THE PRINCE'S OBSESSION

"Terus sekarang kita harus bagaimana pangeran?"

Belum sempat pangeran Ly menjawab ucapan Nia, seekor srigala kembali muncul di dekat mereka.

"Manusia?" ucapnya sesaat setelah berubah menjadi manusia, lalu sambil mengendus kearah Nia.

Pangeran Ly kembali menyembunyikan Nia di belakangnya.

"Tak kan kubiarkan kau mengusik milik ku, enyah sebelum kamu kujadikan debu!" ucap pangeran Ly dengan nada tegas.

"Pangeran Lysander ternyata kamu, berani masuk ke sini jangan mimpi bisa keluar." laki-laki jelmaan srigala hitam itu segera berlari mengikis jarak.

Cus..... terjangannya menghantam angin karena dengan cepat pangeran Ly menghindar.

Perkelahian antara keduanya terjadi. Dalam waktu beberapa gerakan saja srigala hitam itu sudah musnah di tangan pangeran Ly.

"Tempat ini tidak aman untukmu Nia ayo kita pergi!" ucap pangeran Ly sambil membawa Nia pergi dari tempat itu.

Sesekali pangeran Ly berhenti untuk sekedar memastikan tingkat keamanan tempat itu.

"Pangeran kita akan kemana?"

"kita harus mencari tempat yang aman untuk kamu istirahat malam ini Nia."

Hingga setelah beberapa saat mencari tibalah mereka di pinggir sungai. Setelah memastikan semuanya aman pangeran Ly mengajak Nia untuk istirahat.

"untuk sementara waktu kita di sini dulu." ucap pangeran Ly, dan Nia hanya bisa mengangguk sebagai jawaban lalu duduk di tempat yang dirasanya cukup nyaman untuk istirahat.

Nia menatap bulan di langit, "malam semakin larut mama dan papa pasti mengkhawatirkan ku" ucap Nia.

Pangeran Ly terdiam tanpa tau harus berkata apa.

"Pangeran aku lapar." ucap Nia memecah kesunyian malam.

"Kamu tunggulah disini sebentar, aku akan mencarikan makan untukmu!" ucap pangeran Ly sambil bangkit dari duduknya.

"Tidak mau. aku mau ikut."

"Tidak bisa Nia, untuk saat ini hanya tempat ini yang aman untukmu."

"Tapi aku takut pangeran."

"Nia percayalah padaku, secepatnya aku akan kembali lagi ke sini."

"baiklah tapi janji kembali ya!"

"iya Nia lagi pula untuk apa aku menyusul mu masuk kedalam sini jika hanya untuk meninggalkan kamu disini."

Nia diam tidak menjawab lagi. Pangeran Ly juga segera melesat pergi.

Krik... krik... suara jangkrik berbunyi menemani kesendirian Nia dengan semua rasa takutnya.

Dia duduk di tempat semula menunggu pangeran Ly datang.

5 menit 10 menit pangeran Ly belum juga kembali, Nia masih duduk dengan sabar menunggu, 15 sampai 30 menit pangeran Ly belum kembali Nia mulai gelisah di tempat nya, sesekali terdengar suara lowongan srigala Nia mengusap tengkuknya dengan rasa yang campur aduk.

Hingga tak lama kemudian pangeran Ly datang dengan seekor kelinci di tangannya.

"Hanya ada ini sayang, aku akan memanggangnya untukmu."

"Baik pangeran terimakasih." ucap Nia sambil menghela nafas lega, setidaknya sekarang dia tidak sendiri lagi melewati malam yang mengerikan ini.

Pangeran Ly membawa kelinci itu kearah sungai dan mulai menyembelihnya.

Kini kelinci itu sudah terjepit di kayu, "Nia peganglah ini, aku akan mencari kayu bakarnya sebentar!"

Nia mengangguk sambil meraih kelinci yang kini sudah siap untuk di panggang itu.

Pangeran Ly kembali melesat pergi, tapi kali ini Nia tidak khawatir lagi sebab sudah pasti pangeran Ly akan kembali padanya.

Dan benar saja tak sampai 10 menit pangeran Ly sudah kembali dengan membawa tumpukan kayu kering di tangannya dan segera membuat api untuk memanggangkan kelinci untuk Nia.

Dengan sabar Nia duduk di posisinya menunggu dan membiarkan pangeran Ly melakukannya sendiri.

Setelah beberapa saat kemudian kelinci pun matang.

"ini makanlah hati-hati panas." ucapnya penuh perhatian, Nia pun tersenyum bahagia meraih panggang kelinci itu.

Meniup sesaat lalu memakannya, "kamu mau?" ucapnya menawarkan kepada pangeran Ly, pangeran Ly hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, lalu duduk di dekat Nia.

"pangeran terimakasih ya, aku tidak tau apa jadinya aku disini jika tanpa kamu." ucap Nia dengan santai sambil terus melahap kelinci itu, meskipun rasanya hambar Nia tetap memakannya sampai daging kelinci itu habis hanya sisa tulangnya saja.

"aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu Nia."

Diam diam Nia sedikit mengigit bibirnya mendengar ucapan pangeran Ly. Dia bingung laki-laki ini terang-terangan mengatakan cinta pandanya sementara di hati Nia belum ada cinta sama sekali tapi sungguh Nia merasa sangat tidak enak hati sebab sudah beberapa kali pangeran Ly menyelamatkan nyawanya.

"Pangeran bagaimana kalau kita jalani saja dulu, karena jika bahas soal cinta, aku....."

"aku tau Nia dan aku tidak memintamu untuk mencintaiku sekarang, aku hanya ingin kamu tau aku mencintaimu dan aku sangat menyayangi mu, jadi tolong jangan jauhi aku, izinkan aku tetap mencintaimu dengan caraku."

Nia diam tanpa tau lagi harus bilang apa.

Melihat raut ke tidak nyamanan di wajah Nia pangeran Ly berkata, "sekarang tidurlah, sudah larut malam, aku tidak ingin kamu sakit."

Nia mengangguk kemudian membaringkan dirinya di daun pisang yang sudah sedari tadi di siapkan oleh pangeran Ly, sedangkan pangeran Ly nya sendiri dia tetap duduk di posisinya, menjaga api agar tetap menyala agar Nia tidak kedinginan serta menjaganya dari segala macam hal buruk yang ingin mendekati mereka malam ini.

Di posisi orang tuanya Nia, saat ini mereka kalangan kabut sebab Nia belum juga kembali sementara hari saat ini sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Bagaimana ini mas kemana Nia aku sudah menelpon teman-teman nya tapi Nia sama sekali tidak ada di rumah mereka. katanya semenjak mereka masuk kuliah mereka sudah jarang bersama dengan Nia, Nia juga tidak ada menghubungi mereka."

Arka menghela nafas sambil memijit kepalanya yang kini terasa nyut-nyutan.

"kenapa setelah kejadian Nia menghilang waktu itu Nia jadi sering menghilang seperti ini mas, sebelumnya dia tidak pernah seperti ini terlambat pulang sedikit saja dia pasti mengabari kita." Risma terus mengoceh membuat kepala Arka bertambah pusing.

"Mas kamu jangan diam aja dong lakukan sesuatu!"

"terus aku harus apa Risma dari tadi juga kita sudah usaha mencarinya ke sana kemari tapi memang nia nya tidak ada, terus aku harus apa lagi?"

"ini semua gara-gara kamu, sungguh aku sangat menyesal membawa Nia ke kampungmu waktu itu, semua kesusahan yang menghampiri keluarga kita akhir-akhir ini semua gara-gara perjalanan ke kampung mu, aku menyesal mas, aku menyesal!" Risma marah dia segera pergi meninggalkan Arka sendirian di ruang tamu.

"Risma...."

Arka memanggil namun Risma mengabaikannya begitu saja.

Arka membanting vas bunga di meja, setelah menjalani pernikahan selama 20 tahun, ini adalah pertengkaran pertama mereka.

"Nia kamu di mana nak?" Arka bergumam sendiri sambil meraup kasar wajahnya.

Di kamar Nia Risma menangis sambil memeluk foto Nia. dia merasa sangat takut, dia sudah pernah kehilangan Nia waktu itu dan dia sangat tidak ingin kejadian itu terulang kembali, rasanya sungguh dia tidak sanggup, meskipun kenyataannya memang kini kejadian itu terulang kembali, entahlah bagaimana caranya Risma menjalani harinya esok.