Lila pergi ke ibu kota, niat utamanya mencari laki-laki yang bernama Husien, dia bertekad akan menghancurkan kehidupan Husien, karena telah menyengsarakan dia dan bundanya.
Apakah Lila berhasil mewujudkan impiannya. Baca di novelku
DENDAM ANAK KANDUNG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemburuan Vito
Begitu pria itu tertangkap, tiba-tiba sebuah tembakan misterius menembus dada pria itu, pria itu terkapar di tanah berlumuran darah. Husien membuka kacamata dan masker pria itu, spontan Husien dan Vito kaget begitu melihat wajah di balik masker itu.
"Johan!" serentak Vito dan Husien menyebut nama Johan direksi keuangan di perusahaan group Harahap.
Husien sama sekali tidak menduga kalau Johan yang selama ini diberikan kepercayaan menjabat direksi keuangan di perusahaannya ternyata adalah seorang pengkhianat. Husien melaporkan kejadian ini ke kantor polisi. Sepuluh menit kemudian beberapa anggota kepolisian berdatangan dan menyelidiki tempat kejadian perkara.
Arif yang sudah menemukan anak dan istrinya mengucapkan terima kasih pada Husien dan Vito. dia dan keluarganya juga dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Sedang Johan dibawa ke rumah sakit untuk ditindak lanjuti.
Sementara Yucan, Lila dan Mia hanya melihat kejadian dari kejauhan.
"Yuk balik." ajak Lila.
Yucan akhirnya memutar balik mobilnya meninggalkan TKP.
Berita tentang tertembaknya Johan begitu cepat tersebar hingga sampai ke telinga Farah yang sudah berada di Hongkong.
"Ada apa ma?" tanya Yura saat melihat Farah bersungut-sungut, membaca berita tentang Johan.
"Tidak ada apa-apa." ujar Farah.
"Apa yang Mama sembunyikan dariku." batin Yura.
"Yura kamu harus kembali ke Indonesia secepat. Sebelum wanita sampah itu mengambil semua aset papamu."
"Maksud Mama?" tanya Yura tak mengerti.
Farah tidak akan tinggal diam dia harus bisa mengambil alih semua aset yang dimiliki Husien, dan dia akan memanfaatkan Yura untuk mengambil semua sertifikat properti kepemilikan Husien.
"Papamu paling sayang sama kamu, kalau kamu pulang dan meminta maaf padanya, kamu masih bisa tinggal di rumah besar itu." parah menjelaskan ke Yura.
"Tapi ma!.." Yura tidak meneruskan ucapannya.
"Sudah kamu nurut saja dengan rencana mama." ujar Farah seraya merengkuh bahu Yura.
"Baik ma! Yura akan mengikuti rencana mama." ujar Yura.
"Bulan depan Mama akan mengatur kepulanganmu ke Indonesia."
Yura merasa sangat senang karena Farah bersedia mengembalikannya ke Indonesia. Sebenarnya dia tidak perduli dengan rencana Farah, dia ingin pulang ke Indonesia, hanya karena ingin menjauhkan Lila dari kehidupan Vito.
******
Sebulan kemudian.
"Vito! Aku sudah di bandara jemput aku." terdengar suara Yura dari sambungan telepon.
Vito tidak kaget mendengar suara Yura yang menyatakan kalau dia sudah pulang ke Indonesia, karena Vito sudah menduga, kalau Yura tidak akan pernah betah di Hongkong. Pada hal Vito berharap Yura tak kembali lagi.
Vito tidak memberikan tanggapan atas permintaan Yura, dia menutup panggilan telepon kemudian mencari nomor kontak Niko.
"Niko jemput Nona Yura di bandara." titah Vito.
"Kenapa Tuan membiarkan Niko yang menjemput Nona Yura?" tanya Lila yang sedang memainkan ponselnya.
"Karena saya sedang menemani kamu menemui klien." jawab Vito dengan enteng tanpa beban.
Lila dan Vito sedang berada di sebuah restoran, mereka berjanji akan makan siang bersama CEO grup Alexsa, sambil membahas tentang proyek yang sedang mereka kelola bersama.
Sepuluh menit kemudian Yucan dan Wisnu masuk ke restoran dan langsung menuju meja yang sudah dibooking oleh Lila.
"Selamat siang." sapa Vito sambil menyalami Yucan dan Wisnu.
"Senang bisa bertemu dengan Nona Lila kembali. Bagaimana kabarnya?" tanya Yucan sambil menjabat tangan Lila.
"Baik! Tuan Yucan! Bagaimana kabarnya?" Lila balik bertanya.
"Alhamdulillah baik!" ujar Yucan seraya menarik kursi di samping Lila dan mendudukkan bokongnya.
Yucan duduk menghadap ke arah Lila, dia menatap gadis itu tak berkedip, sejak Lila merubah penampilannya Yucan menjadi sangat terkesan.
"Tuan Yucan kita makan dulu atau langsung bahas tentang proyek." tanya Lila membuyarkan lamunan Yucan.
"Sambil makan bisa kita bahas." jawab Yucan.
"Sekalian saya ke sini juga ingin berpamitan, karena besok saya akan kembali ke Singapura." ujar Yucan.
"Secepat ini?" tanya Lila kaget.
"Kalau tuan pulang ke Singapura siapa yang akan mengawasi pekerjaan proyek kita dari group Alexsa?" tanya Vito basa basi, padahal dia senang mendengar Yucan akan kembali ke Singapura.
"Saya percayakan sepenuhnya kepada Nona Lila. Saya percaya dia sangat kompeten." ujar Yucan seraya menepuk bahu Lila.
"Terima kasih atas kepercayaannya. Tuan."
Lila menjabat tangan Yucan erat dan Yucan menepuk-nepuk tangan Lila mereka berdua terlihat sangat akrab.
"Kenapa Yucan begitu akrab dengan Lila. Padahal meraka baru bertemu dua kali. Apa mereka sudah saling kenal sebelumnya." batin Vito.
"Silakan Nona dan tuan-tuan."
Pramusaji mempersilahkan mereka makan setelah meletakkan hidangan pesanan Lila. Lila sengaja memesan menu masakan kesukaan Vito dan Yucan.
"Wah... ini menu saya banget." ujar Yucan saat melihat cumi sambal lado hijau terhidang.
"Bagaimana bisa Nona Lila tahu menu kesukaan Tuan Yucan?" Vito bertanya menyelidik kecurigaannya semakin kuat.
Lila dan Yucan saling berpandangan tentu saja Lila tidak menyangka kalau Vito akan menanyakan hal itu.
"Tentu saja saya tahu! sebagai mitra kerja, saya harus mencari informasi orang yang akan jadi mitra saya, termasuk menu kesukaannya, supaya apa? di saat ada pertemuan seperti ini, saya tidak salah pilih harus menyajikan menu apa."
Panjang lebar Lila menjelaskan, hingga membuat kecurigaan Vito berkurang. Yucan mengacungkan jempol bukan karena penjelasan Lila, tapi karena hebatnya Lila mengarang cerita dalam situasi mendesak. Lila hanya tersenyum menanggapi acungan jempol dari Yucan.
Sambil menyantap hidangan makan siang, mereka membicarakan tentang tahapan-tahapan proyek yang sedang mereka kembangkan. Yucan sangat senang dan terkesan dengan ide-ide yang dikemukakan Lila, begitu juga dengan Vito, dia sangat antusias mendukung ide-ide Lila.
"Kamu memang hebat! tidak salah group Harahap memilih mu menjadi karyawan terbaik." ujar Yucan seraya mengakhiri makannya.
"Tuan! terlalu memuji saya."
"Bukan memuji, ini fakta."ujar Yucan semakin mengagumi Lila.
Lila tertawa renyah menanggapi ucapan Yucan, sementara Vito tidak menyukai Yucan selalu melontarkan pujian pada Lila.
"Pertemuan dan makan siang kita sudah selesai, saya ingin pamit dulu, nanti jika ada apa-apa yang berhubungan dengan proyek kerjasama Kita, Kamu bisa hubungi aku via telepon atau bisa hubungi Wisnu." ujar Yucan kemudian berdiri dari duduknya.
"Baiklah! terima kasih atas kesempatannya." Ucap Lila, dia pun berdiri dari tempat duduknya kemudian beriringan melangkah keluar dari restoran.
Melihat Lila melangkah mengikuti Yucan, Vito pun akhirnya berdiri dan mengikuti Lila dari belakang. Mereka berjalan sampai ke halaman parkir.
"Nona Lila! Bareng dengan saya saja, kan rumah kita searah." ujar Yucan seraya membuka pintu mobil.
"Maaf tuan! Nona Lila akan kembali ke kantor bersama saya." tolak Vito seraya membuka pintu mobil dan menyuruhnya Lila masuk.
Yucan melemparkan senyum manisnya sebelum dia menutup pintu mobil kemudian mobilnya bergerak keluar dari restoran menuju jalan raya.
Sementara mobil Vito pun bergerak pelan keluar dari halaman parkir restoran, kemudian belok ke kanan dan melaju di jalan raya.
"Apa kamu menyukai Yucan?" tanya Vito sambil tetap fokus menyetir.
"Ya tentu saja? Yucan ganteng, baik dan ramah. sepertinya dia idola para wanita termasuk saya." ucap Lila santai.
"Ingat Lila! selama kontrak kerjamu belum selesai, maka kamu tidak dibenarkan dekat dengan pria manapun." Vito mengingatkan surat perjanjian yang ditandatangani Lila satu setengah tahun yang lalu.
"Saya masih ingat kok! ini cuman cadangan setelah kontrak kerja saya selesai." jawab Lila sambil tertawa kecil dia bermaksud bercanda.
Ucapan Lila membuat Vito mendadak menginjak rem, kemudian menghentikan mobilnya sebentar lalu menatap Lila dengan tajam. entah kenapa dia tidak menyukai ucapan Lila.
"Ada apa?" tanya Lila pura-pura bodoh.
"Kamu jangan terlihat genit di depan semua pria, jangan seperti wanita murahan." Nada bicara Vito terdengar ketus.
"Bukannya selama ini saya memang sudah dianggap murahan, bahkan Nyonya Farah dan Nona Yura sering bilang kalau aku wanita sampah." Lila mengimbangi ucapan Vito.
"Jangan mencari alasan dengan memutar balikkan fakta." ujar Vito.
"Kontrak kerjaan mu masih ada satu setengah tahun lagi Jadi tolong jaga sikapmu." lagi-lagi Vito mengingatkan perjanjian di kontak kerja itu.
"Jaga sikap, emang sikap mana yang harus saja jaga?" tanya Lila seraya menatap Vito intens.
"Jangan pura-pura bodoh. Lila!" suara Vito meninggi satu oktaf.
Entah apa yang ada dipikiran Vito. sebenarnya bukan perjanjian kontrak kerja itu yang Vito permasalahan, tapi rasa tidak sukanya dia melihat Lila dekat dengan pria lain.
"Iya saya tahu! emang selama ini saya terlihat kegenitan?" tanya Lila seraya menatap Vito kembali, dia mengalihkan pembicaraan ke topik pertama.
Vito diam tidak menjawab pertanyaan Lila, malas melanjutkan perdebatan.
"Ternyata semua wanita itu sama saja. Egois." batin Vito, seraya menekan pedal gas kemudian melaju kembali dengan kecepatan tinggi.
"Kenapa Tuan tidak menjawab pertanyaan saya." Lila bertanya untuk yang kedua kalinya. dia hanya ingin memastikan apa jawaban Vito.
"Iya! genit pada semua pria." akhirnya Vito menjawab dengan wajah tanpa ekspresi.
"Hem.." hanya itu yang keluar dari mulut Lila.
Sekilas Vito melirik Lila, kemudian membelokkan mobil yang dikendarainya memasuki halaman parkir kantor. Vito membuka pintu dan keluar dari mobil diikuti oleh Lila.
"Terima kasih tuan!" ujar Lila.
"Dasar tak tahu diri, bukannya minta maaf sudah bikin saya kesal." batin Vito seraya melangkah.
Vito tidak menggubris ucapan Lila, dia melaju meninggalkan Lila berjalan di belakang, biasanya dia akan menunggu lila dan meminta Lila membawakan tas laptopnya.
"Semoga saja aku bebas tugas setelah ini." batin Lila sambil tersenyum dia melangkah memasuki pintu kantor.
Dari kejauhan Lila melihat Vito sudah masuk ke dalam lift, Lila menghentikan langkahnya, berbicara sebentar dengan salah seorang resepsionis, setelah memastikan kalau Vito sudah naik ke atas baru dia melangkahkan kakinya. Begitu sampai di atas bila langsung ke ruangannya.
"Ada apa dengan tuan Vito?" tanya Hans pada Lila yang baru saja mendudukkan bokongnya di kursi.
"Emang ada apa?" Lila balik bertanya.
"Ku lihat tadi wajahnya sangat tidak ramah." ujar Hans.
Lila hanya mengangkat bahunya memberi isyarat kalau dia tidak tahu ada masalah apa dengan Vito.
"Ku dengar Yura sudah pulang. Apa gara-gara itu hingga wajah Tuan Vito manyun." ujar Hans lagi berspekulasi. Lila lagi-lagi hanya mengangkat bahunya.
Sampai waktu pulang tiba, Lila melihat Vito lewat di depan ruangannya, tidak seperti biasanya Vito masuk dan mengajaknya pulang bersama.
"Apa Tuan pintu marah denganmu?" tanya Hans sambil memasukkan laptopnya ke dalam tas.
"Emang aku punya salah apa?" Lila balik bertanya. kali ini Hans yang mengangkat kedua bahunya.
"Ah nggak usah dipikirkan, biarkan saja, bukan urusan kita." ujar Lila kemudian mengajak Hans keluar ruangan.
Hans dan Lila beriringan masuk ke lift menuju lobi dan keluar dari pintu utama kantor. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di samping Lila, ternyata mobil Yucan.
"Ayok masuk." ujar Yucan membuka pintu dari dalam.
"Mobil baru?" tanya Lila saat sudah duduk di samping Yucan.
"Enggak mobil minjam." jawab Yucan, kemudian menjalankan mobilnya dan keluar dari halaman parkir.
Sementara Vito yang masih berada di dalam mobil, memperhatikan Lila dari kejauhan.
"Siapa yang menjemput Lila." batinnya, lalu mengikuti mobil yang membawa Lila sampai ke kediaman.
Lila yang mengetahui kalau Vito mengikutinya sampai ke apartemen, diam-diam merencanakan sesuatu.
********
Apakah rencana Lila?
baca kisah selanjutnya di parts 34
Terima kasih sudah mampir dan membaca novel
Jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan hadiahnya
Biar akunya tambah semangat nulis ceritanya
i love you ♥️♥️♥️
emak anak sm" iblis ja***ng