NovelToon NovelToon
Bola Kuning

Bola Kuning

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:93
Nilai: 5
Nama Author: Paffpel

Kisah tentang para remaja yang membawa luka masing-masing.
Mereka bergerak dan berubah seperti bola kuning, bisa menjadi hijau, menuju kebaikan, atau merah, menuju arah yang lebih gelap.
Mungkin inilah perjalanan mencari jati diri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Paffpel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Arpa dan Rian pun pergi dari ruang guru dan pengen kembali ke kelas. Tapi Arpa, dia masih sedikit merasa bersalah, sedangkan Rian, dia masih mencoba mencerna tentang apa yang baru saja terjadi.

Mereka berjalan berdampingan tapi saling memalingkan muka. Rian natap diam-diam Arpa. “Gua enggak ngerti, kenapa dia minta maaf duluan ya,” kata Rian di dalam hatinya. Dia menggosok tangannya.

Arpa sedikit menunduk. Matanya sering pindah-pindah. “Kayaknya gua bener-bener berlebihan, Rian sampe bonyok gitu,” pikir Arpa.

Mereka pun sampai di kelas. Tapi enggak ada yang mau buka pintu kelas. “Buka enggak ya, Nanti kalau gua yang buka pintunya, si Rian pengen buka juga lagi,” kata Arpa dalam hati. matanya fokus ke pintu.

Mereka diam di depan pintu cukup lama. Arpa pun memberanikan diri buat ngebuka pintu kelas. Tangannya cepet-cepet ke gagang pintu. Dan ternyata Rian punya pikiran yang sama. Tangannya juga cepet-cepet ke gagang pintu. “Tuh kan, gua bener, malu dah gua,” Arpa memalingkan mukanya.

Mereka berdua memundurkan tangannya dari gagang pintu. Tapi tiba-tiba Juan ngebuka pintu kelas dari dalem. Dia menatap tajam Rian. “Oi, ikut gua,” Juan langsung narik kerah Rian dan nyeret Rian dengan keras tanpa ngejelasin apapun.

Arpa memiringkan kepalanya. Dia natap bentar mereka berdua dari belakang. Dia pun langsung masuk kelas. Tapi mundur lagi dan diam bentar sambil ngeliatin mereka berdua lagi.

Juan ngebawa Rian ke tempat yang sepi. Dia narik kerah baju Rian sambil ngedorong keras Rian ke tembok. Alis Juan turun. “lu tadi ngapain, hah?! Harusnya gua aja yang ngehajar lu, lu enggak punya perasaan apa gimana?!”

Rian nyengir. “Perasaan ya, gua enggak tau itu apaan,” tapi tatapannya kosong.

Juan tersentak sedikit. Genggamannya melemah. Matanya sedikit membesar.

Arpa dateng dan langsung natap Juan. “Jun, udah, ayo balik ke kelas.” Kata Arpa dengan nada pelan.

Juan sedikit menunduk. Dia pelan-pelan ngelepas tangannya dari kerah Rian. Dia jalan pelan ke Arpa. Mereka berdua pergi.

Sedangkan Rian. Dia jatuh pelan-pelan ke lantai. Nafasnya berat. “Emangnya perasaan itu apa? yang gua rasain sekarang ini apa? Ini perasaan? Gua enggak tau ini apa,” kata Rian dalam hati.

Rian bangun pelan-pelan. Dia jalan ke kelas. Setiap langkah yang dia ambil terasa berat. Tapi… dia sendiri enggak tau kenapa itu berat.

Bel berbunyi lagi. Istirahat udah selesai. Kelas menjadi hening karena kejadian itu.

Pelajaran berjalan seperti biasanya.

Tapi kali ini, ada Arpa yang merasa bersalah tapi juga hancur karena di hina. Juan yang merasa bersalah ke Arpa karena enggak ngebela, dia juga ngerasa bersalah ke Rian, tapi dia enggak tau pasti kenapa. Dan Rian… dia sendiri enggak tau dengan apa yang sedang dia rasakan.

Waktu berjalan dengan cepat, tidak terasa bel pulang udah bunyi. “Oke anak-anak, kalian boleh pulang, pelajaran hari ini udah selesai,” kata pak Yono.

Seketika suasana menjadi ramai. Banyak siswa-siswi yang keluar dari kelas. Mereka saling mengobrol sambil jalan pulang bareng.

Arpa dan Juan, mereka pulang bareng. Bahu Juan jatuh. Dia mengusap lengannya. “Rap, maaf ya, gua tadi enggak bisa ngebela lu pas di hina Rian,” Juan menundukkan mukanya.

Arpa tersenyum kecil sambil menepuk pelan punggung Juan. “Gapapa, Jun, gua udah ngerasa lebih baik sekarang.”

Mata Juan membesar dan berbinar. “Gitu ya, bagus deh kalo gitu,” Juan tersenyum lebar sambil merangkul pundak Arpa.

Sedangkan Rian. Dia akhirnya sampe di rumahnya. Rumahnya sepi, gelap, sunyi dan sedikit berantakan.

Rian masuk dan nyalain lampu. Dia enggak sengaja liat foto keluarganya. Dia natap lumayan lama foto itu. Matanya berkaca-kaca. Dia mengepalkan tangannya, dan tangannya bergetar halus.

“Ibu… ayah… perasaan itu apa? Kenapa kalian enggak ngajarin Rian tentang perasaan? Kenapa kalian selalu sibuk sejak Rian masih kecil?” kepalanya menunduk. Jarinya gemetar halus. Air matanya mengalir lambat membasahi pipinya.

Rian jatuh tapi lututnya menopang tubuhnya. Tangannya ngusap pelan matanya. “Kenapa kalian enggak pernah ada buat Rian? Rian juga pengen tau apa itu perasaan, ibu, ayah, kalian bilang, kalian sibuk mencari uang demi kebahagiaan Rian, tapi coba kalian lihat Rian sekarang, apakah ini kebahagiaan yang kalian maksud?”

Rian menangis cukup lama. Dia terus-menerus mengusap matanya dengan tangannya.

Setelah cukup lama, tangis Rian pun mereda. Dia terbaring kelelahan di lantai. Matanya merah dan bulu matanya masih basah. Pelan-pelan dia menutup matanya. Setelah tenggelam di dalam ketidaktahuan dan kesedihan, dia pun tertidur pulas. Dengan baju yang belum di ganti dan kaos kaki yang belum di lepas.

1
HitNRUN
Nguras emosi
tecna kawai :3
Masih nunggu update chapter selanjutnya dengan harap-harap cemas. Update secepatnya ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!