Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Bang” panggil Rania. Mereka masih berada di tempat tidur karena setelah melakukan ibadah pagi mereka kembali tidur. Hari ini, Rafa berencana datang telat ke kantornya.
“Iya” jawab Rafa. Suara serak khas orang bangun tidur terdengar. Sinar mentari pagi mulai menyelusup ke dalam kamar Rafa. Rafa yang silau menutup matanya dengan sebelah tangannya yang bebas karena tangan satunya lagi-lagi menjadi bantal Rania tidur. Itu kemauan Rafa.
“Pulang dari kampus, Rania boleh ke rumah bapak? Rania sudah lama tidak kesana” pinta Rania. Rania mengubah posisinya yang tadinya tidur miring menghadap Rafa, sekarang sudah membalikkan badan. Dengan posisi ini, Rania bisa melihat wajah Rafa dengan jelas.
Alis mata yang sedikit tebal, hidung yang mancung dan bibir merah yang menggoda. Rania ingat bagaimana kemarin siang biibir itu menyentuh bibirnya dengan hangat dan menggebu. Meski deg-degan karena berada di kantor dan takut ada yang mergokin kegiatan mereka berdua tapi jujur saja Rania menyukainya.
Rafa tahu jika saat ini Rania sedang menelisik dan memperhatikan wajahnya. Rafa membiarkan Rania melakukannya. Akankah Rania berani menyentuhnya? Itu yang ada di fikiran Rafa.
Lama Rania memperhatikan Rafa tanpa ingin menyentuhnya. "Bang, gimana? Boleh?" tanya Rania. Rania tahu jika Rafa tidak kembali tidur.
"Boleh. Kamu pulang jam berapa? Nanti biar Abang jemput di kampus dan langsung Abang antar ke rumah bapak" kata Rafa membuka matanya. Mata mereka berdua bertemu.
"Jam 12. Abang ga sibuk?" Rafa menggeleng membuat Rania tersenyum. Semalam Rafa sudah bilang jika besok dia akan mengantar Rania ke kampus dan sekarang Rafa bilang kalau nanti dia juga yang akan jemput dan mengantar ke rumah orang tuanya.
"Ga. Tunggu Abang di sana ya. Pulang dari rumah Bella, Abang jemput" Rafa langsung memeluk dan membenamkan wajah Rania di dadanya.
***
Sesuai rencana awal, Rafa akan mengantar Rania ke kampus. Saat ini, mereka sudah berada di dalam mobil. Rafa lekas menghidupkan mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan sedang.
"Bang" panggil Rania takut-takut. Rafa menoleh sekilas dan kembali menatap jalanan di depannya.
"Ada apa?"
"Tapi Abang jangan marah ya" ucap Rania yang sudah hapal dengan tabiat suaminya.
"Tergantung"
"Gak jadi lah kalau gitu. Nanti Abang marah" Rania menggembungkan bibirnya. Frustasi.
"Kalau kamu ga bilang, Abang bakal lebih marah, Rania. Sekarang kamu mau bilang apa?" Rania menarik nafasnya terlebih dahulu.
"Dokter Arlo ngajak ketemu berdua" ucap Rania cepat sambil menutup matanya karena takut dengan reaksi Rafa.
Ckittt. Rafa mengerem mendadak mobilnya karena lampu lalu lintas tiba-tiba berubah menjadi merah. Gara-gara ucapan Rani, Rafa malah tidak fokus mengendarai mobil. Rafa yang reflek langsung menahan tubuh Rania dengan tangan kananya agar kepala Rania tidak membentur dashboard yang berada di depannya.
"Tolak" perintah Rafa sambil melihat wajah Rania. Raut wajah Rafa sudah menahan amarah.
"Ini ga ditanya dulu gitu Bang, kenapa ngajak ketemu. Siapa tahu tentang study tour kemarin" ucap Rania sambil masih menggenggam safety beltnya. Rafa menghembuskan nafasnya kasar. Beginilah kalau nikah sama wanita yang polos. Trik laki-laki tidak diketahuinya.
"Ga ada laki-laki yang ngajak ketemu cuma berdua kalau bahas masalah kuliah, Rania. Atau kamu memang ingin ketemu Arlo?" Rafa menyipitkan matanya.
"Eh... Gak ya, Bang" Rania menolak tuduhan yang diberikan Rafa sambil menggoyang-goyangkan kedua tangannya ke kanan- ke kiri bersamaan.
"Sembarangan kalau nuduh. Nih jantung kalau dibuka sudah ada namamu terukir disana, Bang" ucap Rania dalam hati.
"Abang ga mau tahu. Mulai sekarang kamu harus jauhin Arlo. Kalau pun ada satu waktu kalian bertemu, usahakan ada Keyla dan temanmu satunya" ujar Rafa sambil mengendarai mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau kembali.
"Iya, Bang"
Tidak ada percakapan kembali diantaranya karena Rafa sudah sampai di parkiran fakultas kedokteran. Rafa langsung membukakan safety belt Rania dan menatap wajah istrinya. Benar saja ditatap begitu intens oleh suaminya membuat Rania langsung tersipu malu. Rona wajah yang semakin memerah terlihat jelas di kedua pipinya.
"Kamu tahu Abang udah cinta sama kamu. Abang ga mau kamu dekat-dekat dengan laki-laki lain. Meskipun kamu ga ada rasa sama mereka" ucap Rafa yang masih memandang wajah istrinya. Rafa tidak pernah sekalipun bosan dengan wajah cantik Rania.
Rafa mendekatkan wajahnya ke wajah Rania. Rafa mulai memajukan bibir merahnya, Rafa mencium kening, mata, hidung dan berakhir di bibir tipis Rania. Untuk bibir, Rafa tidak hanya menempel saja tapi Rafa langsung mel*matnya dengan sedikit kasar. Mungkin Rafa sedikit kesal dengan kepolosan istrinya. Rafa baru saja melepaskan ciuman mereka berdua ketika Rania mendorong pelan dada Rafa.
"Belajar untuk membalas, Rania"
***
"Pak.. Bu.. Rafa balik ke kantor dulu. Terima kasih untuk makanannya dan Rafa titip Rania ya. Nanti malam Rafa jemput" ucap Rafa sambil mencium punggung kedua mertuanya. Tahu jika anak dan menantunya akan datang ke rumah, Ibu Tania langsung membuatkan makanan yang enak untuk Rania dan juga Rafa.
"Iya, Fa. Kamu hati-hati ya bawa mobilnya. Jangan ngebut-ngebut" nasehat Pak Rudi. Mereka saat ini sedang berada di luar pagar rumah dimana Rafa pamit akan kembali ke kantor. Sesuai janji Rafa, setelah pulang kuliah Rafa akan menjemput dan mengantar Rania ke rumah orang tuanya.
"Iya, Pa" jawab Rafa. Setelah berpamitan dengan kedua mertuanya. Rafa menghampiri Rania.
"Abang pergi dulu ya. Dengarin kata Bapak sama Ibu. Jangan ngajak berdebat terus" Rania yang mendengar langsung mengerucutkan bibirnya. Pak Rudi dan Ibu Tania hanya bisa mengulum senyum mendengar Rafa menasehati Rania. Rafa sudah hafal bagaimana watak istrinya. Meskipun sangat menyanyangi kedua orang tuanya, tapi kalautidk mengajak berdebat bukan Rania namanya.
Rania mencium punggung tangan Rafa tanda bakti seorang istri dimana suaminya akan pergi. "Doakan Abang ya semoga nanti malam semua urusan selesai" bisik Rafa di telinga Rania. Rania mengangkat kepalanya dan menganggukan kepalanya.
"Hati-hati, Bang"
Cup. Rafa hanya bisa mengecup kening Rania karena ada kedua orang tua dan tetangga Rania yang sejak tadi curi-curi pandang pada mereka. Sebenarnya, Rafa ingin sekali mencharger energinya dengan bermain dibibir istrinya yang sudah menjadi obat untuk tubuh Rafa.Tapi Rafa menahannya, daripada Rafa dilempar sandal sama Pak Rudi karena melakukan hal yang tidak senonoh didepan rumah Pak RT. Lebih baik nanti saja ketika dirumah biar puas.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, Rafa yang melihat langsung menutup pekerjaannya dan segera membersihkan badannya. Masih ada waktu satu jam untuk memghadiri acara makan malam keluarga Bella.
Rafa berjalan ke arah kamar yang berada di dalam ruangannya. Dari awal, Rafa memang sudah meminta sebuah kamar karena dulu Rafa sering sekali tidur di kantornya.
Tiga puluh menit berlalu, Rafa sekarang sudah rapi dengan pakaian kasualnya. Wangi shampoo dan sabun menyeruak didalam ruangan.
Rafa : Sayang, abang pergi ya.
Rafa tidak lupa mengabari istrinya dengan sebuah pesan. Ting, tidak lama pesan balasan dari Rania datang.
Rania : Hati-hati, Abang. ❤️
Rafa menyunggingkan senyumnya, emot yang dikirim istri cantiknya menjadi semangat untuknya.
Rafa mengendarai mobilnya sendiri menuju rumah keluarga Bella. Dustin sudah pulang dari sejam yang lalu. Sebenarnya Dustin sudah menawarkan diri untuk mengantarnya tapi Rafa menolak. Rafa tidak ingin merepotkan Dustin untuk masalah pribadinya
Tidak butuh lama, mobil yang dikendarai Rafa sudah terparkir rapi disamping mobil Damion. Rafa membuka pintunya dan menoleh sekilas ke samping mobil Papanya.
Sepi.
Damion sudah duluan masuk. Itu yang ada difikiran Rafa.
Rafa menekan bel yang berada di depan pintu. Tidak lama, pintu terbuka menampilkan wanita yang dulu pernah menghiasi hati Rafa.
"Rafaaa, aku kangen" Bella tersenyum dan ingin memeluk Rafa. Tapi, Rafa memundurkan langkahnya.
"Bisa gue masuk?" ucap Rafa dengan dingin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku