Karena desakan Ekonomi, Rosa terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tak di cintainya. Bekas luka di tubuh serta hatinya kian membara, namun apalah daya ia tak bisa lepas begitu saja dari ikatan pernikahan yang isinya lautan luka.
seiring berjalannya waktu, Rosa membulatkan tekadnya untuk membalas segala perbuatan suaminya. bersembunyi di balik wajah yang lemah lembut nan penurut, nyatanya menyiapkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Hem, gimana ya ceritanya. yuk simak kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak likenya, komen, subscribe dan vote 🥰🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Butuh waktu
Satu minggu kemudian.
Tepat satu minggu sudah berlalu, Rosa kini terlihat semakin cantik dan terurus. Para pembantu yang di berhentikan sudah mulai aktif bekerja lagi, sementara itu Rosa menyiapkan makan siang dan juga membersihkan kamarnya yang dimana nanti Naresh akan kembali tidur bersamanya.
Suara pintu utama terdengar di buka oleh salah satu pembantu di rumah, Rosa segera berlari ke depan menyambut teman kecilnya. Dari kejauhan terlihat Alan yang lesu, Naresh diambil alih oleh pembantu yang membukakan pintu.
"Bawa Naresh ke kamarnya." Titah Alan.
Pembantu tersebut pun membawa Naresh pergi. Sepeninggalnya pembantu, muncul lah Rosa tepat di hadapan Alan.
"M-Mas Alan sakit?" Tanya Rosa gugup.
Alan membungkukkan badannya, ia benar-benar merasa pusing dan badannya sangat tidak nyaman. Rosa memberanikan diri dengan menempelkan punggung tangannya di dahi Alan, suhu pria itu sangat panas dan hampir saja ia jatuh jika tidak di tahan oleh Rosa.
Rosa membantu Alan berjalan menuju sofa, jika ia membawanya keatas tenaganya tidak sekuat itu untuk menahan beban Alan yang seperti kingkong.
"Emang beda ya, berat badan karena banyak makan sama berat badan kebanyakan makan hati ya gini, jomplang." Gumam Rosa.
Rosa membaringkan tubuh Alan, ia membuka jas Alan dan juga melepaskan kancing kemeja suaminya agar tidak terlalu panas. Kemeja tangan Alan di gulung sampai siku, Rosa juga membuka sepatu yang di pakai suaminya. Alan sudah menutup matanya, fisik lelaki memang seringkali kuat, asal jangan di kasih meriang pasti semua aman terkendali.
"Lakik meriang, kelar hidupnya." Celoteh Rosa.
Rosa sibuk pergi ke sana sini mencari kain untuk mengompres dahi Alan, ia menitipkan Naresh kepada Lucy yang mengoceh padanya.
"Biarin aja si dakjal itu meriang, modyarrr pun gapapa biar tentram hidup lu." Oceh Lucy.
"Husshhh, jangan lupa di agama sama negara aku itu masih istrinya meskipun masih perawan. Dendam boleh, durhaka jangan." Jawab Lucy.
Tiba-tiba saja Alan menggigil, Lucy membawakan selimut dari lantai atas dan menutup tubuh Alan. Dengan segala kerepotannya Rosa membuatkan bubur, sayur sop dan menyiapkan makan untuk Naresh.
"Huaaa.... Rosa, ini tuyul bher@@@kkkk!" Pekik Lucy dari dalam kamar.
"Ya Tuhan, apalagi ini!"
Sungguh Rosa sangat lelah, di tambah Bik Kokom sedang izin pulang ke rumahnya sampai sore hari karena anaknya ada yang sakit. Lucy sampai hampir muntah mencium bau kotoran Naresh karena ia tidak terbiasa, Rosa pun mematikan kompornya dan pergi ke kamarnya terlebih dahulu guna membersihkan Naresh.
"Mbak, nanti sayurnya tolong siapkan ke mangkuk ya. Jangan lupa buburnya juga, nanti bawa ke meja ruang keluarga ya." Ucap Rosa.
"Baik, Non." Jawab pembantu.
Beberapa saat kemudian.
Naresh sudah kenyang dan terlelap di atas Stroller, sedangkan Rosa berusaha membangunkan Alan untuk makan.
Namun, sudah beberapa kali Rosa berusaha membangunkan Alan, tetap saja pria itu tak kunjung membuka matanya. Alhasil, Rosa yang kelelahan pun ikut tertidur dengan posisi duduk dan kepala bersandar ke sofa.
"Eeungghhh..."
Alan perlahan membuka matanya, ia berusaha bangun disaat tubuhnya terasa remuk redam. Saat ia hendak mengubah posisinya menjadi duduk, kain di dahinya terjatuh.
"Apa ini? Kok basah?" Herannya.
"Hooaaammm..." Terdengar suara Naresh yang menguap, tetapi matanya masih terpejam.
Alan menatap ke sekitarnya, di dekatnya ada Rosa yang tertidur dengan Naresh diatas Stroller. Sedangkan di meja ada nampan yang berisikan bubur dan juga sayur sop, satu baskom air bekas mengompres.
"Udah sadar ya?" Tanya Lucy dengan nada remeh.
"Sejak kapan loe disini? " Tanya Alan tak suka.
"Bukan urusan loe, yang pasti gue di suruh sama Tuan besar untuk tinggal disini nemenin Rosa. Kasihan dia, selama bertahun-tahun di KURUNG di rumah gak punya temen. Lu gila apa gimana gue gak ngerti, harusnya loe liat istri yang loe sia-siakan. Ngurus anak, ngurus loe yang sakit tanpa ngeluh sama sekali, dia gak cerita ke siapa-siapa kalau loe itu udah nyiksa fisik maupun batinnya. Lihat! Setulus itu, dia bahkan sampai ketiduran demi memastikan loe kembali sehat meskipun pada akhirnya sehat loe bikin dia sengsara." Kalimat sindirian itu di layangkan oleh Lucy tanpa takut, ia memang sering cekcok dengan Alan dan tak segan memanggilnya dengan sebutan kingkong edan.
"Bacot!" Kesal Alan.
"Dasar Kingkong edan, kalo sampe lu sakitin Rosa lagi gue aduin ke Tuan besar!" Ancam Lucy. Setelah mengatakan itu, Lucy pergi ke dapur mencari pembantu dan memintanya membuatkan makanan untuk Rosa.
Usai kepergian Lucy, Alan pun memperhatikan wajah lelah Rosa dan melihat perubahan gadis itu semenjak ia pergi selama satu pekan ini.
Memang tak bisa Alan pungkiri, Rosa memang cantik, akan tetapi hati Alan masih berada di tempat lain. Tiba-tiba Alan pun melamun, entah apa yang ia lamunkan sampai Naresh menangis pun ia tak sadar.
Rosa yang terbangun karena tangisan Naresh pun sekilas menatap Alan, ternyata suaminya itu sudah sadar.
"Sini, nak, haus ya?" Rosa menggendong tubuh Naresh, ia menenangkan Naresh terlebih dahulu dan akan membuatkan susu setelah memastikan Alan makan.
"Mas, makan dulu." Rosa menepuk paha Alan, namun tak ada reaksi.
"Mas!" Kali ini Rosa menaikkan volume suaranya, Alan pun sadar sekaligus kaget.
"Apaan sih! Bisa gak, gausah teriak segala.
"Ya habisnya kamu melamun, di panggil pelan bengong aja." Jawab Rosa.
"Ck,"Decak Alan kembali berbaring menyelimuti tubuhnya.
Rosa menyingkap selimut yang menutup tubuh suaminya, Alan pun mengernyitkan dahinya dengan tatapan tak suka.
"Makan dulu, terus minum obatnya." Ucap Rosa.
"Gak usah ngatur, jangan belagak jadi istri. Mentang-mentang ada si Lucy loe bisa ngatur gue, gak udah ngarep!" Bentak Alan.
Rosa memejamkan matanya guna menenangkan hatinya yang terasa pedih, ia membalikkan tubuhnya dan mendorong stroller Naresh menuju kamarnya.
PPraannnkkkk..
Baru beberapa langkah, suara pecahan kaca terdengar nyaring di telinga. Alan membuang makanan yang ada di meja ke lantai bersama mangkuknya, saat mangkuk itu pecah bersamaan pula dengan hati Rosa yang ikut berantakan.
Lucy langsung menghampiri Rosa, ia melihat gadis yang dianggapnya saudara tengah mematung dengan derai air mata yang membasahi pipinya.
"Oeekkkk.... Eekkkkk...."
Dengan cepat Rosa mendorong stroller itu pergi ke kamar, ia mengunci kamarnya rapat agar tak ada siapapun yang bisa masuk. Rosa butuh waktu untuk menenangkan dirinya, ia merasa semua yang di lakukan bahkan yang di ubah dari segala penampilan pun tak membuat hati Alan luluh.
anak sich nando sm zoya kah kk