NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:549
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Sosok Mengintip dari Plafon

Kirana terpojok di antara kolam yang mendidih hitam dan makhluk mengerikan di dinding, namun matanya menangkap sesuatu yang berkilau di atas kepala makhluk itu: sebuah toples kaca kecil yang terselip di celah kayu, memancarkan aroma melati yang berbeda, yang ia yakini sebagai petunjuk untuk mengungkap Sosok Mengintip dari Plafon yang sebenarnya.

"Turun kau, makhluk sialan!" teriak Nyi Laras sembari melemparkan mangkuk emas yang kosong ke arah dinding dengan tenaga luar biasa.

Benda itu menghantam kayu tepat di samping kepala makhluk tersebut, namun si penjaga plafon hanya memutar lehernya seratus delapan puluh derajat. Suara tulang yang berderak memenuhi ruangan, menciptakan keheningan yang mencekam sekaligus membuat bulu kuduk Kirana berdiri.

"Dia melindungiku, kan?" tanya Kirana dengan suara gemetar, menyadari makhluk itu sengaja merusak kemurnian air kolam merah.

"Dia tidak melindungi siapa pun!" Nyi Laras melangkah maju, wajahnya kini berkerut-kerut seperti kulit kayu tua yang kering dan rapuh. "Dia hanyalah ampas yang gagal. Jangan biarkan dia meracuni pikiranmu dengan pembangkangannya!"

Mendengar kata-kata itu, makhluk di dinding mendesis panjang, air liurnya yang berwarna hitam pekat menetes ke lantai batu dan mengeluarkan asap tipis. Kirana memperhatikan kulit makhluk itu yang mengelupas; di balik lapisan daging yang hancur, terdapat bekas jahitan kasar yang membujur di sepanjang perutnya yang kempis.

"Santi? Apakah itu kau, Kak?" bisik Kirana, menyebut nama kakak keduanya yang selama ini dikabarkan meninggal karena pendarahan saat persalinan.

Sosok itu berhenti mendesis dan menatap Kirana dengan mata merah pucat yang tampak berkaca-kaca, memancarkan kesedihan yang teramat dalam. Aura ancaman di ruangan itu mendadak luruh, berganti menjadi keputusasaan yang mencekik sebelum Nyi Laras kembali membentak dengan kalap.

"Tangkap Kirana! Jangan biarkan dia menyentuh toples pengikat itu!" perintah Nyi Laras kepada kedua bidan desanya yang masih terpaku.

Dua wanita berpakaian kebaya lusuh itu menerjang maju, namun Kirana sudah lebih dulu melompat ke arah lemari kayu yang menjadi penyangga dinding. Dengan sisa tenaga yang dipicu adrenalin, ia memanjat sedikit dan merenggut toples kaca yang terselip di celah kayu jati tersebut.

Toples itu terasa dingin dan licin di tangannya, berisi cairan bening dengan seuntai benda hitam yang melingkar di dalamnya. Bau melati yang keluar dari pori-pori kaca itu begitu murni, sangat kontras dengan bau anyir darah yang biasanya mendominasi rumah ini.

"Ini bukan melati biasa, ini adalah bagian dari dirimu, bukan?" ujar Kirana sembari memeluk toples itu ke dadanya, merasakan janinnya mendadak tenang.

"Kembalikan!" Nyi Laras menggeram, jemarinya meraba udara seolah sedang mencekik leher Kirana dari kejauhan menggunakan kekuatan gaib. "Itu adalah pengikat sukmanya! Jika kau membukanya, kutukan Waris akan berbalik menghisap nyawamu sendiri!"

Kirana tidak memedulikan ancaman itu; ia melihat ke dalam toples dan menyadari benda melingkar itu adalah gumpalan rambut manusia yang sangat panjang. Rambut itu tampak seolah masih hidup, bergerak-gerak pelan di dalam cairan bening seperti sekumpulan cacing yang menggeliat kelaparan.

Di dasar toples, terselip secarik kertas kecil dengan tulisan tangan yang sangat ia kenali sebagai tulisan Laksmi: 'Campurkan ini ke dalam sajian Ibu jika kau ingin melihat wajah aslinya yang membusuk.'

"Jadi ini rahasia kecantikan abadi yang kau banggakan, Ibu?" Kirana mengangkat toples itu tinggi-tinggi, siap menghancurkannya jika Nyi Laras berani mendekat satu langkah lagi.

Tiba-tiba, sosok di dinding tadi melompat dengan kecepatan kilat ke arah Nyi Laras, cakarnya yang panjang merobek bahu kebaya sutra sang dukun bayi hingga darah hitam memuncrat. Jeritan melengking Nyi Laras memecah kesunyian, sementara kedua bidan desa tampak gemetar melihat majikan mereka diserang oleh 'produk' ritualnya yang paling gagal.

Kirana memanfaatkan kekacauan itu untuk berlari keluar dari ruangan batu, namun saat ia melewati ambang pintu, ia merasakan tutup toples kaca itu bergetar hebat. Rambut panjang di dalamnya mulai merayap keluar dari sela-sela tutup yang melonggar, seolah mencium aroma tubuh Kirana yang berkeringat.

Helai-helai hitam itu bergerak cepat, melilit pergelangan tangan Kirana dengan kekuatan yang tidak masuk akal dan mulai menusuk masuk ke bawah kuku-kukunya.

Kirana menjerit kesakitan saat merasakan rambut itu mulai merambat naik ke dalam aliran darahnya, persis seperti firasat buruk tentang adanya Rambut Panjang di Dalam Makanan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!