NovelToon NovelToon
SETIA (Senja & Tiara)

SETIA (Senja & Tiara)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ita Yulfiana

"Cinta itu buta, itulah mengapa aku bisa jatuh cinta padamu." -Langit Senja Pratama-

"Tidak, kamu salah. Cinta itu tidak buta, kamu saja yang menutup mata." -Mutiara Anindhita.

.

Ketika cinta jatuh di waktu yang tidak tepat, lantas apa yang mesti kita perbuat?

Terkadang, sesuatu yang belum sempat kita genggam, justru menjadi yang paling sulit untuk dilepaskan.

Follow IG @itayulfiana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SETIA — BAB 25

Aku tersenyum dan mengulurkan tangan kepada Pak Ryan. "Terima kasih, Pak Ryan, atas kepercayaan Anda. Kami akan memastikan bahwa proyek ini akan diselesaikan dengan baik dan tepat waktu."

Pak Ryan tersenyum dan membalas jabatanku. "Saya yakin Anda akan melakukannya, Pak Langit. Saya telah melihat portofolio Anda dan saya sangat impressed. Saya tidak ragu untuk memberikan proyek ini kepada Anda."

Aku tersenyum, merasa bangga dengan pujian tersebut. "Terima kasih, Pak. Kami akan berusaha untuk tidak mengecewakan Anda."

Pak Ryan mengangguk. "Saya yakin Anda tidak akan mengecewakan saya. Baiklah, saya harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi."

Aku dan Pak Ryan melepaskan jabat tangan, dan aku menyaksikan dia meninggalkan kafe. Aku merasa sangat puas dengan hasil pertemuan ini, juga dengan pertemuan tak terdugaku dengan Tiara. Senang sekali segala hal yang kuinginkan terwujud hari ini.

Aku langsung mengambil ponselku dan mengirim pesan ke Boy: "Bro, proyeknya kita dapat! Kita rayakan malam ini!"

Aku menunggu beberapa detik, lalu ponselku berbunyi. Boy membalas: "Wah, selamat bro! Aku sudah siap untuk merayakan. Mau makan di mana? Aku yang traktir."

Aku tersenyum dan membalas: "Di tempat biasa saja. Tapi sebelum itu aku harus membawa mobilku ke bengkel resmi. Kamu jemput aku di sana."

"Oke, aku berangkat sekarang," balas Boy.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Wah, Bro, mobil kesayanganmu." Boy menutup mulut tak bisa berkata-kata saat melihat kerusakan pada mobilku. "Pasti kamu marah sekali. Kalau aku yang ada di posisimu, aku pasti sudah menghajar orang itu." Dia kemudian ikut berjongkok di sampingku, menyentuh body mobil yang penyok. "Orang itu sudah bayar biaya ganti rugi, 'kan?"

"Aku gak butuh uang ganti rugi darinya, aku hanya butuh dia ganti rugi menggunakan hatinya," kataku, tertawa lalu bangkit. Boy ikut berdiri bersamaku.

"Wah, Man... apa kamu sedang jatuh cinta?" Boy tersenyum menatapku, dan aku memilih untuk tak menjawab pertanyaannya, melainkan melangkah keluar menuju mobilnya yang terparkir. "Jadi yang menabrak mobilmu itu seorang wanita?" tanya Boy lagi, aku menjawabnya dengan anggukan.

"Perasaan akhir-akhir ini kamu lebih banyak diam dan murung, seperti orang galau, kenapa sekarang mendadak berseri-seri begitu? Ini beneran kamu sedang jatuh cinta atau bahagia karena dapat proyek dari pak Ryan?" Boy bertanya lagi, sambil membuka pintu mobilnya.

Aku tersenyum. "Sepertinya dua-duanya," jawabku, kemudian masuk ke dalam mobil.

Boy terlihat antusias dengan jawabanku. "Ceritakan padaku, apakah perempuan yang menabrak mobilmu benar-benar secantik itu sampai-sampai kamu bisa jatuh cinta pada pandangan pertama padanya?"

Aku kembali tertawa. "Ini gak seperti yang kamu pikirkan, Boy. Aku dan dia sudah saling mengenal sejak lama."

Boy mengangguk mengerti, lalu mulai melajukan mobilnya menuju restoran kesukaan kami. "Coba ceritakan sedikit padaku tentang perempuan itu. Aku beneran penasaran, perempuan seperti apa yang bisa membuatmu jatuh cinta? Seingatku, selama 7 tahun kita saling mengenal, sudah 3 wanita yang kamu kencani, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang membuatmu mengaku jatuh cinta seperti sekarang."

Aku kembali tertawa, merasa sedikit terganggu dengan pertanyaan Boy yang terus-menerus. "Hei, hei, jangan terlalu antusias," kataku, sambil menggelakkan kepala.

Boy tersenyum, masih terlihat penasaran. "Aku hanya ingin tahu, bro. Aku penasaran dengan perempuan yang bisa membuatmu jatuh cinta seperti ini."

Aku menghembuskan napas, mencoba memilih kata-kata yang tepat. "Oke, aku akan cerita sedikit. Dia adalah seorang penulis," kataku, sambil mengingat kembali wajah Tiara.

Boy mengangkat alisnya. "Penulis? Wow, keren! Aku bisa bayangkan, perempuan yang cerdas dan kreatif. Ternyata selama ini tipemu yang seperti itu?"

Aku tersenyum. "Sebenarnya aku ingin sekali mendekatinya, tapi aku gak tahu bagaimana caranya. Aku juga ingin sering-sering bertemu dengannya, tapi bingung harus menggunakan alasan apa. Apa kamu punya ide?"

Boy terlihat berpikir selama beberapa saat. "Hmm... karena dia seorang penulis, bagaimana kalau kamu tawari dia untuk menerbitkan bukunya. Aku punya kenalan lama seorang penerbit."

"Benarkah?"

Boy mengangguk. "Ya. Kalau kamu mau, aku bisa mengenalkanmu padanya."

"Tentu saja aku mau."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan paginya, aku terbangun dengan perasaan yang sangat baik. Aku langsung meraih ponselku yang kuletakkan di atas meja nakas dan mencari nomor kontak Tiara. Aku menghubunginya, dan hatiku berdebar-debar menunggu dia menjawab.

"Halo, Mas Senja," sapanya dengan suara lembut yang membuat senyumku langsung mengembang sempurna.

"Mengenai yang kemarin, bagaimana kalau kita bertemu langsung untuk membicarakannya?" tanyaku, langsung pada inti pokok pembahasan.

"Terserah Masnya saja, saya ikut saja apa yang Mas mau," jawabnya dengan nada yang membuatku tertawa. Jujur saja, aku lebih suka dia memanggilku "Abang" ketimbang "Mas". Seketika terbayang di pikiranku, bagaimana kelak dia memanggilku di keseharian kami. "Abang... Bang Senja..." Ah, membayangkannya saja mampu membuatku bahagia, bagaimana kalau benar-benar kesampaian.

Sepertinya aku berpikir terlalu jauh. Bercerai dengan Arkan saja dia belum, bagaimana aku tiba-tiba membayangkan sudah menikahinya. Hais, konyol sekali.

"Bagaimana kalau kita bertemu siang ini?" tanyaku, berharap dia tidak akan menolak.

"Terserah kamu saja," jawabnya setelah terdiam selama beberapa saat.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mengatur tempatnya. Nanti lokasinya aku bagikan denganmu," ujarku.

"Oh ya, satu lagi. Aku ingin bertanya, apakah kamu tertarik menerbitkan karyamu? Aku punya kenalan seorang penerbit," tambahku, yakin bahwa dia pasti akan antusias.

Namun, pertanyaanku itu sama sekali tak mendapat tanggapan. "Halo, Tiara, apa kamu mendengarku?" Hening.

Tak lama kemudian sambungan telepon kami terputus. Aku menatap layar ponselku, merasa sedikit bingung. "Kenapa mati?" gumamku.

Aku kembali menghubunginya dua kali, tapi tidak aktif. Mungkin ponselnya kehabisan daya, pikirku. Jadi aku mengirimkan alamat "Kafe Fiksi & Kopi Noir" yang berada tidak jauh dari kediamanku bersama Ibu. Aku yakin dia pasti akan sangat menyukai tempat itu.

Aku terus memandang layar ponselku, berharap dia akan membalas pesan atau menghubungi aku kembali. Tapi, tidak ada tanda-tanda dari Tiara. Aku mulai merasa sedikit was-was, apakah aku telah melakukan kesalahan? Apakah tadi aku salah bicara?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Jangan lupa like dan comment😉...

1
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: siap kk
total 1 replies
wathy
aku kasi kopi deh biar tambah semangat 💪
Ita Yulfiana: Waaaah Kk baik banget😍😍 makasih banyak yah😘🥰🥰
total 1 replies
wathy
aku suka,, lanjut thor😍
Ita Yulfiana: Okey siaap😁😁
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Next....
Ita Yulfiana: waiiit/Grin/
total 1 replies
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: Siaaap😄🙏
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Semangat berkarya🤩🤩
Ita Yulfiana: Siap, makasih banyak😍😍
total 1 replies
wathy
aku beri kopi deh biar semangat update 💪
Ita Yulfiana: uwwaaah makasih banyak Kak😍😍🙏
total 1 replies
wathy
wahhh senja langsung nembak 😄
wathy
itu pasti senja
wathy: Aamiin.. sama2 😍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!