“Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka.”
Ketika Luc Besson menekan tombol dan serangan mematikan itu melesat cepat ke arah Gray dan rombongan, Gavin memaksakan dirinya berdiri. Napasnya terengah-engah, tubuhnya nyaris tak sanggup bergerak, tetapi kakinya tetap melangkah.
“Tidak!”
Ia berlari sekuat tenaga, meski sadar tindakannya mungkin tidak akan menghentikan serangan itu. Namun ia tidak bisa berdiam diri ketika kematian berada tepat di depan mata orang-orang yang ingin ia selamatkan.
Di saat itulah Gavin berteriak dalam keputusasaan yang paling dalam.
“Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka.”
Seketika, Gavin terperangah. Sebuah gelombang aneh menjalar dari dalam tubuhnya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
“Apa yang terjadi?”
Di hadapan kehancuran yang tak terelakkan, Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini—sebuah tanda bahwa kekuatan tersembunyi di dalam dirinya akhirnya terbangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Xander tampak kesal dan tegang ketika sambungan komunikasi kembali terputus. Kepalan tangannya menguat sangat erat di mana deru napasnya meningkat berkali-kali. Ingin rasanya ia pergi ke lokasi pertarungan, tetapi ada keluarga yang harus ia jaga di rumah ini. di saat yang sama, ia benci karena hanya bisa duduk menonton.
"Apa yang sudah terjadi, Govin? Komunikasi kita lagi-lagi terputus."
"Kemungkinan besar Luc Besson kembali meretas sistem milik Osvaldo Tolliver sehingga alat-alat canggihnya tidak bisa berfungsi, Tuan," jawab Govin seraya menampilkan keadaan terakhir Gray dan yang lain.
Xander berdiri dari kursi. "Luc Besson lebih merepotkan dibandingkan George, Gideon, dan Gabriel. Kita beruntung karena Osvaldo Tolliver datang di saat yang tepat sehingga dia bisa membantu sekaligus menyelamatkan Baba dan Gavin. Dia juga berhasil mengalahkan Gideon dan Gabriel. Akan tetapi, dia tidak bisa menggunakan kemampuannya terus menerus. Dia pasti akan sangat kelelahan hingga dia tidak sadarkan diri kembali. Keadaan di sana sangat buruk. Aku tidak ingin kehilangan salah satu dari mereka."
Xander kembali duduk, mengendalikan diri setenang mungkin. Ia tahu jika salah memilih langkah situasi akan semakin berbahaya. Lawannya adalah sesuatu yang berada di level yang sangat jauh berbeda dibandingkan dengan lawan-lawannya sebelumnya.
"Lawanku adalah orang-orang yang memiliki alat-alat yang sangat canggih. Miguel bahkan sangat terdesak hingga terluka berat."
Mikael tampak tenang meski ia sangat terkejut dan ketakutan ketika melihat kondisi Miguel yang sempat pingsan dan mengalami luka parah di pertarungan. Hal itu menjadi pukulan yang sangat telak baginya. Jika ayahnya kalah, maka ia dan pasukan Xander tidak memiliki kemungkinan untuk menang melawan musuh.
Sebuah notifikasi seketika muncul di layar. Govin menekan tombol dan seketika layar menunjukkan video singkat mengenai pergerakan beberapa bayangan.
"Beberapa bayangan manusia tampak bergerak di hutan bagian timur dan barat, Tuan," terang Govin seraya memperbesar tayangan. "Drone dan para pengawal sedang mencari bayangan-bayangan itu sekarang, Tuan."
"Aku tampaknya sudah salah meminta pada Tuhan untuk memberikanku kehidupan yang sangat menarik. Kejadian-kejadian ini membuatku sangat tegang dan merasa sangat hidup sekarang," gumam Xander.
Xander memejamkan mata beberapa waktu, mengendalikan diri setenang mungkin. "Ini tantangan besar yang harus aku lewati. Aku yakin Baba dan yang lain akan baik-baik saja. Luc Besson sudah merawat Baba selama bertahun-tahun, dan dia tidak mungkin menyakiti Baba dan anak-anak istimewa yang lain."
Sementara itu, Xylorr mulai membuka mata, terdiam selama beberapa waktu. Ia mengamati langit-langit ruangan yang temaram, memaksakan diri untuk duduk. Bayangan-bayangan hitam putih seketika bermunculan dalam benaknya.
"Baba," gumam Xylorr dengan wajah ketakutan. "Baba, mana di nehma nayeua (Di mana kamu sekarang)?"
"Baha, yaa onna (Ayah, ada apa)?" tanya Karnu seraya mendekat. "Baha!"
"Baba, Baba. Nanehma keur nadi yahaba nayeua (Dia dalam bahaya). Rageu nganlutu Baba (Cepat tolong Baba). Tong pine rangu hanbeka tanngileuka Baba eudi (Jangan sampai kita kehilangan Baba lagi)." Xylorr mencengkeram tangan Karnu dengan sangat erat.
Karnu menjadi khawatir pada Baba, terlebih sejak tadi firasatnya mengatakan Baba berada dalam bahaya. Ia semakin takut karena Xylorr merasakan hal yang sama. "Baha, rangu rek anjabenga si Benji (Ayah, aku akan memberi tahu Benji)."
Xylorr mengangguk, mengamati kepergian Karnu dari rumah. Ia menyentuh dadanya yang berdebar sangat kencang. Hal ini mengingatkannya pada kejadian penyerbuan di hutan Daintree beberapa waktu lalu.
"Baba." Xylorr mengambil tongkat, menggumamkan jampi-jampi seraya memejamkan mata. Bayangan-bayangan terus bermunculan. Ia terhenyak saat melihat Baba tergelatak di tanah bersama rekan-rekannya.
Karnu segera mendekati Benji. "Mana di Baba nayeua (Di mana Baba sekarang)? Nanehma keur onna (Apa yang sedang dia lakukan)?"
Benji terdiam sesaat. Ia melihat ekspresi kekhawatiran dari Karnu. "Baba jeung narantubaba di hiji pattem (Baba sedang bersama teman-temannya di satu tempat). Nanehma teu onnanaku (Dia tidak apa-apa)."
Karnu tiba-tiba mencengkeram baju Benji. "Inga yangha mongngo jeung Baba nayeua (Aku ingin berbicara dengan Baba sekarang)."
Xylorr keluar dari gubuk, terjatuh di dekat pintu. Napasnya terengah-engah, mengulurkan tangan untuk meminta bantuan.
"Baha!" Karnu segera mendekat.
Benji bergegas menghubungi dokter untuk mengecek dan merawat Xylorr.
Di saat yang sama, para pengawal tengah bersiaga di setiap sisi hutan. Mereka menggunakan beragam alat ciptaan Baba dan yang lain. Bulan menggantung gagah di langit, tetapi keadaan mulai menegang seiring waktu.
Sementara itu, pertarungan di hutan masih terjadi. Sebuah ledakan terjadi hingga menciptakan gelombang kuat dan angin yang menerjang kencang. Beberapa pohon tampak berterbangan hingga kawanan burung bergerak menjauh.
Luc Besson tersenyum seraya melompat ke arah puncak pohon, mengamati asap yang mulai menipis karena dorongan dari angin robot-robotnya. "Aku penasaran bagaimana kalian akan lepas dari serangan itu."
Asap mulai menghilang. Para pengawal Osvaldo Tolliver terlihat memakai pelindung besi di sekeliling rombongan di mana Gray dan yang lain berada di tengah-tengah. Osvaldo Tolliver berhasil membaca serangan Luc dan robot-robotnya sehingga bisa menyelematkan diri dan yang lain.
Para pengawal Osvaldo Tolliver sontak terjatuh nyaris bersamaan. Mereka tidak sadarkan diri karena memaksakan diri bertahan dari serangan. Osvaldo Tolliver tak lama setelahnya terjatuh, mengendalikan napas yang terengah-engah.
"Tuan Osvaldo," ujar Asher seraya membantu memapah Osvaldo. "Anda terlalu memaksakan diri, Tuan. Anda berada dalam kondisi berbahaya sekarang."
Baba berdecak, mengamati Luc Besson di atas pohon. "Ini situasi yang menyebalkan. Kita tidak mungkin terus bertahan."
"Ah." Gray tiba-tiba terjatuh di mana pandangannya memburam. Kepalanya berdenyut sangat kencang. "Kepalaku seperti akan meledak."
"Gray." Bennet membantu Gray bertahan. "Kau tampak sangat pucat."
Kesepuluh robot Luc Besson kembali menyerang. Miguel, Ryder, dan para pengawal Xander bergegas maju, menghadapi lawan.
"Jangan melupakanku, Pak Tua." Bruce melesat maju, menghadapi sebuah robot bersama yang lain. Ia menahan kesakitan di tangannya ketika memukul dada robot itu. "Aku masih bisa menahan rasa sakit ini."
Bruce melompat mundur, mengambil ancang-ancang, melesatkan tendangan pada robot meski ia kembali mundur hingga terjatuh. "Robot itu sangat kuat."
Bruce kembali menyerang bersama para pengawal. Ia berhasil mencengkeram tangan kiri robot setelah berkali-kali terdorong mundur, lantas mengarahkan tembakan pada satu per satu robot yang menyerang, termasuk pada Luc Besson.
Luc Besson melesat terbang, memerintahkan para robotnya untuk kembali menyerang.
"Bantu aku menahan robot ini," ujar Bruce seraya menahan satu robot sekuat mungkin. Para pengawal segera membantunya, tetapi tenaga mereka kalah kuat hingga mereka terlempar ke sekeliling dengan cepat.
Bruce masih bertahan memegangi robot meski ia justru terseret ke atas.
"Bruce!" teriak Bennet seraya melemparkan rantai, tetapi sebuah robot menghancurkan rantai dan menyerangnya sampai ia terlempar menabrak para pengawal.
"Ah." Gray kembali meringis kesakitan, tiba-tiba tidak sadarkan diri.
Baba berusaha membantu, tetapi ia kembali terjatuh. Satu per satu pengawal tidak sadarkan diri hingga tersisa Miguel dan Ryder. Para pengawal Osvaldo Tolliver hampir semuanya tumbang di tanah.
Osvaldo Tolliver menatap Bruce. "Ayolah, Bruce. Kau pasti bisa melakukannya."
Luc Besson menekan sebuah tombol, dan seketika saja gelombang kejut muncul dan menyakiti Baba, Bennet, Bruce, dan Osvaldo Tolliver. Mereka meringis kesakitan, menutup telinga sekuat mungkin.
Bruce terjatuh dari ketinggian, tetapi Miguel dan Ryder berhasil menyelamatkannya.
Gavin mulai sadarkan diri ketika robot anjing menjatuhkannya. Ia terkejut ketika melihat Gray dan yang lain terbaring tak berdaya. "Gray dan yang lain dalam bahaya. Aku harus menolong mereka."
Luc Besson dan para robotnya menghimpun kekuatan. Dalam satu hentakan, serangan seketika melesat sangat cepat. Sebuah ledakan besar terjadi hingga banyak orang berterbangan.
"Gray!" Gavin memaksakan diri berdiri, mengendalikan napas yang terengah-engah. Ia melihat kepulan asap yang meninggi. "Sial, kenapa kau hanya diam saja?"
"Brengsek!" George tiba-tiba muncul di tengah-tengah rombongan. Kondisinya tampak berantakan. Alat-alat canggihnya hampir semuanya hancur. Ia menoleh pada Osvaldo Tolliver di mana kedua tangannya terangkat ke atas sedangkan pria itu terbaring di tanah.
George tiba-tiba ambruk di tanah. "Osvaldo Tolliver mengendalikanku sebelum serangan muncul sehingga aku menggunakan seranganku untuk menahan serangan Luc Besson.
Serangan itu sangat kuat sehingga aku mengerti kenapa Gideon dan Gabriel kalah."
"Sial, aku lagi-lagi kalah."
George tersenyum, melemparkan sesuatu ke arah Osvaldo Tolliver yang masih sadarkan diri meski akhirnya kedua tangannya tergeletak lemas.
"Luar biasa!" Luc Besson kembali mempersiapkan serangan bersama para robotnya.
Baba, Bennet, Bruce, Ryder, Miguel, dan Asher yang masih sadarkan diri terdiam sesaat ketika titik-titik cahaya kembali muncul.
Miguel memaksakan diri untuk bangkit, menarik Baba. "Kau harus selamat. Jika tidak, aku akan sangat malu pada Tuan Xander."
Luc melirik Gavin sesaat, menekan tombol yang menjadi awal serangan mematikan. Serangan besar seketika tertuju pada Gray dan yang lain.
"Tidak!" Gavin sontak berteriak, memaksakan diri berlari secepat mungkin. Ia tahu jika tindakannya tidak akan menghilangkan serangan. Akan tetapi, ia tidak bisa berdiam diri di saat Gray dan yang lain dalam bahaya.
"Aku mohon hentikan waktu agar aku menolong mereka." Gavin tiba-tiba terperangah ketika merasakan gelombang aneh yang menjalar darinya. "Apa yang terjadi?"
Gavin melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya lihat selama ini.