NovelToon NovelToon
My Boss, My Past, My Sin

My Boss, My Past, My Sin

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Bad Boy / One Night Stand / CEO / Hamil di luar nikah / Cintapertama
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yudi Chandra

Tujuh belas tahun lalu, Ethan Royce Adler, ketua geng motor DOMINION, menghabiskan satu malam penuh gairah dengan seorang gadis cantik yang bahkan tak ia ketahui namanya.

Kini, di usia 35 tahun, Ethan adalah CEO AdlerTech Industries—dingin, berkuasa, dan masih terikat pada wajah gadis yang dulu memabukkannya.
Sampai takdir mempertemukannya kembali...

Namun sayang... Wanita itu tak mengingatnya.

Keira Althea.

Cerewet, keras kepala, bar-bar.
Dan tanpa sadar, masih memiliki kekuatan yang sama untuk menghancurkan pertahanan Ethan.

“Jangan goda batas sabarku, Keira. Sekali aku ingin, tak ada yang bisa menyelamatkanmu dariku.”_ Ethan.
“Coba saja, Pak Ethan. Lihat siapa yang terbakar lebih dulu.”_ Keira.

Dua karakter keras kepala.
Satu rahasia yang mengikat masa lalu dan masa kini.
Dan cinta yang terlalu liar untuk jinak—bahkan ol

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudi Chandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Aiden berjalan cepat menuju taman kecil di sisi restoran. Matahari siang menyinari dedaunan, menciptakan bayangan yang jatuh di wajahnya yang tegang. Napasnya naik turun, bukan karena lelah, tapi karena emosi yang membuncah.

Suara langkah berat menyusul dari belakang.

“Aiden.”

Aiden berhenti. Tidak menoleh. Suara itu terlalu familiar—tegas, dingin, punya wibawa yang sama seperti dirinya.

Ethan berdiri beberapa meter di belakangnya, napasnya teratur, ekspresinya tidak berubah meski ia jelas habis mengejar.

Aiden akhirnya menoleh sedikit. “Kenapa Anda mengejar saya?” suaranya datar, tapi ada getar yang ditahan.

“Karena kamu anakku.” Ethan menjawab tanpa jeda, pandangannya lurus menusuk.

Aiden mengepalkan tangan.

“Kalau gitu… Kenapa Anda nggak mencari Mama dulu? Kenapa baru sekarang muncul?”

Ethan terdiam sejenak. Mata tajamnya menurun, bukan melemah, tapi seperti menahan sesuatu yang dalam.

Ia mengalihkan pandangan pada salah satu bangku taman—dan tiba-tiba bayangan masa lalu menyeret pikirannya.

Flashback 17 tahun lalu...

Cahaya matahari menembus tirai tebal kamar VIP Eclipse Club. Ethan muda, lebih liar, lebih panas, terbangun dengan kepala berat. Ia duduk dengan rambut berantakan, dada telanjang, selimut kusut masih melingkari pinggangnya.

Kamar itu berantakan. Pakaian perempuan yang semalam bersamanya—Keira—sudah tidak ada.

“Dia… pergi?” Ethan bergumam sambil memijat pelipisnya.

Ada lipstik warna merah muda tertinggal di gelas sampanye. Ada aroma parfum manis yang samar. Semuanya menandakan gadis itu tidak cuma sembarang perempuan club—ada kehangatan di pelukannya, sesuatu yang aneh dan membekas.

Ethan menyibak selimut, hingga mata tajamnya terpaku saat melihat noda merah di seprai.

"Aku yang pertama?" bisik nya pada diri sendiri.

Ia pun bangkit, hendak mencari wanita itu .

Namun ponselnya berdering keras.

Mama is calling...

Ethan segera menerima panggilan tersebut.

“Ethan, di mana kamu? Pesawatmu ke Amerika akan segera berangkat! Cepat ke bandara!”

Ethan menahan nafas. “Ma, tapi aku—”

“Tidak ada tapi. Kamu harus berangkat sekarang. Ini untuk masa depanmu.”

Telepon terputus.

Ethan menatap pintu kamar… menatap pakaian Keira yang sudah hilang… menatap dirinya di cermin.

Waktu berjalan terlalu cepat.

Ia menutup mata sejenak, lalu berbisik pada dirinya sendiri, “Saat aku kembali nanti… aku akan mencarimu.”

Ia mengambil jaketnya, membuka pintu kamar, dan pergi.

Meninggalkan segalanya.

Termasuk Keira.

Ethan menarik napas panjang setelah flashback itu berakhir. Wajahnya kembali datar, tapi ada luka tipis di balik ketegasannya.

“Aku… tidak sempat mencari.” Suaranya rendah.

“Aku pergi ke luar negeri hari itu. Dan ketika kembali… semuanya terlambat.”

Aiden menatap tajam. “Itu alasan?”

“Itu kenyataan.” Ethan membalas sama dinginnya, tapi matanya tidak pernah lepas dari Aiden.

“Tapi sekarang aku di sini. Dan aku tidak akan pergi lagi.”

Aiden memalingkan wajah, matanya berubah lembut sekejap sebelum kembali datar.

Keduanya berdiri, diterpa angin siang. Dua orang dengan ekspresi dingin yang sama… tapi di baliknya ada darah yang mengikat.

Pandangan Aiden jatuh pada kolam kecil yang memantulkan cahaya matahari. Angin siang menerbangkan sedikit rambut depannya, tetapi ekspresi wajahnya tetap beku.

Ethan melangkah maju—pelan, terukur, tanpa suara berlebihan. Langkah yang penuh kontrol, namun mengandung ketegangan yang tak bisa disembunyikan.

“Aiden.”

Aiden tidak menoleh. Rahangnya mengeras.

Ethan berhenti tepat satu meter di belakangnya. Jarak yang cukup untuk memberi ruang… tapi tetap terasa menekan.

Suara Ethan turun satu nada—lebih rendah, lebih dalam, dan anehnya… lebih manusiawi daripada sebelumnya.

Namun tetap dingin.

Tetap Ethan.

“Kalau kamu marah… aku mengerti.”

Suara itu tegas, stabil, tapi ada sesuatu yang menekan dari dalam.

“Kalau kamu membenciku… aku juga bisa terima.”

Aiden mengerutkan kening. Kata-kata itu bukan yang ia duga.

Ethan melanjutkan, tatapannya menusuk punggung Aiden seolah ingin menembus lapisan dinginnya.

“Tapi satu hal yang tidak bisa aku terima…”

Ia diam sejenak, menahan sisa gengsi yang masih tersisa dalam dirinya.

“…adalah kamu menjauh dariku.”

Aiden menegang.

Untuk pertama kalinya, ada retakan halus di suara Ethan—bukan rapuh, tapi seperti baja yang dipaksa melentur.

Kemudian, dengan suara paling jujur yang pernah keluar dari mulut seorang Adler, Ethan berkata:

“Izinkan papa mengenalmu, Aiden.”

Aiden menoleh perlahan—sangat perlahan—seakan ia tidak yakin apakah yang ia dengar benar.

“Papa?” gumam Aiden, suara rendah namun bergetar.

Ethan tidak menyeringai. Tidak emosional berlebihan.

Ia hanya berdiri tegak… dengan mata yang dingin tapi penuh harap.

“Ya.”

“Kalau kamu butuh waktu, papa tunggu.”

“Kalau kamu ingin menjauh, papa kejar.”

“Kalau kamu menolak papa…” Ethan menelan napas, “maka papa akan tetap berada di belakangmu.”

Perkataan itu bukan paksaan.

Bukan ancaman.

Tapi keteguhan seorang pria yang terlambat tujuh belas tahun… dan tidak mau terlambat lagi.

Aiden menunduk.

Ia mengembuskan napas yang terasa berat, seperti membawa seluruh beban yang ia simpan sejak kecil.

“Kenapa harus sekarang…?” bisiknya.

Ethan tidak menjawab dengan alasan panjang.

Hanya satu kalimat yang keluar:

“Karena sekarang… papa akhirnya menemukanmu.”

Aiden terdiam lama. Sangat lama.

Angin siang mengusap daun-daun di atas kepala mereka, tapi tidak ada yang berani menyentuh ketegangan di antara dua pria itu.

Aiden akhirnya bersuara, pelan… tapi nadanya tetap keras dan tajam layaknya bilah dingin.

“Kalau saya izinkan…”

Ia menatap Ethan—tatapan hitam, datar, tapi ada riak kecil di baliknya.

“…apa Anda yakin bisa jadi ayah yang baik?”

Ethan tidak menunduk. Tidak terguncang.

Ia menerima pertanyaan itu seperti menerima tantangan paling penting dalam hidupnya.

“Papa tidak sempurna.”

Jujur. Lurus.

“Tapi papa tidak akan lari.”

Aiden mengalihkan pandangan, tapi kali ini bukan untuk menghindar.

Lebih seperti menahan sesuatu yang tidak ingin terlihat.

“Terus kenapa Mama harus bilang kalau saya nggak punya ayah?”

Nada itu bukan marah.

Bukan kecewa.

Lebih seperti… luka yang sudah lama membeku.

Ethan menahan napas, menyadari betapa besar harga diri Aiden untuk mengungkapkan pertanyaan itu.

“Papa tidak menyalahkan mamamu,” jawab Ethan tenang.

“Mungkin dia juga bingung harus bagaimana.”

Ia mengepal tangan di sisi tubuhnya.

“Maafkan papa.”

Aiden menelan ludah kecil—nyaris tak terdengar.

Emosinya tidak meledak-ledak, tapi ada perubahan kecil pada tatapannya.

Seperti es yang retak tipis.

“Seharusnya Anda cari,” gumam Aiden.

“Ya.”

Ethan setuju tanpa ragu.

“Papa seharusnya mencarimu. Seharusnya tidak membiarkan apa pun menghalangi.”

Ia melangkah setengah langkah mendekat.

“Aiden.”

Nada itu rendah… hangat… tapi tetap mengandung wibawa.

“Kalau kamu mau membenci papa, papa tidak akan melarang. Tapi jangan menutup pintu untuk mengenal papa.”

Aiden menarik napas panjang, matanya menatap Ethan—dan kali ini tatapannya bukan sekadar datar.

Ada sesuatu di sana.

Bukan penerimaan penuh.

Tapi… pengakuan.

“Aku…”

Ia berhenti, mengatur emosi yang mencoba naik.

“…nggak janji bakal terima gitu aja.”

“Papa tidak minta kamu terima hari ini.”

Ethan tersenyum tipis—bukan manis, tapi bangga dan sangat Adler.

“Papa hanya minta kamu tidak menutup diri.”

Aiden mendengus pelan, seperti mencoba menutupi getar di dadanya yang mulai goyah.

“…Aku nggak suka dimingguin,” katanya dingin.

Ethan mengangkat alis, suaranya kembali pada nada rendah yang mengintimidasi tapi lembut.

“Minggu?”

Ia menatap Aiden dalam-dalam.

“Itu akan sulit.”

Aiden menahan senyum kecil—sangat kecil, hampir tak terlihat—sebelum kembali bersikap dingin.

“…Terserah,” gumamnya, Aiden berkata tanpa menatap Ethan:

“Kalau Anda memang mau mengenalku…”

“…ya sudah. Kita lihat nanti.”

Itu bukan persetujuan.

Bukan penolakan.

Tapi itu retakan pertama dalam dinding es yang selama ini Aiden bangun sendirian.

Dan bagi Ethan—

itu lebih dari cukup.

Keira berdiri di balik dinding kaca restoran taman. Dari tempatnya berdiri, ia melihat dua sosok itu—Ethan dan Aiden—berdiri di bawah cahaya matahari siang yang jatuh lembut.

Dan saat Ethan mengucapkan kalimat itu—

"Izinkan Papa mengenalmu, Aiden."

suara rendah dan datarnya tidak lagi terdengar seperti perintah, melainkan seperti permohonan yang hampir patah.

Keira menutup mulutnya, menahan napas yang tiba-tiba terasa sesak. Sebuah senyum muncul—lembut, lega, dan sedikit gemetar.

Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, ia melihat sesuatu yang tidak pernah sempat ia bayangkan:

Dua laki-laki itu… akhirnya mulai membuka pintu menuju satu sama lain.

Keira mengusap sudut mata, lalu tersenyum lebih hangat.

"Aiden… kamu akhirnya mau memberi kesempatan kepada papamu." gumamnya pelan.

Dan pada Ethan—meski dari jauh ia tak bisa memanggil namanya—hatinya berbisik pelan.

"Kamu… akhirnya menebus langkah yang dulu terpaksa kamu tinggalkan."

...****************...

1
Muksin Mubarok
Tante kei om Ethan serasi deh 🥰🥰🥰
siapa tau ada uang nyasar kedalam rekening seratus juta
Yudi Chandra: Hahahaha....aminin ajaaaa🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
mau muni ethan dan keira pasangan serasi juga ah.. biar dapet transferan 100juta dari ethan.. 🤣🤣🤣
Yudi Chandra: hahaha....iya aku juga🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
kagome
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Yudi Chandra: 🤣🤣🤣🤣🤣🙏🙏🙏
total 1 replies
Nur Halida
jangan kemakan omongannua si bebek itu lah kei.. jangan insecure .. kamu hebat kei.. 💪💪💪
Yudi Chandra: betul tu betul🤣🤣🤣🤭🤭🤭
total 1 replies
Bu Dewi
up lagi kak, kok sedikit amat 😄🤭
Yudi Chandra: ditunggu aja ya... soalnya ini masih sibuk bantuin weret di rumah tetangga🤭🤭🤭🤭
total 3 replies
Nur Halida
sweet banget sih mereka bertiga...🤭🤭🤭
Yudi Chandra: Hihihihi....🤭🤭🤭🤭
jadi pengen buat mereka cepet nikah🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
love you thor... 😍😍😍
Yudi Chandra: love you toooooooo😘😘😘😘😘😍😍😍
jangan lupa kasih bintang ya🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Bu Dewi
😍😍😍😍
Yudi Chandra: 😍😍😍😍🙏🙏🙏🙏🙏
jangan lupa kasih bintang ya🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
dan itu juga salah ethan kenapa gak nyari keira dari awal ..
Yudi Chandra: yup...betul....🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
semangat up thor... ceritanya keren .. aku suka banget😍
Yudi Chandra: huhuhu....makaciiiiiih🙏🙏🙏😘😘😘
total 1 replies
Bu Dewi
seru kak,,, 😍😍😍
Yudi Chandra: huhuhu....makaciiiiiih🙏🙏🙏😍😍😍
jangan lupa kasih bintang ya...biar makin semangat up nya🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
tapi kenapa dulu ethan gak nyari keira juga setelah kejadian itu ?untuk memastikan kalo keira hamil apa enggak ? kenpa dulu ethan juga menghilang?
Yudi Chandra: Hihihihi....belum aku jelasin part itu ya... lupa... makasi uda ngingetin....🙏🙏🙏🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Bu Dewi
lanjut kak
Yudi Chandra: siiipppp👍👍👍👍😍😍
total 1 replies
Pa Muhsid
sama sama terluka tapi ditutupi oleh sifat yang satu dingin dan yang satunya barbar
up nya kurang kk
Yudi Chandra: sabar yaa sayaaang🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
ku suka gayamu ethan...
Yudi Chandra: ku suka gayamu Nur Halida🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Pa Muhsid
duhh Ethan serem serem sweet
3 S😍
Yudi Chandra: heleh, heleh... apa pula itu🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Rohana Omar
lanjut
Yudi Chandra: siiiippp👍👍👍👍
total 1 replies
Nur Halida
untung ezra ngaku kalo bukan desain dia sendiri..
Yudi Chandra: kalo nggak ngaku bakal aku coret dia dari KK🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
kenapa ezra make nama dia sendiri ?aku kira bakal pake nama aiden??apa ezra akan ngaku kalo itu desain aiden?atau .... hmmmm ...penasara thor...🤔
Yudi Chandra: aku juga penasaran nih.🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
cerita yg menurutku amazing...
Yudi Chandra: huhuhu...makaciiiiiih....🙏🙏🙏😍😍😍😍😍😍😍😍
love you sekebonnnn😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!