NovelToon NovelToon
Mendadak Papa

Mendadak Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Menikah Karena Anak
Popularitas:106.9k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?

"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.

Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.

Siapa gadis ini? pikirnya panik.

Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Abizar

Kini keduanya sudah duduk di meja dapur, menikmati semangkuk bubur ayam yang Hail pesankan. Evelyn tidak bisa memasak apapun, karena dapurnya kosong. Dan tentu saja larangan dari Hail. Pria itu melarangnya melakukan apapun, bahkan beres-beres rumah juga sudah Hail bersihkan semalam. Padahal menurut Evelyn, dirinya masih cukup kuat untuk sekedar mengerjakan pekerjaan rumah. Walau memang ia lakukan pelan-pelan.

Hening.

Hanya denting sendok plastik yang beradu dengan kotak stereofoam dan patahan kerupuk udang. Tirai tipis jendela berayun pelan oleh angin pagi. Hail yang tadinya menunduk menikmati bubur miliknya berhenti, kala menyadari jika Evelyn tidak menyentuh makanannya sama sekali.

"Kenapa? Buburnya nggak enak?" Hail meletakkan sendoknya, menatap wajah sang wanita yang tertunduk lesu.

Tangan Evelyn hanya mengaduk-aduk bubur yang ia belikan, tanpa minat. Hail mengeser mangkok milik Evelyn, menyendok dan mengarahkannya pada mulut wanita itu. Evelyn terdiam, menoleh, menatap Hail dengan bibir yang melengkung ke bawah.

"Ayo buka mulutnya." Hail semakin mendekatkan sendok ke mulut Evelyn.

Evelyn mendesah, ia pun akhirnya pasrah. Membuka mulut dan membiarkan makanan lembek nan gurih itu masuk. Hail tersenyum, melihat mulut Evelyn yang mulai bergerak mengunyah.

"Kapan Cala pulang?" tanya Evelyn lirih, setelah menelan makanannya.

"Cala nggak akan pulang."

"Apa?!" Evelyn melotot marah.

"Sstt .. tenang dulu." Hail mengusap pelan bahu Evelyn yang sudah menegang.

Tangannya perlahan turun, mengenggam tangan lentik sang kekasih yang dingin dan pucat.

"Cala nggak akan pulang, tapi kamu yang akan menemui Cala ...."

Evelyn menggerutkan keningnya, menatap Hail dengan penuh tanya.

"Eve ... maaf jika aku melakukan ini tanpa persetujuan darimu. Tapi hari ini adalah hari terakhir kamu menempati rumah ini. Aku sudah bilang ke pak RT kalau kamu bakal pindah sama aku, dan beliau juga sudah mendapatkan penyewa baru untuk rumah ini. Maaf ... tapi aku nggak tenang kalau kamu sama Cala tinggal di sini. Aku nggak bisa ngawasin kamu, kalau di sini," tutur Hail, tangannya menggenggam tangan Evelyn semakin erat.

Setelah hari ini Hail harus bekerja di perusahaan Papa angkatnya. Dia tidak akan memiiki banyak waktu untuk mengunjungi Evelyn di rumah ini. Ia merasa keputusannya untuk mengajak Evelyn tinggal bersama di bengkel adalah keputusan terbaik. Saat dia bekerja akan ada Bima dan montir-montir lain yang ada di sana, Cakra juga lumayan bisa diandalkan untuk membantu mengasuh Cala.

"Tapi .... kita nggak bisa tinggal bareng Hail. Kita bukan siapa-siapa," lirih Evelyn ragu-ragu, suara bergetar. Sebenarnya cukup berat bagi Evelyn jika pindah dari rumah itu.

Meski tetangganya julid tapi dia cukup nyaman di sana.

"Siapa bilang!" bantah Hail cepat.

"Kita sudah suami-istri, ya setidaknya pak RT dan warga sini mengira begitu," lanjut Hail dengan senyum tengil.

"Heh? Maksudnya?" Evelyn semakin bingung dengan ucapan Hail, tapi laki-laki itu malah tak acuh dan kembali menikmati buburnya.

Evelyn tidak tahu jika Hail sudah memberikan foto pernikahan yang sudah dia edit,lengkap dengan foto buku pernikahan sebagai bukti kalau mereka adalah suami istri yang sah. Meski cuma editan.

"Hail ...."

"Cepat makan Eve, waktu kita nggak banyak," tukas Hail. Evelyn cemberut tapi mulai memakan bubur milknya.

Senyum Hail begitu lebar, membayangkan setiap hari bisa melihat wajah cantik Evelyn. Namun, lamunan indah itu buyar oleh dering ponsel miliknya. Raut wajah Hail berubah, ia segera bangkit dan mengangkat telepon ikut agak jauh dari Evelyn.

"Selamat pagi Pa."

"Pagi Hail, kau tidak lupakan? Hari ini hari pertamamu bekerja? Papa sudah sangat tidak sabar bertem denganmu di kantor," suara Indra terdengar antusias.

Karena selama ini Hail selalu menolak jika Indra memintanya turut bekerja di perusahaannya. Meski kali in Hail datang bukan sepenuhnya untk bekerja, tapi untuk menyelidiki kasus 4 tahun lalu. Dan dia juga memilih perkerjaan yang cukup diluar prediksi Indra.

"Apa? Hari ini?" Hail menyugar rambutnya kasar.

"Kau lupa? Atau kau mau mundur?"

"Tentu saja tidak, Pa," tegas Hail.

"Oke, Papa tunggu di kantor."

Hail mengangguk lalu memutuskan sambungan telefon. Ia berbalik, menatap Evelyn yang tengah menikmati bubur miliknya.

"Eve, aku harus pergi sekarang."

Evelyn menoleh, saat Hail berjalan mendekatinya.

"Tapi sarapanmu belum habis?"

"Aku sarapan di jalan aja. Aku suruh anak-anak ke sini bantu kamu beres-beres barang, sekalian bawa Cala. Maaf nggak bisa bantuin kamu, aku pergi dulu. Sayang." Hail mengecup puncak rambut Evelyn, ia berjalan tergesa menjauh bahkan sebelum Evelyn sempat mengucapkan sesuatu.

Perusahaan keluarga Hendrawan. PT. Buana jaya

Seorang pemuda berjaket lusuh, celana abu-abu longgar, dan sepatu butut yang hampir copot, berdiri canggung di depan resepsionis.

“Selamat pagi Bu, permisi, ... saya, Abizar. Disuruh mulai kerja hari ini. OB baru.” Tompel di pipinya ikut bergerak saat pemuda berambut hitam itu tersenyum.

Resepsionis mengangkat alis, lalu memeriksa daftar nama yang diberikan HRD. Mencocokan foto di Cv dengan pemuda yang berdiri di depannya.

“Oh, ya. Dari vendor outsourcing. Kamu penempatan di lantai 3 dulu, bagian arsip. Nanti ketemu Pak Harto, dia yang tangani kalian.”

“Siap, Bu,” ucap Abizar—sambil menunduk sopan.

Hatinya berdegup. Tapi wajahnya tetap tenang.

Setelah melewati banyak lorong, dia akhirnya sampai di ruang arsip—tempat paling sepi dan sering disepelekan. Tapi bagi Hail, tempat itu adalah ladang emas.

Di sanalah dokumen lama, laporan keuangan, dan catatan transaksi disimpan. Termasuk… dokumen palsu yang digunakan Regan untuk menutupi korupsi besar-besaran selama bertahun-tahun.

Hari ini, misi dimulai. Akan butuh waktu, tapi Hail yakin dia bisa mengumpulkan bukti dan membongkar pelaku sebenarnya.

Terik siang mulai menyapa. Sudah hampir seharian Hail mengerjakan pekerjaan sebagai office boy. Dia tidak langsung mengutak-atik arsip-arsip lama. Dia hanya menjadi OB dalam masa training pada umumnya untuk menghindari kecurigaan.

Siang ini setelah menyelesaikan pekerjaannya, Hail bersantai bersama seniornya.

“Mas… biasanya kalau jam segini kantor udah sepi, ya?”

Suara Abizar mengalun ringan, sambil menyeka keringat dengan handuk kecil. Dia duduk di bangku kayu kecil, bersebelahan dengan dua OB senior yang sedang makan bekal.

“Ya iyalah. Orang bos-bosnya juga makan siang di luar, paling balik jam dua,” sahut Pak Rudi, OB paling lama di kantor itu, sambil tertawa kecil. “Kamu baru ya?”

“Iya, Mas. Nama saya Abizar, baru kerja hari ini,” jawab Hail merendah, nada suaranya dibuat lugu, kayak anak kampung yang kerja demi bantu orang tua. Gigi kelinci palsunya tampak menonjol saat dia bicara.

Pak Rudi mengangguk-angguk sambil menyendok makanannya.

Hail menunggu, tidak langsung menembak topik. Ia tahu, rasa ingin tahu harus diselipkan seperti garam di sayur—terlalu banyak malah hambar.

“Eh Mas, ngomong-ngomong,” ucapnya akhirnya, seolah teringat, “bener gak sih dulu sempet ada kejadian heboh di sini? Kata orang luar sih, kayak… kasus apa? korupsi ya .. atau haimilin anak orang? Aduh lupa saya. yang heboh itu lho Mas, sampe masuk berita?" tanya Hail dengan nada medok.

Pak Rudi dan satu OB lain langsung menoleh. Bukan kaget. Tapi jelas tak nyaman. tangannya mengenggam erat sendok, matanya awas menatap sekitar sebelum mulai bicara.

“Ah, itu mah udah lama. Gak penting juga buat anak baru,” ucap Pak Rudi cepat, matanya menoleh ke arah kamera CCTV di pojokan ruangan. Lalu ia merendahkan suaranya.

“Lagian… yang tahu, udah pada gak kerja di sini lagi.”

Hail pura-pura bengong. “Hah? Kenapa? Emang resign bareng-bareng gitu?”

Yang menjawab justru OB satunya. “Iya. Ada OB tua satu, sama dua admin, terus satu satpam. Tiba-tiba ngilang semua. Gak pake pamit. Eh, ada yang sempet pamit sih… tapi langsung pindah luar kota.”

Hail mencondongkan tubuh, pura-pura kaget. “Serius, Mas? Wah… serem juga. Jadi penasaran.”

Pak Rudi akhirnya menghela napas. “Namanya juga perusahaan gede. Kalau atasan udah main duit, yang kecil-kecil kadang jadi tumbal.”

Hail tak menyela. Ia hanya tersenyum simpul, lalu mengangguk kecil, seolah sudah puas hanya dengan informasi setengah matang. Padahal, otaknya sudah berdenyut cepat.

Halo .... udah lumayan panjang ya. Semoga bisa double up hari ini. Hape a Good Day.💋

1
Novi Manggala Qirani
Pada kenapa sih anak² nya pak Indra ??
Emang penghasilan nya dari bekerja di perusahaan keluarga itu kurang ??
Kebangetan deh
Novi Manggala Qirani
Baru mau komen keluarga yang lain pada kemana, udah keduluan om hail 🤣🤣
Cakra niat nya bantuin pak Indra, tapi gimana dengan pemikiran anak² nya yang lain ?
Novi Manggala Qirani
Yaa sesuai hati nurani lah Cakra, gak usah di buat². Ntar malah dikira ngarepin warisan lagi sama anak² nya yang lain 😪
Novi Manggala Qirani
Ku rasa Hail udah tau deh, Kalo cala bukan anak kandung nya
Novi Manggala Qirani
Semoga ga ada resiko apapun nanti nya ke fungsi paru² nya Evelyn, Kasihan banget.. mana belum nikah beneran lagi, apalagi anak
jimin park
syukur alhamdulillah, semuanya terbongkar...sekalipun raga tuan regan tidak bisa kembali...setidaknya nama nya bisa bersih dari orang" serakah seperti mereka..g nyangka serapi itu ternyata mereka menyembunyikan fakta...uda tau kan aka kenapa eyangmu minta kamu yg duduki perusahaan
Rysa
cie rumah berbentuk raga..eve ya....
yuk bisa bersihkan nama ayahnya eve..
riri
si Ruby gila banget sampai anak sendiri di jadi in uang...
Rysa
ya kan bbapakny eve gak salah...justru si ishak yg serakah...ayolah cakra tterim tawaran eyang...bbia orang" serakah itu mati kutu gak dapaetin perusahaan
Rysa
ada apa dengan papa indra..kenapa sakit dadakan
Rysa
iya deh buruan nikah biar kamu bisa melindungi eve secara total
riri
eve bukannya minta tolong malah pergi diam"
Al-rayan Sandi Syahreza
satu demi satu terbuka
Al-rayan Sandi Syahreza
memang benar kan salah satu dari orang terdekat papa nya sendiri,dan itu jadi pukulan telak yg menghantam papa Indra
Al-rayan Sandi Syahreza
ko sakitnya tiba2 gitu kira2 ada sabotase nggak di balik semua ini
Zahra Nisa
hail jangan nyalah diri seniri kamu ga tau apa apa
Al-rayan Sandi Syahreza
sweet nya mereka bikin ngiri
Sahidah Sari
akhirnya hail bisa menyatakan semua nya pada Evelyn siapa dalang penggelapan dana perusahaan dan bukan ayah nya pelaku dr semua itu .moga aja hail bisa membersihkan nama baik pak Regan.
Anita♥️♥️
gilaaa keluarga Hendrawan yang terkenal terhormat,ternyata oh ternyata
Puput Assyfa
walaupun menyakitkan kebenaran akhirnya terungkap juga terbukti siapa yg bersalah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!