Zevanya memiliki paras yang cantik turunan dari ibunya. Namun, hal tersebut membuat sang kekasih begitu terobsesi padanya hingga ingin memilikinya seutuhnya tanpa ikatan sakral. Terlebih status ibunya yang seorang kupu-kupu malam, membuat pria itu tanpa sungkan pada Zevanya. Tidak ingin mengikuti jejak ibunya, Zevanya melarikan diri dari sang kekasih. Namun, naasnya malah membawa gadis itu ke dalam pernikahan kilat bersama pria yang tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah pernikahan Zevanya? Lalu, bagaimana dengan mantan kekasih yang masih terobsesi padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
SELAMAT MEMBACA
Wira duduk dengan tenang pada sofa di sebuah salon kecantikan, sesekali ia akan melirik jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 20:18. Masih ada waktu karena acara itu mulai pukul 20:30. Pria itu pun melanjutkan bermain ponsel, berbalas chat dengan Steven membahas pekerjaan.
Lima menit kemudian langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya, Wira mengangkat kepala.
Zevanya berdiri dengan anggunnya, wajahnya tampak bersinar dengan polesan make up natural. Rambutnya setengahnya diikat dan sisanya dibiarkan tergerai. Sentuhan jepit rambut kecil di bagian belakang menambah kesan manis. Satu kata untuk tampilan Zevanya, 'sempurna' namun suaminya malah diam terpaku di sana.
"Mangap, Pak." Tegur pegawai salon lalu tertawan. Zevanya tersenyum malu, menggeleng akan kelakuan suaminya.
Wira berdehem, memperbaiki jas abu-abunya. Ia mengulurkan tangan yang langsung di sambut oleh Zevanya. "You so beautiful, honey." Bisik Wira seraya mencuri kecupan pipi.
Pegawai salon yang melihat berjingkrak lalu memukul tembok. Salting sendiri melihat pasangannya yang begitu romantis itu.
"Terima kasih," ucap Zevanya kala mereka ingin pamit.
"Ouh tidak usah sungkan, ini sudah menjadi pekerja saya. Lagi pula mbaknya memang cantik, saya hanya memoles sedikit saja." Jelas pegawai salon. "Apa ini, Pak?" tanyanya tak kala Wira mengulurkan beberapa lembar uang merah.
"Tip untuk, Anda." Awalnya wanita itu mengatakan sungkan, tetapi sedetik kemudian ia meraihnya.
"Heheheh... terima kasih, ya, Pak. Sering-sering datang ke sini. Kalian akan menjadi pelanggan VIP kami." Pegawai wanita itu menganggukkan kepala tak kala keduanya pamit.
Wira membukakan pintu mobil untuk istrinya, setelah Zevanya nyaman dalam duduknya ia pun berjalan melingkari mobil dan duduk di tempat kemudi. Mesin mobil dinyalakan dan mobil sport putih itu melaju dengan kecepatan sedang meninggal salon.
***
Ruang ballroom hotel bintang lima itu dipenuhi cahaya temaram yang elegan. Kristal gantung memantulkan kilau dari lampu gantung besar di langit-langit, memberikan kesan hangat namun mewah. Meja-meja bundar tertata rapi dengan taplak satin putih, dihiasi centerpiece bunga anggrek ungu dan putih, serta lilin-lilin kecil yang menyala lembut. Aroma parfum mahal dan hidangan lezat berbaur di udara, menandai malam istimewa itu, pesta anniversary ke-8 perusahaan milik rekan kerja Sanjaya Group.
Zevanya melangkah perlahan di samping suaminya yang tampak gagah dengan jas formal warna abu-abu gelap yang berpadu serasi dengan inner hitam dan dasi slim. Sepatunya mengilap sempurna, rambutnya ditata rapi. Tatapan matanya tak lepas dari istrinya, yang malam ini tampak begitu memesona, pria itu bahkan mengabaikan suasana acara. Para wanita yang terpesona padanya sama sekali tidak dipedulikan, beberapa yang menyapanya hanya dibalas dengan lambaian tangan saja tanpa melihat kearah mereka. Pandangannya fokus pada Zevanya seorang! Sampai rekan bisnis datang menyapa, pria itu baru mengalihkan pandangannya.
"Varrel Wira Sanjaya, senang bertemu denganmu!" sambut seorang pria bersetelan navy berjalan mendekati pasutri itu. Ia adalah Arya, pemilik perusahaan yang malam itu menjadi pusat perhatian. Umurnya sepantaran dengan Evrand dan keduanya memiliki hubungan dekat.
Wira menjabat tangan pria itu, "Saya merasa tersanjung. Oh ya, selama atas anniversary ke-8 perusahaan Anda. Semoga kedepannya semakin maju." Basa-basi Wira.
"Thanks," Arya tersenyum menawan seraya melirik pada Zevanya. "Ini, siapanya Anda?" seraya mengulurkan tangan pada Zevanya untuk berkenalan.
Wira menatapnya tidak senang, walaupun tidak terlalu ditunjukkan. Tangannya terulur memeluk pinggang istrinya dengan posesif, dan baru saja Zevanya ingin membalas uluran tangan pria itu, Wira terlebih dahulu menyela.
"Zevanya, nyonya Sanjaya." Wira menjabat tangan pria itu untuk kedua kalinya.
Arya tertawa, melepaskan jabat tangan itu, "Masih calon atau—"
"Istri saya!" potong Wira dengan kalimat tegasnya. Pria itu balas dengan kekehan menyebalkan. Aura-aura pebinor! Rutuk Wira. Padahal muka pas-pasan. Kembali ia berbicara dalam hati.
"Istri Anda sangat bersinar malam ini." Pujinya tanpa rasa bersalah. Zevanya memepet pada suaminya merasa tidak nyaman. Sebelum pergi Arya menanyakan keadaan Evrand dan dijawab seadanya oleh Wira. Pria itu pun pamit setelah menyuruh tamunya untuk menikmati acara. Sebelum benar-benar pergi pria itu mengedipkan mata pada Zevanya membuat Wira ingin memukulnya, bersyukur Zevanya dapat menenangkannya.
"Udah Mas, ndak usah di ladenin." Zevanya mengusap dada suaminya.
"Kalau bukan acara formal, sudah aku colok mata dia yang kelilipan itu!" Wira masih menggebu.
"Aku pengen cobain cake di sana, temenin, yuk." Zevanya mengalihkan fokus suaminya. Wira menghela napas, ia pun menuruti keinginan istrinya.
"Cobain deh," Zevanya menyodorkan sesendok kecil cake rasa coklat pada suaminya.
Wira menggeleng, "Aku nggak suka coklat, terlalu manis."
"Loh, kenapa? Ini kan enak." Zevanya mencomot cake yang Wira tolak, pergerakan bibirnya diamatinya oleh suaminya itu. "Lagi pula rasa manis dari coklat bisa meningkatkan mood dan memperbaiki suasana hati." Jelasnya.
"Oh ya?" Wira menaikkan salah satu alis. Zevanya mengangguk mantap.
"Kalau begitu aku butuh ini untuk memperbaiki suasana hatiku yang rusak," pria itu menunduk dan langsung mengulum bibir yang tengah menikmati cake coklat itu.
"Mmmmn, benar-benar bisa meningkatkan mood dan memperbaiki suasana hati." Kekehnya. "Rasanya juga manis." Wira mengecap, merasakan rasa manis itu yang masih tertinggal.
Zevanya memukul lenga suaminya, "Ishhh, Mas. Ini di tempat umum, banyak yang lihat. Maluuu." Gadis itu ingin bersembunyi sekarang.
Wira tertawa kecil, istrinya ini tidak tahu saja kalau dipojokkan sana ada beberapa pasangan yang tengah bercumbu ria. Penglihatan Wira memang sangat tajam. Tetapi sayangnya, pria itu tidak melihat seorang yang sejak tadi mengamati keduanya bahkan sejak awal mereka memasuki ballroom.
Gelas di tangannya dicengkeram, tak kala Wira mencuri ciuman pada Zevanya. Dua tahun ia menghabiskan waktu bersamanya, tetapi belum pernah melakukan hal sejauh itu. Sedangkan pria yang baru beberapa bulan itu, sudah bertindak sesuka hatinya. Adrian tidak terima, ia merasa dibodohi.
Adrian menghela napasnya yang memburu, menandaskan minuman yang membakar tenggorokan itu dalam satu tegukan.
"Mas, aku ke toilet, ya." Ijin Zevanya.
"Mau aku antar, Sayang?" Zevanya dengan cepat menggeleng, tidak ingin menganggu suaminya yang tengah mengobrol dengan kenalannya.
"Nggak usah, aku bisa sendiri kok." Zevanya pun melangkah pergi tanpa persetujuan, ia menghampiri seorang pelayan dan menanyakan keberadaan toilet.
"Terima kasih," balas Zevanya setelah pelayan itu memberitahukan keberadaan tempat yang dicarinya, Zevanya pun berjalan menuju ke sana.
Adrian meletakan gelas kosong di atas meja menimbulkan bunyi nyaring, pria itu melangkah menuju kepergian Zevanya. Bibirnya tersenyum miring. "Kamu tidak akan lolos kali ini," suara seraknya berkata lirih.
Wira sendiri masih sibuk dengan kenalannya, membahas pekerjaan yang tengah mereka garap bersama. Juga ada beberapa relasi Sanjaya Group yang ingin berkenalan langsung dengannya membuat ia harus menanggapi mereka satu persatu.