Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langit mendung
Mungkin karena masih ngantuk, Laras lupa mengecek siapa tamunya yang datang dan langsung membuka pintu, sesaat setelah melihat orang yang berdiri di hadapannya Laras seolah baru sadar, dia baru saja melakukan kesalahan dengan tak mengintip lebih dahulu siapa tamu yang datang ke rumah baru nya.
"Ternyata benar kamu."
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Hasbi menarik laci tempat penyimpanan obat maag miliknya, tetapi saat laci itu berhasil dibuka, obat yang di cari sudah tidak ada.
Beberapa hari ini, maag-nya kerap kambuh, karena pola makan yang kurang teratur juga banyaknya pikiran.
Dulu, selalu Laras yang mengurus segala kebutuhannya, dari obat sampai hal remeh sekalipun.
Tapi sejak Hera ia bawa pulang, segalanya tak berjalan seperti biasanya. Hasbi merasa jantungnya tenggelam. Ia tahu, dari titik itu, segalanya tidak bisa kembali.
"Semua karena dirimu sendiri!" lirih Hasbi, tangannya kembali mendorong laci yang isinya tidak ada.
Kali ini Hasbi terpaksa harus menahan perih di perutnya.
Saat akan naik ke lantai atas, suara Naila menghentikannya.
"Ayah, kapan adik pulang? Aku kangen sama adek juga sama Tante Laras. Ayah, tante nggak akan pulang lagi sama kita?" pertanyaan Naila menusuk langsung ke jantung Hasbi.
"Ayah tidak tau, karena sekarang kita tidak tau tante Laras ada di mana." jawaban yang jujur, meski tidak bisa dipahami oleh anak seusia Naila.
"Ayah pengen ketemu tante, ya?"
Hasbi mengangguk pelan. "Iya."
"Kalau gitu, Ayah telpon aja, aku juga mau ngomong sama tante." anak itu memeluk ayahnya. Hangat. Lugu. Tulus.
"Nanti kita telpon tantenya, sekarang Naila main dulu sama Mbak ya,"
Saat Naila kembali bermain dengan susternya, Hasbi menatap langit yang tampak mendung. Ia tahu hidupnya tidak akan pernah kembali seperti dulu. Tapi jika diberi satu kesempatan untuk memperbaiki, Hasbi akan memilih memperjuangkan Laras sekali lagi. Bukan karena ia tak lebih menyayangi Hera, tapi karena sejak awal, Laras adalah rumah.
Rumah yang ia bangun, ia rusak sendiri.
"Hasbi, ibu siap-siap dulu, kita pergi ke rumah sakit sama-sama."
"Ya, bu."
"Yah, ayo main itu," Naila menunjuk ular tangga yang berada di atas karpet.
"Main sama Mbak aja, Naila. Ayah sebentar lagi harus jaga adek di rumah sakit." serobot pengasuh Naila, yang seolah memberi ruang untuk Hasbi mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.
Hasbi tersenyum pedih. Ia merasa hidupnya seperti dibagi dua: satu bagian menjalani kehidupan Ayah yang penuh kasih dan bertanggung jawab, dan satu bagian lagi adalah lelaki yang merindukan perempuan yang pernah jadi rumahnya.
Setelah Nur siap, Hasbi bergegas pergi ke rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Hasbi tidak menemukan keberadaan Hera. Dari perawat, Hasbi tahu Hera pergi sejak pagi buta.
"Sial!" Hasbi terus mengumpat saat nomor perempuan itu tak bisa dihubungi.
"Bu, aku pergi cari Hera dulu, aku takut dia nekat mencari Laras."
"Hasbi, kalian bertengkar?"
"Aku mengajaknya berpisah baik-baik."
"Ya Allah, Hasbi. Kamu sudah kehilangan Laras, apa kamu ingin kehilangan Hera juga? Segalanya harus dipikirkan masak-masak. Kamu yang membawa Hera, kamu juga yang membuangnya?"
"Aku tak membuangnya," bantah Hasbi.
Nur menggeleng lemah, "Kamu tidak akan bisa memperbaiki hubunganmu dengan Laras meski kau tinggalkan Hera, kaca yang sudah pecah tak akan bisa direkatkan kembali, begitu juga hati, Laras sudah tak mencintaimu lagi, ibu yakin itu."
"Laras akan tetap mencintaiku, bu. Sampai kapanpun."
Hasbi yakin dengan perasaannya, semua memang sudah hancur, tapi dengan tekad yang lebih besar, Hasbi percaya Laras akan kembali mencintainya.
"Hasbi!"