wisopati adalah seorang pendekar hebat yang tewas melawan musuh terkuatnya, siapa sangka setelah tewas jiwanya berpindah ke tubuh seorang lelaki pecundang yang bekerja sebagai penyapu jalanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seperti burung murai
Setelah mengobrol dengan orang-orang ini wisopati sedikit tahu tentang gambaran yang sedikit luas tentang dunia dan sistem kekuasaannya.
Kemudian wisopati berucap, "aku ingatkan pada kalian untuk jangan banyak bicara, apa yabg terjadi pada malam hari ini biarlah menjadi rahasia."
Semua orang yang ada di tempat ini menganggukan kepalanya.
"Dan panggil aku dengan nama wisopati." Ucap wisopati tenang.
Semuanya terlihat kaget sebelum menganggukan kepanya penuh dengan kayakinan, semuanya sempat bertanya, "apakah ini nama asli tuan Aji?"
Wisopati berdiri dari tempat duduknya, tampak ingin pergi dari tempat ini.
"Tuan Aji, tidak maksudku tuan wisopati mengapa anda tidak menginap saja di kediamanku? Kami akan benar-benar merasa senang apabila anda mau menginap di sana." Ucap kakek harto.
Wisopati menggelengkan kepalanya secara perlahan, "itu tidak di butuhkan, aku harus bekerja." Ucap wisopati.
Kakek harto, niken dan yang lainnya terdiam. Sebelum ini mereka sudah menyelidik masalalu tuan wisopati, beliau ini adakah seorang penyapu jalanan. Sedikit sulit memikirkan mengapa sosok sakti seperti tuan wisopati memilih menjadi tukang sapu.... benar-benar tidak masuk akal.
"Tuan, kalau anda mau menginap di rumah kami, kami siap untuk menyiapkan seluruh kebutuhan hidup anda. Anda tidak usah repot-repot menjadi tukang sapu jalanan!" Nampak harto masih berusaha membujuk wisopati kerumahnya.
Wisopati terdiam.
Wisopati sendiri tidak bisa menjelaskan ke semua orang, bahwa menjadi tukang sapu bukanlah keputusannya. Melainkan karena dia hidup di tubuh tukang sapu ini, dan wisopati tidak bisa semerta-merta melepas kehidupan tukang sapu ini, sebab ada yang namanya 'sisa kehendak' yang di tinggalkan oleh aji. Di mana aji terobsesi menjadi buruh yang giat untuk mendapatkan banyak uang!
Benar-benar sisa kehendak yang menjengkelkan bagi wisopati.
"Aku tidak ingin hidup mencolok, menjadi petapa adalah tujuanku saat ini..." ucap wisopati membuat alasan acak.
***
Waktu berjalan cepat, ketika pagi hari terlihat wisopati yang sedang bercermin setelah mandi, kemudian dia menyisir rambutnya kebelakang. Entah mengapa dengan kondisi wajahnya yang minim ekspresi membuatnya sedikit menarik.
Wisopati kemudian keluar dari kosannya dan berjalan dengan santai, menikmati udara segar di jalan pedesaan bumiayu ini.
Siapa sangka di pagi hari yang cerah ini terlihat seorang wanita cantik yang sedang muram di pinggir jembatan.
"Hmm.." wisopati bergumam, memandangi wanita yang sepertinya ingin bunuh diri.
Sama sekali tidak terlihat wisopati yang ingin menolong wanita itu.
Wisopati yang sebelumnya adalah pendekar tingkat tinggi tentu saja sering melihat gunung mayat dan sungai darah. Bahkan bisa di bilang dia juga kontributornya.
Oleh karena itu ketika melihat orang yang ingin bunuh diri wisopati tidak merasa terganggu, walaupun dia dari pendekar fraksi putih namun bukan berarti putih itu suci. wisopati bukanlah pahlawan yang harus menyelamatkan orang-orang.
Wisopati malah pada saat ini berjalan santai ke dasar jembatan untuk bersantai di dalah satu batu besar pinggir sungai.
Vivi adalah nama wanita cantik yang ingin bunuh diri itu, vivi terkejut ketika melihat seorang pemuda duduk santai di bawah tebing sungai.
"Lumayan ganteng juga.."
"Eh, mengapa aku memujinya?" Vivi menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia kemudian kembali fokus untuk bunuh diri.
"Jangan hentikan aku!" Teriak vivi pada wisopati yang sedang duduk di atas batu.
Wisopati melirik, "siapa juga yang ingin menghentikanmu, kalau ingin melompat, segeralah melompat.."
"Hah?!" Vivi benar-benar kaget, dia baru kali ini melihat orang yang begitu cuek saat ada orang yang ingin bunuh diri.
"Apakah kamu tidak ingin tahu mengapa aku ingin melompat?" Tanya vivi sedikit berteriak.
Dengan ekspresi datar wisopati menjawab, "tidak, segeralah melompat.."
Vivi benar-benar gemas, "aku tidak ingin di jodohkan! Aku tidak ingin menikah dengan dia!"
"Apakah kamu tahu, keluargaku benar-benar menyebalkan! Bisa-bisanya ingin menjodohkanku dengan seseorang hanya karena orang itu memiliki dukungan yang sangat besar!"
Siapa sangka pada saat ini vivi menceritakan segala keluh kesahnya. Seumpama bisa di umpamakan mungkin pada saat ini vivi seperti burung murai yang selalu berkicau tiada henti.
"Hmm..." namun hanya itu saja respon dari wisopati.
Sambil mengatur nafas dan mengelap air matanya yang jatuh vivi terlihat mencoba menenangkan diri.
"Jadi, apakah kamu jadi melompat?" Tanya wisopati yang membuat vivi semakin gemas.
Baru kali ini vivi melihat seorang pria yang sangat menjengkelkan dan sangat tidak peka seperti ini. Bagaimana mungkin ada seorang pria yang membiarkan gadis cantik melompat dari atas jembatan.
Namun vivi masih menjawab, "besok!" Jawabnya ketus, "besok saja aku melompat, hari ini aku sedikit lega.." mungkin karena vivi sudah mengoceh seperti murai kepada seseorang menjadikan vivi lega sekarang.
Vivi belum pergi, dia malah memandangi wajah pria itu namun semakin dia memandangi semakin gemas pula perasaanya.
"Aku akan pergi sekarang!" Vivi membalikan tubuhnya hendak pergi.
Namun sayang seribu sayang, pinggiran jembatan itu begitu licin. Alhasil pada saat ini vivi langsung terpeleset jatuh dari atas jembatan.
"Aaarrrgghhh!" Teriak vivi yang benar-benar ketakutan. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang ketika merasakan kematian mendekatinya.
Hanya berteriak dan menutup mata yang bisa vivi lakukan.
Siapa sangka sudut bibir wisopati terangkat, dia tersenyum tipis, "betapa labilnya hatimu, padahal sebelum ini kamu ingin mengakhiri nyawamu, namun setelah jatuh seperti ini kamu malah ketakutan...
Anggap saja ini keberuntunganmu bertemu denganku.."
Hap!
Vivi membuka matanya, dia menyadari bahwa dia tidak menghantam batu dasar jembatan, melainkan dia masih hidup.
Tiba-tiba dia menyadari bahwa dia berada di pelukan pria dengan wajah yang menyebalkan ini.
Vivi melongo penuh tanda tanya, melihat pria itu menangkapnya dalam sebuah pelukan.
Namun yang membuat vivi jengkel wajah pria itu masih saja datar, padahal dia baru saja menyelamatkan gadis cantik bahkan memeluknya!
Siapa sangka dari atas jembatan beberapa mobil tiba.
"Nona vivi!"
"Dimana kamu nona, jangan berbuat nekad."
"Dimana anda nona?"
Terdengar suara yang cukup kerasa mencoba mencari keberadaan vivi.
"Aw!" Vivi merintih kesakitan saat pria menjengkelkan itu melepaskannya begitu saja.
Vivi ingin bangkit dan protes, namun saat dia ingin melakukan hal itu pria dengan wajah menjengkelkan itu sudah menghilang.
Nampak vivi celingak-celinguk heran mengapa pria itu cepat sekali menghilang.
sangat layak untuk di nanti setiap apdetnya