Klan yang kalian kira sudah punah akan kembali
Klan yang kalian takuti dan kalian benci akan menjadi jawaban dari kesembuhan alam di bumi
Gadis itu, telah kembali dengan anugrah kekuatan dari seorang legenda yang pernah dikagumi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MyNamesEel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
"Selamat pagi" ucap peri tak tahu malu yang membuatku semalam harus terjaga karena ulahnya yang berkali-kali membuatku hampir kehilangan akal.
"Jika aku tahu kau memiliki kebiasaan buruk saat kau mabuk, maka kurasa ide terbaik malam kemarin adalah tetap meninggalkanmu di bar sampai kau mati kedinginan," ucapku sambil melempar napkin yang kugunakan untuk memegang teflon panas tempatku membakar roti.
Alih-alih menghindar, ia menerima lemparan itu tepat di mukanya. Tak membantah satupun kataku, dia berjalan mendekat sambil mengambil roti bakar yang kubuat dan memasukan ke mulutnya yang masih bau alkohol.
"Kau benar-benar seperti bencana. Melihat kondisimu semalam, orang-orang tidak akan percaya bahwa kau adalah seorang peri,"
"Apa terjadi sesuatu semalam?"
"Apa kau mau kuingatkan bagaimana kau menari telanjang di depan Gio dan aku tepat di depan perapian sambil memainkan rambut hitam panjangmu yang penuh muntahan itu?"
Haldir sontak memegang dan mengendus rambutnya yang acak-acakan dan berbau tak sedap itu
"Maafkan aku. Saat mabuk aku benar-benar kehilangan akal,"
"Ya, sudah kubuktikan. Jangan sekali-kali kau menyentuh anggur atau alkohol lagi!" kataku tegas memperingatkannya.
Tak ada jawaban. Dia masih sibuk mengendus aroma yang keluar dari badannya
"Gio, kemana dia?"
" Ke istana, Raja Draenor memanggilnya"
" Raja? Kapan? Kenapa?" tanyanya sedikit panik.
"Lupakan tentang si tua Gio. Bukankah seharusnya ada hal yang harus kau jelaskan padaku?"
" Tentang apa?"
"Pesta malam kemarin. Ada sesuatu yang kau tutupi dan aku penasaran kenapa kau merahasiakannya dariku,"
"Apa si tua Gio itu mengatakannya padamu?"
Aku diam saja. Kali ini aku benar-benar menatapnya dengan tatapan marah dan kecewa yang luar biasa.
"Seperti yang Gio katakan, kemarin malam adalah pesta ulang tahun sekaligus pertunangan," katanya sambil menghindari tatapanku.
"Bukan itu yang ingin kutahu. Mengapa kau merahasiakan itu dariku? Kurasa surat utusan dari raja untuk mengajakku ke pesta sebagai pasanganmu bukan lah hal benar. Apakah tugas sesungguhnya adalah menjauhkanku dari pesta itu sama seperti tahun-tahun sebelumnya?"
"Tidak. Undangan itu benar."
"Berarti ada tugas lain yang Raja berikan padamu bukan?"
Haldir hanya diam. Lagi dan lagi matanya terpejam dengan tangan yang disilangkan di dada, postur tubuh yang dilakukan saat berpikir sebelum mengambil keputusan.
"Benar. Tapi aku lebih memilih tidak melakukan tugas itu. Karena kurasa itu bukanlah sesuatu yang benar." jawabnya sambil memandang mataku dalam dalam. "Akana, aku benar-benar berada di persimpangan. Aku menghormati Raja Draenor sebagai Rajaku dan disisi lain aku menghargaimu sebagai temanku. Jika kau tidak terbuka menceritakan tentang dirimu, itu akan menyusahkanku."
"Apa itu berarti Raja memberitahumu suatu rahasia besar tentangku sampai kau juga berharap aku melakukan hal yang sama?"
Haldir tak bergeming. Justru tatapan matanya terasa lebih tajam ke arahku
"Kau bukan hanya seorang peri, kau juga seorang penyihir. Tidakkah kau bisa melihat apa yang ada di dalam diriku?" tantangku
"Justru karena aku tahu, meski tak banyak, itu yang membuatku semakin ragu,"
"Keraguan itu adalah masalahmu. Jangan memintaku memecahkannya. Atasi keraguanmu sendiri. Mengenai apa yang Raja katakan padamu, itu akan menjadi masalahku. Dan cepat atau lambat aku akan mengetahuinya," kataku sambil berdiri meraih mantelku dan bersiap untuk ke keluar dari rumah raksasa yang bau ini.
"Mau kemana kau?"
"Menyusul Gio ke istana. Bukan hanya dia, kita berdua pun diminta untuk menghadap Raja,"
Haldir langsung bersiap-siap mengambil baju yang sepertinya disiapkan Gio untuknya dan menggunakan mantel peri yang sama denganku
"Akana dengarkan aku, apapun yang akan Raja tanyakan atau katakan di istana nanti, kau harus mengiyakannya,"
"Sejak kapan aku menurut dengan semua perintah konyolmu?"
"Turuti saja aku! Itu adalah satu-satunya cara agar kita berdua selamat!"
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Aku menuntut penjelasan darimu," kata Raja Draenor pada Haldir yang tengah berlutut, menunduk tepat di depannya. Bisa kurasakan aura kemarahan keluar dari dalam tubuhnya.
Aku tak habis pikir, ini hanyalah pesta ulang tahun sekaligus pertunangan.Apa yang begitu spesial sampai Raja marah karena ketidakhadiran Haldir. Apa karena Haldir melalaikan tugas yang ia berikan seperti yang ia katakan tadi?
Sepanjang perjalanan kemari aku terus menerus menanyakan ke dia, tugas apa lagi yang Raja berikan dan apa maksudnya aku harus mengiyakan apa yang dia katakan. Tapi dia diam seribu bahasa. Sorot mata dan raut mukanya menunjukan amarah yang sebelumnya tidak pernah kurasakan.
"Haldir, apa kau akan tetap membisu?" tanya Raja kali ini dengan intonasi yang lebih rendah
"Apa yang harus kukatakan? Semua jawaban yang kau minta hanya akan menimbulkan pertanyaan dan masalah baru bagi gadis yang saat ini berdiri sana," kata Haldir sambil melirik ke arahku.
Raja Draenor melihatku sepintas. Aku tak bisa menebak arti dari tatapannya itu.
"Jika kau ingin aku memberikan penjelasan padamu, maka gadis itu akan menjadi sumber masalah baru bagimu," lanjut Haldir
"Dan di pihak mana sekarang kau berdiri Haldir?" bisik Raja di telinga Haldir. Tidak bisa kudengar, namun bisa kubaca dari gerakan mulutnya yang tipis dan merah itu
Haldir menoleh sedikit ke arah wajah Raja dan menatapnya dengan berani ,"Apakah aku sedang berlutut di pihak yang salah?" tanyanya dengan senyum sindiran
Raja kembali menegakan tubuhnya dan ekspresi marah itu kembali muncul meskipun berusaha ia pendam.
"Pergilah, katakan pada Akana apa yang kutugaskan padamu. Anggap ini sebagai tugas akhir yang kuberikan pada kalian berdua."
Aku tidak tahu apa maksud perkataanya, Tapi lebih dari itu, aku benar-benar merasa ada yang berbeda dengan sikap Raja kali ini padaku. Biasanya dia akan bersikap ramah. Aku bukanlah putrinya, tapi seluruh istana tahu bahwa aku adalah gadis kesayangannya. Melihat sikapnya hari ini yang bahkan tak mau bicara atau menatapku, seolah dia menganggap aku musuh terbesarnya.
Haldir berdiri dan memberi hormat terakhir pada Raja yang membelakanginya, Ia menghampiriku dan dengan matanya aku tahu ia memintaku untuk mengikutinya, Tanpa banyak bertanya aku berjalan tepat di belakangnya. Aku cukup mengerti dari sorot matanya ia sedang memikul beban yang tidak seharusnya ia tanggung. Aku meyakini itu adalah bebanku. Sebetulnya tugas apa yang Raja berikan padanya?
Cukup lama aku mencoba masuk dalam kepala Haldir untuk tahu apa yang dia rahasiakan dariku. Namun tak pernah berhasil karena kekuatan sihir menutup dirinya dari siapapun yang lancang mencoba membaca pikirannya. Kupikirkan lagi apakah ada cara lain untuk mengetahuinya sampai aku dikagetkan dengan terbukanya pintu aula dengan sangat kasar. Kutengok dari balik badan Haldir yang cukup besar, terlihat para penjaga pintu mencoba menghentikan sosok cukup mengerikan yang memaksa masuk ke aula istana. Satu, dua... tidak. Setidaknya ada sekitar 8 orang penjaga. Makhluk buas apa yang membuat para penjaga ini kewalahan?
"BERANI SEKALI KAU MENIPUKU, DRAENOR!!!"
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagi yang suka novel panjang, Last Clan: The Living Legend ini bisa menjadi pilihan kalian
mohon tinggalkan kritik dan saran di kolom komentar untuk perbaikan kedepan ya
terima kasih
dan ga kecewa sih
ceritanya bagus