NovelToon NovelToon
Mendadak Papa

Mendadak Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Menikah Karena Anak
Popularitas:106.3k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?

"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.

Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.

Siapa gadis ini? pikirnya panik.

Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Senja mula merangkak, sang surya mulai turun dari singgasana. Gemerisik angin membelai daun pohon di halaman belakang bengkel Flashline. Sore itu sangat tenang, hanya detingan kunci pas yang beradu dengan mesin oleh Bima, tawa Cala dan Cakra yang berebut bola basket bersama seorang gadis cantik, yang baru Evelyn kenal. Namanya Aluna, dia kekasih Cakra. Cala memanggilnya kakak cantik.

Evelyn hanya duduk mengawasi, dia masih memang belum sepenuhnya sembuh memilih diam. Tapi sepertinya tenang dan damainya sore itu tidak berlangsung lama. Saat derap langkah terdengar tergesa dari arah luar

“Woah ... jadi inikah penampakan Ibu negara kita? Mama-nya Princess Cala!!"

Abi nyempil di antara Dirga dan Bima kayak orang yang lagi memperhatikan lukisan mahal dengan mata berbinar terang. Mereka bertiga memutuskan untuk ikut bergabung di halaman belakang.

Galang bersandar di kusen pintu, dengan tangan pegang botol kopi yang ia ambil dari lemari pendingin. matanya nyempil ngelirik Evelyn. “Pantesan bos kita betah lembur di rumah orang, ternyata di sana ada senyuman pelan-pelan mematikan.”

Evelyn menoleh, melihat kerumunan empat Om-Om yang berdiri di ambang pintu.

Dirga tertawa pelan menyenggol lengan Abi dan Galang. "Kenalin diri dulu sono, main bacot aja lo berdua!"

Keduanya menyengir, satu menggaruk pantat satu mengusap tengkuk. Malu tapi juga penasaran, mau kenalan. Maklumah, tiap hari cuma ketemu besi sama oli. Galan dan Abi pun berjalan mendekat kearah Evelyn.

"Saya Galang Bu BOs, yang megang cabang bengkel 3." Galang tersenyum canggung.

"Evelyn." Wanita yang memakai cardigan rajut warna cream itu mengulurkan tangan.

"Saya Abi, yang paling ganteng dan imut. Megang bengkel 4 karena saya paling muda." Abi langsung menyambar tangan Evelyn dan mengayunkannya dengan semangat.

"Halo Abi," Evelyn terseyum berusaha ramah walau masih merasa canggung.

Abi pun melepaskan tangannya dengan senyum malu-malu. Laki-laki berusia dua puluh sembilan tahun itu mencondongkan badan ke arah Evelyn, matanya menyipit dramatis.

“Bu Boss tuh... Cantik banget ya. Kayak pemain utama di sinetron jam tujuh pagi. Tenang, cantik, pantas aja Bos Hail klepek-klepek sama Bu Boss."

Evelyn cuma bisa ketawa kecil. Senyumnya kaku, tapi matanya menyiratkan kehangatan. Ia membuka suara, “Kayaknya Abi nonton sinetron-nya kebanyakan, deh.”

“Lha seriusan Bu Bos, dulu gue kira Boss Hail anti cewek. Tenyata emang udah punya pawang makanya nggak mau dideketin makhuk bernama wanita!” tukas Abi.

"Bukan cuma pawang Bi, punya buntut juga." Dirga menggerakkan dagunya ke arah Cala yang sedang bermain bersama Cakra dan Aluna.

"Tega bener Bang Dir, masa princess imut disebut buntut," tukas Abi tak terima.

Bima yang dari tadi duduk di bangku besi, ikut nimbrung, suaranya lebih kalem tapi serius.

“Tapi yang di katakan Abi ada benernya. Gue nggak bisa bayangin Bos Hail bisa senyum gara-gara perempuan. Tapi waktu suruh gue sama anak-anak jagain Cala gue sampe kaget, apalagi pas Bos bilang udah punya istri. Shock banget gue, kapan nikahnya coba. Deket sama cewek aja nggak pernah," timbrung Bima.

Dirga angguk. "Gue juga kaget, tba-tiba banget suruh momong bocil. Tapi untung Cala anak baik.”

Galang nimpalin, “Biasanya kalau kita ngobrolin perempuan, dia cuma jawab, ‘Nggak penting’. Tapi tiba-tiba bawa anak pulang. Bu Boss hebat sih, bisa taklukin kulkas 4 pintu itu. Kalau sama cowok sih friendly, tapi sama cewek mas Bos Hail amit-amit banget."

"Parahnya dia selalu numbali gue atau Cakra kalau ngadepin customer cewek," sahut Bima yang di sambut tawa oleh yang lain.

Evelyn terdiam, tapi senyumnya pelan-pelan melebar.

Senyum canggung, tapi matanya menyimpan rasa hangat.

Di dalam hatinya, Evelyn berbisik, “Ternyata aku benar-benar satu-satunya. Apa aku pantas menerima cinta sebesar ini darimu.”

Tiba-tiba saja Abi duduk berjongkok di depan Evelyn, membuat wanita itu terkejut.

"Bu Boss pertama kenal Bos Hail dimana sih?" Abi menopang dagu dengan kedua tangannya, meatap Evelyn penuh binar harap seperti anak kecil yang menunggu dongeng pengantar tidur.

Bukan hanya Abi, tapi Bima, Galang, Dirga juga ikut-ikutan berjongkok di depannya.

"Ada apa nih? Napa Tante gue dikerubutin om-om gini?" Cakra mendekat sambil mendribel bola basketnya.

"Sini-sini Ka, Bu Boss mau cerita." Abi melambaikan tangan agar Cakra mendekat.

Seperti yang diharapkan, Cakra mempercepat langkah dan turut duduk berselonjor dilantai semen dekat Bima. Aluna yang datang bersama Cala duduk di samping Evelyn sambil memangku Cala. Evelyn menatap semua wajah yang tertuju padanya dengan canggung dan bingung, dia seperti tersangka yang sedang diintrogasi. Ia mengambil nafas dalam, sebelum akhirnya mulai menceritakan masa-masa kuliah bersana Hail.

Sore yang sama tapi di tempat yang berbeda. Hail memutuskan untuk mampir di pos satpam sebelum ia pulang.

“Permisi, Pak. Numpang duduk ya.”

Hail mampir sambil membawa dua botol teh kemasan. Ia menyodorkan satu pada Pak Satya, satpam senior yang sudah tampak sepuh.

Pak Satya melirik, tersenyum tipis. “Oh.. iya iya silahkan, walah repot-repot kamu ini.”

“Iya, Pak. Biar ada temennya ngobrol,” ucap Hail, kembali memakai gaya si anak kampung dengan nada medok.

Obrolan antara mereka pun mengalir, yang awalnya soal macet di jalan. Lalu berpindah ke gorengan langganan. Dan akhirnya, masuk ke pembicaraan lebih dalam seperti tujuan awal Hail.

“Pak… boleh tanya gak? Kok saya liat foto-foto lama di ruang arsip, satpamnya beda ya? Sekarang kayaknya gak sebanyak dulu…”

Pak Satya mendengus pelan, menatap jauh seolah sedang mengenang sesuatu.

“Iya, dulu ada temen saya. Pak Gunawan. Udah lama keluar.”

“Kenapa keluar, Pak?” Hail menatap pria sepuh itu dengan serius.

“Entahlah. Setelah kejadian itu, dia gak tenang kerjanya. Beberapa hari kemudian, pamit. Katanya mau balik ke kampung.” Satpam itu menggeleng pelan, ada sesuatu yang berat seperti perasaan menyesal untuk sang kawan.

"Memangnya ada kejadian apa ya? Hehe, saya kepo nih, Pak.”

Pak Satya menatap Hail sesaat, lalu menepuk pahanya pelan. “Kamu anak baru. Gak usah ikut campur yang udah-udah. Fokus kerja aja. Yang sudah-sudah biar berlalu saja. Kalau dibahas lagi takutnya ...'

"Takutnya apa Pak?"

Satpam itu tidak menjawab tapi matanya awas melihat sekitar.

"Udah nggak apa-apa, kamu janga tanya-tanya kejadian ini sama orang lain. Kalau masih mau kerja di sini," ucap Satya dengan tegas.

Tapi Hail bisa lihat, dari cara Pak Satya bicara… bahwa rasa takut masih ada. Bahkan setelah waktu berlalu.

'Mereka semua takut. Bukan karena apa yang mereka tahu… tapi karena apa yang mereka lihat.Dan jika aku ingin membuka semuanya, aku harus tahu… siapa yang disingkirkan, dan kenapa,' monolog Hail, tangannya mengetuk-ngetuk botol teh yang masih utuh di tangannya.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya Pak." Hail pun bangkit dari bangku kayu yang ia duduki.

"Ya .... hati-hati, makasih tehnya."

Hail hanya mengangguk kecil, ia berjalan cepat kearah parkiran karyawan. Pria dengan seragam abu-abu itupun segera mengeber motor matic modifikasi pergi menjauh dari gedung pencakar langit itu. Butuh waktu hampir satu jam perjalanan untuk Hail sampai ke bengkel.

Saat ia sampai, sore sudah menjelang malam, suasana agak lengang. Hail sudah melepaskan penyamarannya di salah satu kamar mandi umum sebelum pulang.

Flashline tampak lenggang. Para bujang masih ngumpul dekat meja kopi. Evelyn duduk di kursi kecil sambil mengupas jeruk buat Cala. Tiba-tiba suara langkah sepatu boots terdengar dari arah pintu depan. Semua menoleh.

Hail masuk.

Matanya langsung nyasar ke Evelyn, lalu ke para bujang yang masih duduk mengelilingi dia seperti grup seminar. Mukanya datar, tapi sorotnya seperti mau nusuk tiap kepala satu-satu.

“Wah, rame banget di sini,” gumamnya datar. Tapi intonasinya membuat Bima reflek berdiri, hampir tersedak biji jeruk.

Galang pelan-pelan memindahkan kursi agak menjauh sambil mengangguk ke Hail.

“Eh bos, udah pulang…”

Abi berbisik ke Dirga, “Kayaknya kita butuh tabir surya deh... tatapan Bos panas banget.”

Tapi Dirga tidak bereaksi, dia hanya berdiri perlahan dari kursi yang ia duduki.

“Udah. Tapi kayaknya rumah gue berubah fungsi jadi balai desa.” Pria berambut blonde dengan kaos hitam itu melipat tangan menatap tajam pada Galang.

"Papa!" seru Cala, gadis kecil itu turun dari pangkuan sang Mama, berlari kearah Hail dengan riang.

Abi yang awalnya santai, langsung berdiri sambil angkat tangan. Aura Boss nya sudah berbeda. Untungnya Cala sudah memeluk sang Papa yang mode cemburu itu.

“Hehehe. Kami cuma ngobrol-ngobrol ringan kok, Bos. Nggak sampe bahas harga cabai.”

Hail jalan pelan sambil mengendong Cala dengan satu tangannya, lalu berdiri tepat di belakang Evelyn. Tangannya otomatis nyentuh pundak Evelyn, lembut, tapi tegas.

“Evelyn capek. Dia nggak perlu dikelilingin kayak bintang tamu talkshow. Kalian cuma gue suruh jagain bukan malah ngerepotin, pergi beli makan sana," tukas Hail.

Seketika itu, Bima, Dirga, dan Galang langsung bubar kayak ditiup angin. Abi masih berdiri sambil bisik tapi masih terdengar oleh Hail.

“Cemburuan banget sih bos yang satu ini…orang cuma ngobrol doang."

“Abi.”

Nada Hail datar, tapi tajam. Abi menoleh sambil menyengir kuda.

"Iya Bos."

“Keluar sebelum aku suruh beneran ngelap karburator pake lidah.”

Abi langsung lari, “SIAP BOS. Nggak usah pake lidah, air sabun cukup kok.”

Begitu mereka keluar, ruangan langsung sepi.

Evelyn menoleh ke arah Hail, senyum kecil mengembang. Hail duduk di kursi sebelahnya, pandangannya melembut menatap Evelyn. "Kamu pasti kerepotan gara-gara mereka.”

Evelyn tertawa pelan, “Mereka cuma ngobrol kok, nggak macam-macam.”

“Tetap aja. Aku nggak suka ada yang liat-liat kamu selain aku, mana sok akrab banget."

"Mana ada kayak gitu sih, lagian mereka juga anak buah kamu sendiri lho. Masa cemburu sama mereka?" Evelyn menatap Hail dengan bingung, tapi gemas.

"Sama aja." Hail bersandar manja di bahu Evelyn dengan wajah ditekuk masam.

"Astaga, cemburuan banget sih."

"Cembulu?Cembulu apa Mama?" Cala menatap sang mama peuh rasa ingin tahu.

"Itu Papa kamu lagi cemburu sama Om-omnya Cala."

Cala ganti menoleh, melihat wajah papanya yang cemberut.

"Cembulu, cembelut. Papa cembelut ma!" seru Cala sambil menunjuk wajah Hail yang ditekuk masam.

Evelyn tertawa mendengar celetohen Cala, berbeda dengan Hail yang semakin ngambek karena tidak dibujuk.

Selamat HARI RAYA IDUL ADHA bagi yang merayakan. 🥰🥰🥰🥰

1
Novi Manggala Qirani
Ku rasa Hail udah tau deh, Kalo cala bukan anak kandung nya
Novi Manggala Qirani
Semoga ga ada resiko apapun nanti nya ke fungsi paru² nya Evelyn, Kasihan banget.. mana belum nikah beneran lagi, apalagi anak
jimin park
syukur alhamdulillah, semuanya terbongkar...sekalipun raga tuan regan tidak bisa kembali...setidaknya nama nya bisa bersih dari orang" serakah seperti mereka..g nyangka serapi itu ternyata mereka menyembunyikan fakta...uda tau kan aka kenapa eyangmu minta kamu yg duduki perusahaan
Rysa
cie rumah berbentuk raga..eve ya....
yuk bisa bersihkan nama ayahnya eve..
riri
si Ruby gila banget sampai anak sendiri di jadi in uang...
Rysa
ya kan bbapakny eve gak salah...justru si ishak yg serakah...ayolah cakra tterim tawaran eyang...bbia orang" serakah itu mati kutu gak dapaetin perusahaan
Rysa
ada apa dengan papa indra..kenapa sakit dadakan
Rysa
iya deh buruan nikah biar kamu bisa melindungi eve secara total
riri
eve bukannya minta tolong malah pergi diam"
Al-rayan Sandi Syahreza
satu demi satu terbuka
Al-rayan Sandi Syahreza
memang benar kan salah satu dari orang terdekat papa nya sendiri,dan itu jadi pukulan telak yg menghantam papa Indra
Al-rayan Sandi Syahreza
ko sakitnya tiba2 gitu kira2 ada sabotase nggak di balik semua ini
Zahra Nisa
hail jangan nyalah diri seniri kamu ga tau apa apa
Al-rayan Sandi Syahreza
sweet nya mereka bikin ngiri
Sahidah Sari
akhirnya hail bisa menyatakan semua nya pada Evelyn siapa dalang penggelapan dana perusahaan dan bukan ayah nya pelaku dr semua itu .moga aja hail bisa membersihkan nama baik pak Regan.
Anita♥️♥️
gilaaa keluarga Hendrawan yang terkenal terhormat,ternyata oh ternyata
Puput Assyfa
walaupun menyakitkan kebenaran akhirnya terungkap juga terbukti siapa yg bersalah
Puput Assyfa
sedih, akhirnya kebenaran terungkap juga siapa yg sudah bersalah selama ini.
Puput Assyfa
pasti ada yg terjadi karena pak indra tiba2 sakit
Fitri Herra
.kehadiran,sayang,cinta dan perhatian Hail sudah cukup utk Eve mungkin bukan krna dia tidak marah kecewa ataupun gk sayang papanya tapi dia ingin coba berdamai dgn smuanya toh papanya juga sdh tiada dan berharap smua akan baik2 aja pda waktunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!