang membuat pria itu malah tertawa melihat tindakan Reina.
"Kenapa kamu tertawa? tidak ada yang lucu."
"Kamu yang lucu adikku."
"Aku tidak sedang melucu."
"Tapi kamu seperti monyet sedang mengamuk."
-Buk. Sebuah bantal melayang ke wajah Shaka, beruntung pria itu bisa lebih cepat mengambil bantal itu. Kalau tidak dia akan merasakan sakit seperti kemarin.
"Aku marah karena pria gila ini datang ke rumah. Aku sedang ingin bertapa."
"Sejak kapan kamu menjadi biksu!"
"Dia tidak bisa menjadi biksu ." balas Nico dengan santai yang membuat Reina menatap tajam pria itu.
"Ah benar, dia sudah tidak suci lagi. bibirnya."
"Buk." untuk kali ini bantal ini tepat mengenai sasarannya. Wajah senang merekah di wajahnya.
"Bisakah kalian tidak menggangguku. Aku ingin me time."
"setiap hari kamu selalu me time di kamarmu. Jadi pergilah bersama Nico."
"TIDAK."
"Sudahlah, biasannya juga..."
"Gak ada kata biasanya. sekarang Tuan muda Nico sebaiknya pergi dari rumah saya." ucap Reina dengan tatapan tajam.
"Hey ini rumah mom dan dad bukan rumah mu."
"aaaaaaaaakh kakaka jangan ikut campur."
"Baik-baik , silahkan lanjutkan pertengkaran pasutri muda."
"KAKAK."
"Boleh juga."
"Apa yang boleh juga?"
"Kita menikah."
"Tidak."
"Tidak ada penolakan."
"Kamu gila."
"Ya memang aku gila jadi kamu tidak bisa menolaknya." ucap pria itu dengan senyuman lebarnya,
"Nikah sana sama bunga bangkai. Aku tidak minat." ucap wanita itu yang memilih meninggalkan pria itu tapi satu tarikan membuatnya terduduk di pangkuan pria itu.
"Hey lepaskanku." ucap Reina yang tidak nyaman dengan posisi saat ini. Tapi pelakunya malah menatapnnya dengan santai.
"Biarkan seperti beberapa saat."
"Aku tidak mau."
"Jangan bergerak atau kamu membangun sesuatu yang tidak akan pernah kamu bayangkan."
"apa maksudmu!"
"Ya coba kamu pikirkan dengan otak kecilmu itu." ucap pria itu dengan santai meletakan dagunya diatas kepala wanita itu.
"Hey lepaskan."
"Tenang dan nikmati." ucap pria itu dengan mengelus punggu wanita perlahan yang malah membuat rasa kantuk menghinggapi Reina. Dia memang mudah sekali tidur apalagi dengan elusan di punggungnya. Tanpa sadar kesadarannya perlahan menghilang.
"Kamu sangat manis kalau diam seperti ini. Tapi aku tidak suka kamu mati dalam waktu dekat. " gumamnya pelan.
"Nico, berhenti mempermainkan adikku." ucap Shaka yang akhirnya keluar dari pesembunyiannya. Dia bukan tidak bisa melawan sahabatnya. Pria itu tidak ingin melukai adiknya saja.
"Tak akan."
"Nico, dulu aku membiarkan hubungan ini karena dia mencintaimu tapi sekarang dia sudah tidak lagi memiliki perasaan itu. Jadi lepaskan dia seperti keinginanmu itu."
"Tidak akan pernah Shaka. Kamu prinsipku sesuatu yang sudah ku miliki tidak akan lepas kecuali hancur. " ucap Nico.
"Apa maksudmu? kamu ingin membiarkan adikku hancur dengan prinsip gilamu itu."
"Tidak akan Shaka, semua sudah berubah."ucapnnya yang secara rakus menghirup aroma tubuh wanita dipelukannya.