Askana Arga mencintai wanita sejak masa Smp, tapi sayangnya wanita itu membuat Arga patah hati.
Setelah mengetahui wanita itu menerima pernyataan cinta lelaki lain, Arga memutuskan pergi dari sisi wanita itu, tetapi takdir begitu mempermainkan perasaan Arga.
Berpisah selama tiga tahun, berjumpa kembali dengan kondisi yang tambah menyakiti hati Askana Arga. Bagaimana tidak?
Saat kembali berjumpa dengan pujaan hati, Pricilla Anima. Dia tak sendiri lagi, tapi bersama balita dan memanggil Pricilla dengan sebutan mama.
Apakah itu anak Pricilla atau bukan, yuk ikuti kisah mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arbai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Ricill masuk di kamar yang ditunjukkan padanya, dan segera merebahkan Amoy ke tempat tidur.
"Maafkan mama ya nak." menatap anaknya dengan sedih.
Ricill berjalan ke arah tirai yang terbentang, ia menyibak sedikit hingga memperlihatkan pohon kelapa lewat jendela, pohon kelapa itu seperti sengaja di sinari oleh lampu sorot, terlihat jelas ada beberapa kelapa muda tergantung di sana.
"Aku ingin minum air kelapa muda." berbicara tanpa sadar.
Ricill memandang buah kelapa itu sambil menelan ludah, ia tiba tiba ingin menggapai kelapa itu. Tapi segera tersadar saat mengingat kembali kejadian di supermarket tadi.
Apakah wanita itu yang di cintai kak Arga.
Tiba tiba hatinya seperti terhantam batu besar, ia tidak bisa membayangkan jika praduga nya benar. Wanita yang ia lihat di supermarket adalah wanita yang di cintai Arga. Ricill semakin membayangkan hal tak seharusnya, ia menerka nerka tak jelas, membuat narasi di otaknya seakan drama yang berputar. Arga bersama wanita yang tidak ia ketahui siapa namanya, bermalam di hotel yang sama, bercerita sepanjang waktu dan berciuman bahkan melakukan hal.....
"Aaarrrggghhhhh."
Ricill berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri.
Harusnya aku menyiapkan hatiku jauh jauh hari sebelum ini terjadi, bukan malah terbuai oleh omongan manis Arga.
Mata Ricill berkilau karena dilapisi dengan cairan bening, bulir bulir air matanya mulai keluar, Ricill menggigit bibirnya kuat kuat agar suara tangisan nya meredam.
Menangis dalam diam itu sangat menyakitkan,berulang kali Ricill mendongak untuk meraup oksigen banyak dengan maksud meredakan tangisnya, tapi tetap saja air mata sialan itu menetes tanpa henti.
Waktu terus berjalan Ricill tidak bisa tidur, pikiran nya berlarian kesana kemari hingga pagi menyapa Ricill tidak pernah tidur.
Cahaya terang, dari luar membias masuk ke kamar lewat jendela yang Ricill buka kemarin, Ricill bangun ingin menutup tirai itu, takut mengganggu tidur anaknya, tapi belum menggapai tirai nya, Ricill tiba tiba pusing dan menjatuhkan diri hingga tak sadarkan diri.
*****
Sementara di rumah utama.
Di ruang tamu, Arga terlihat berada di ruang keluarga baru saja selesai mandi, tapi tak memakai baju kantor.
"Arga kenapa tidak ke kantor?" itu suara nyaring ibu Auris
"Aku gak mau masuk kantor sebelum ibu memberitahu ku dimana Ricill." mencoba melakukan negosiasi.
"Tidak masalah kalau sudah tak ingin masuk kantor, Ricill juga tidak mau punya suami pengangguran." sindir Ibunya.
"Ibuuu, hanya hari ini, besok aku masuk lagi." ujar Arga tak terima.
"Sayang, biarkan Arga libur hari ini." Ayah Ferdinand adalah penolong Arga saat ini.
"Ciiih." Ibu Auris berdecih.
"Ibu menyuruh mu berusaha, bukan merengek ke Ayahmu." kata itu di tunjukkan untuk Arga
Ayah Ferdinand berlalu pergi sambil menggelengkan kepala melihat ketegasan istrinya, dari dulu Ibu Auris susah di bantah.
Seorang art tergesa gesa menghampiri Arga dan ibu Auris, sambil memegang ponsel.
"Nyo-nya, huuuh tu-an mud-a." ucapnya dengan nada ngos ngosan.
"Kenapa?" Ibu Auris melihat kepanikan di wajah art itu.
"No-na_" belum selesai dengan kalimatnya ibu Auris mengambil ponsel milik art itu dan melihat masih dalam panggilan.
"Ada apa Bu Ani?" Auris bercerita di ponsel art tadi, saat mengetahui siapa yang menelepon.
"Nyonya, nona Ricill tak sadarkan diri, saya berada di jalan mengantar nya kerumah sakit Healty." jawab bibi Ani yang bersama Ricill sekarang.
"Baik, aku segera kesana." mematikan telepon tersebut, sambil melirik Arga, apakah anaknya dengar percakapan bibi Ani.
"Arga, kita kerumah sakit, Ricill tak sadarkan diri." ujar ibu Auris di barengi kepanikan
Mendengar itu Arga terkesiap, dan panik.
Ibu Auris dan Arga bergegas meninggalkan rumah utama tak lupa mengabari Ayah Ferdinand tentang Ricill.
****
Rumah sakit Healthy.
Setelah mengetahui ruang rawat Ricill lewat resepsionis. Anak dan ibu itu bergegas menuju ruangan yang di tunjukkan pada mereka.
Dari kejauhan sudah terlihat bi Ani menggendong Amoy.
"Ibu. Papa" Amoy yang dulu menyadari kehadiran Arga dan ibu Auris.
"Bi Ani, Apa yang terjadi?" tanya Ibu Auris ketika sudah ada di depan ruang rawat Ricill.
"Maafkan saya nyonya. Saya mendapatkan nona sudah tak sadarkan diri di kamar, saat ingin memanggilnya sarapan." jelas bibi Ani.
"Tapi tidak ada luka kan di tubuhnya?" Arga bertanya, takut Ricill melakukan hal yang ada dipikiran nya.
"Tidak tuan muda, saya hanya menemukannya tergeletak di dekat jendela." saut bibi Ani.
"Ibu, aku ingin masuk menemui keadaan istriku!" Arga sudah ingin menyelonong masuk keruangan Ricill berada.
"Sabar tuan, dokter masih di dalam." menahan tangan tuan mudanya agar tak melanggar titah dokter tadi.
Arga memundurkan langkah nya lagi, tapi wajahnya sangat risau sekarang. Selang berapa menit dokter keluar dari ruangan itu.
"Dokter, bagaimana keadaan istriku?"
"Bagaimana keadaan menantuku?"
Dokter baru saja keluar, sudah di todongi pertanyaan.
"Bisa suami dan ibu ikut keruangan saya, ada hal serius yang ingin saya bicarakan." Ujar dokter itu, menunjuk Arga dan ibu Auris
"Bisa dok." jawab Arga cepat.
Ibu dan anak itu mengekor di belakang Dokter. Ada perasaan was was di benak mereka berdua, hal serius seperti apa yang ingin dokter sampaikan.
"Silahkan duduk." Dokter mempersilahkan mereka duduk.
"Hmmm begini bu, pak. Apakah anda sudah tahu nona Ricill tengah mengandung?" Tanya dokter itu.
Arga dan Ibu Auris saling memandang. Kaget, dan bahagia.
"Sepertinya anda belum tahu, saya ucapkan selamat dulu kepada anda" Mengulurkan tangan ke Arga, dan Arga menyambut uluran itu dan berterimakasih.
"Nona Ricill tidak boleh berpikir yang terlalu berat, apalagi ibu hamil sangat sensitif,"
"Dan kehamilan nya masih sangat muda, saya sarankan nona Ricill jangan membuka sosial media dulu, takutnya berimbas ke kandungan nya, karna dia pingsang mungkin karena kepikiran kata seseorang yang mencercanya." Sepertinya dokter lumayan tahu hatters Ricill, padahal bukan hatters menumbangkan Ricill, tapiiiiiii.... pasti pembaca tahu kok.
"Baik dokter." Ibu Auris yang menyahut.
Arga semakin bersalah mendengar kata dokter, andai ia tak membentak Ricill, tidak akan ada kejadian seperti ini, bahkan mungkin mereka masih berpelukan mesra merayakan kehadiran calon baby yang ada di perut istrinya, tapi nasi telah jadi bubur.
Setelah mendengarkan beberapa saran dari dokter yang menangani Ricill, Arga dan ibu Auris pamit keluar.
"Kamu dengarkan kata dokter, jaga istrimu dia sedang mengandung DARAH DAGINGMU." tekan ibu Auris pada dua kata terakhir.
"Iya ibu, aku bersalah_"
"Sangat sangat bersalah!" tukas Ibu Auris sebelum kalimat Arga selesai.
******
Ruang rawat Ricill.
Ayah Ferdinand juga sudah hadir di dalam ruangan itu hanya bibi Ani dan Amoy yang di arahkan pulang dahulu, berhubung Amoy masih kecil, rentang terkena penyakit jadi lebih baik di pulangkan dulu, dan bibi Ani menyiapkan perlengkapan Ricill untuk di bawa kemari.
"Selamat untuk Ayah, sebentar lagi jadi kakek." seru ibu Auris memeluk suaminya.
"Yang benar sayang?" Ayah Ferdinand memastikan dan di angguki Istrinya.
Kebahagiaan tercipta di kedua pasangan yang tak muda lagi, tapi berbeda dengan Arga ia bahagia mendengar istrinya hamil tapi di sisi lain ia takut, ketika istrinya sadar, malah Ricill mengusirnya.
"Eeemmm kelapa muda." Ricill tiba tiba menginggau.
Mendengar itu mereka semua mendekati
Ricill, tak lama Ricill mengerjapkan matanya berulang-ulang, mungkin karna silau lampu.
Setelah matanya terbuka sempurna, Ricill lumayan kaget melihat wajah khawatir suaminya, ia ingin segera bangun dan mencakar wajah itu, sangat menyebalkan baginya. Tapi baru bergerak ia meringis kesakitan di punggung tangannya, ternyata dia sedang di infus.
"Awwwww." Ricill meringis.
"Jangan banyak bergerak dulu." ujar Arga khawatir.
Ricill akhirnya kembali menidurkan tubuhnya.
Ternyata aku di rumah sakit, kukira dia menculik ku dari rumah bibi yang punya pohon kelapa itu.
Ricill tetap mengingat kelapa muda kemarin, yang membuat air liurnya hampir menetes.
Aku ingin air kelapa muda.
Batin nya sambil menelan ludahnya berkali kali.
TBC.
Mohon dukungan nya. Like, komen and vote.
jangan lupa subscribe ♥️
tetap semangat kakak kita sama-sama belajar