Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34:Hutang yang Mengintai dan Pembebasan
Setelah sehari yang mendebarkan di kompetisi inovasi teknologi, suasana hati Iyan masih cerah. Walaupun mereka belum tahu hasilnya, Iyan merasa bahwa mereka telah memberikan yang terbaik, dan sekarang saatnya untuk bersantai. Namun, kedamaian itu segera terganggu oleh kabar yang menghantuinya.
Ketika tiba di rumah, kondisi di rumah sudah membuatnya merasa buruk. Ibunya sedang duduk di ruang tamu dengan ekspresi cemas. “Iyan, ada sesuatu yang perlu kita bicarakan,” kata ibunya menghentikan langkah Iyan.
“Kenapa, Bu? Apa ada masalah?” Iyan bertanya, merasakan momen yang menegangkan.
“Iya, pihak bank menagih hutang yang ditinggalkan ayahmu. Mereka bilang kita harus membayar cicilan yang tertunggak, atau...” Ibunya tertahan, susah melanjutkan, wajahnya tampak berkerut.
“Jangan bilang ‘atau’! ‘Atau’ bikin aku takut!” Iyan berkata dengan nada berlebihan, walaupun di dalam hatinya, dia pun merasakan ketakutan.
Ibunya menghela napas. “Mereka bilang, jika ini terus berlanjut, rumah kita bisa disita.”
“Gak mungkin! Kita sudah berusaha keras! Mari kita melawan, Bu! Kita bisa bikin aplikasi untuk membantu membayar hutang!” Iyan mulai bersemangat, terngiang dengan ide-ide kreatif yang biasanya datang dari Nuxee.
“Anakku, jangan berlebihan.Tetap bersyukur, tetapi perasaannya tetap khawatir.
Saat Iyan mulai merenungkan strateginya, Nuxee muncul di dalam pikirannya. “Iyan, aku tahu ini saat yang sulit. Namun, kali ini coba fokus pada misi yang bisa membantu kamu mendapatkan uang.”
“Ya, Nuxee! Apa misi yang harus kulakukan?” Iyan bertanya penuh harapan.
“Kamu perlu menemukan sponsor untuk acara kuliah yang akan datang. Jika bisa mengumpulkan dana dari sponsor, kita dapat memperoleh cukup uang untuk menutup sebagian hutang ini!” Nuxee menyarankan.
“Bagus! Aku akan melibatkan teman-teman di universitas! Kita harus melakukan ini!” Iyan berkata penuh semangat, tidak ingin menyerah.
Ketika Iyan kembali ke universitas keesokan harinya, dia segera mengumpulkan Udin, Encep, Mira, Sari, dan Joko di kantin. “Teman-teman! Ada usaha baru! Kita harus mencari sponsor untuk acara kuliah agar kita bisa mengumpulkan uang!”
“Jumlah uang yang bisa kita kumpulkan itu berapa? Apakah akan cukup untuk membangun rumah pizza?” Udin menanyakan dengan nada bercanda.
“Kurasa lebih dari itu! Kita bisa mengumpulkan cukup banyak jika kita benar-benar bekerja sama!” Iyan menjawab.
“Aku siap jadi pengacara di depan sponsor! Kita harus datang dengan tampilan yang sangat profesional!” Encep tidak mau kalah.
“Dan aku akan membuat brosur seprofesional mungkin. Yang penting, pizza kita harus terlihat lezat!” Mira menambahkan, setuju dengan ide tersebut.
Akhirnya, mereka mulai merencanakan bagaimana cara menghubungi perusahaan yang dapat menjadi sponsor. Setiap orang mendapatkan tugas spesifik, Iyan akan menjadi penampil utama, sementara yang lain akan membantu menyiapkan presentasi.
Di tengah kesibukan mereka, Iyan tak luput mengingat kondisi rumah. Dia memikirkan tekanan dari bank, dan saat sedang memikirkan solusi, Udin berkomentar, “Iyan, kamu tidak terlihat baik. Apa yang terjadi? Jangan jadi seperti zombie pizza!”
Iyan tertawa. “Kita bakal jadi zombie pizza jika ini tidak berhasil! Ketika pizza tersebar, kita pasti terbalik!”
“Kalau pizza terbalik, kita seharusnya bisa beli lagi pizza yang baru!” Joko berkomentar, lalu tertawa sambil menunjuk ke arah Iyan.
Sepanjang minggu itu, mereka bekerja keras, menghubungi pemilik perusahaan dan menjadwalkan presentasi. Iyan merasa keyakinan mulai tumbuh. Namun, di malam hari, kerisauan tetap membebani jiwanya.
Selama mingguan presentasi, saat mereka akhirnya berada di depan sponsor besar, Iyan berusaha tampil percaya diri. Dia menjelaskan tentang acara kuliah yang akan datang dan apa yang bisa mereka tawarkan.
“Bila Anda sponsor untuk acara kami, kami akan memberikan Anda kesempatan untuk mempromosikan produk Anda!” Iyan berbicara sambil meyakinkan.
Setelah melalui serangkaian presentasi yang mendebarkan, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Iyan menunggu dengan tidak sabar di kantin universitas bersama teman-temannya Udin, Encep, Mira, Sari, dan Joko sambil menyempatkan diri untuk membahas hasil dari kompetisi dan sponsor yang mereka ajukan.
“Besar harapan kita setelah semua kerja keras ini! Jika ini berhasil, kami bisa mengubah hidup kita menjadi lebih baik!” Iyan berkata dengan kerinduan.
Dan saat dia mengucapkannya, hp Iyan bergetar dengan notifikasi dari Nuxee. “Iyan, aku punya kabar baik! Kita telah berhasil mendapatkan sponsor yang bersedia menyokong acara kita!”
“Benarkah, Nuxee? Itu berarti!” Iyan bersorak penuh semangat, sehingga semua teman-temannya menatapnya penuh arti.
“Apa kabar kamu? Kami ingin tahu! Jika itu bukan tentang pizza, ini jadi drama tak terduga!” Encep menggoda.
“Tidak, lebih baik dari itu! Kita mendapatkan sponsor! Dan mungkin… uang untuk melunasi hutang!” Iyan menjawab ceria, membuat semua orang bersorak gembira terkejut.
Udin melompat. “Wah, itu ternyata bisa merevolusi peta kuliah kita! Kita berencana menjadi raja pizza di semua universitas!”
Mira melompat juga, “Apakah itu artinya kita bisa mengadakan pesta pizza besar-besaran? Tanpa batas!”
Joko menilai, “Dan pizza itu akan menjadi simbol pemersatu kita selama ini! Kebanggaan dari kreativitas kita!”
“Lupakan pizza sesaat!” Sari berteriak gembira. “Iyan, mari kita bersiap-siap untuk melakukan semua hal dan pergi ke bank saat ini juga!”
Iyan merasakan energi dan semangat dari teman-temannya. Dalam momen itu, hal yang tampaknya jauh dan sulit akhirnya terasa mungkin. “Mari kita ambil uang itu dan lunasi hutang! Kita harus membuat janji bertemu dengan pihak bank di sini dan sekarang!”
Sesampainya ke kantor bank, Iyan masuk dengan napas dalam-dalam. Di dalam, seolah semua beban yang ia rasakan sebelumnya berusaha keluar bersamaan dengan kegembiraan baru yang ia rasakan.
“Ini adalah hari bahagia, staf di sini!” Iyan melangkah maju dan mulai berbicara kepada petugas bank. “Kami di sini untuk melunasi utang!”
“Utang? Apakah Anda yakin? Tentunya Anda tidak ingin meminjam lebih banyak? Kami memiliki penawaran menarik untuk Anda!” Pertanyaan dari petugas bank membuat Iyan tertawa, mengingat betapa berbedanya situasi waktu sebelumnya.
“Tidak, terima kasih! Kami hanya ingin melunasi dan menghapuskan beban masa lalu!” Iyan menjawab. “Dengan uang ini dan kerja keras kami, kami berusaha membayar kembali semua hutang yang kami miliki!”
Iyan menghitung uang tunai yang diperolehnya dari sponsor dan menjelaskan kepada petugas bank tentang kesepakatan mereka. Setelah menyelesaikan semua prosedur administrasi, Iyan merasa lega.
“Kita berhasil! Hutang kita lunas!” Iyan berteriak kegirangan, lantas teman-teman di belakangnya ikut bersorak.
Udin membuat sedikit drama. “Biarkan saya menjadikan ini terlihat epik Dari derita... menjadi keberhasilan!”
“Tolong jangan terlalu berlebihan, Udin! Mungkin mereka akan mengusir kita!” Mira menasihati sambil tertawa melihat aksi Udin.
Dari bahagianya momen itu, Iyan merasakan Nuxee berbicara lewat pikirannya. “Iyan, ada yang ingin aku beritahu lebih lanjut,” Nuxee memberi tahu. “Karena keberhasilan misi ini, kamu sekarang mendapatkan dividen dari perusahaan Ojek Asik!”
Iyan hampir tidak bisa mempercayai telinganya. “Dividen? Berapa jumlahnya?”
“Mengingat usaha keras dan popularitas, dividen ini cukup besar! Ini semua berkat kerja kerasmu selama ini!” Nuxee menjelaskan dengan bangga.
Kebahagiaan semakin mencuat. Teman-teman Iyan tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. “Kami sudah berjuang bersama, dan saatnya untuk bersenang-senang! Pizza dan pesta malam ini!” Iyan berseru.
Di tengah semua tawa dan sorak-sorai, kebebasan baru melihat masa depan yang lebih cerah memotivasi semua orang. Malam itu, mereka semua merayakan bukan hanya pelunasan hutang tetapi juga persahabatan yang lebih kuat.
Bersambung..