Karena salah paham saat mendengar percakapan Ayahnya tentang pelaku yang terlibat dalam kecelakaan Kakeknya saat dia.masih kecil sehingga membuat seorang pemuda bernama lengkap Arishaka Narendra membalaskan dendamnya kepada seorang gadis bernama Nindia Asatya yang tidak tahu menahu akan permasalahan orang tua mereka di masa lalu.
Akankah Nindia yang akrab di sapa Nindi itu akan memaafkan Shaka yang telah melukainya begitu dalam?
dan Bagaimana perjuangan Shaka dalam meluluhkan hati Nindia gadis yang telah ia sakiti hatinya itu!
Mari kita simak saja kisah selanjutnya.
Bijaklah dalam membaca mohon maaf bila ada nama tokoh atau tempat yang sama. semua ini hanya hasil karangan semata tidak untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Choki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rani di pecat
Plak!!
Tamparan kedua itu berhasil melepaskan belitan tangan Rani yang melilit rambut Nindia. Yang kini tengah meringis sakit. Belum lagi syok sebab. Suara tamparan itu, yang membuatnya reflek memejamkan matanya. Sebab mengira jika dirinyalah yang di tampar oleh Rani.
"Li...lia!" Kaget Rani ketika membuka mata dan mendapati Lia sudah berdiri di hadapannya.
"Kenapa? Kamu kaget aku ada disini? " Tukas Lia sembari mendekati Rani yang reflek memundurkan langkahnya.
Sementara Rika yang juga ikut memergoki kelakuan Rani segera menarik Nindia dan membawanya ke ruangan lain.
"Sudah berapa kali aku peringatkan kamu Rani, jangan kamu bersikap seperti itu. Memangnya apa sih kesalahan Nindi, sehingga kamu sebegitu bencinya sama dia?" Kesal Lia, ingin rasanya ingin kembali menampar wajah Rani yang songong itu, jika saja Ardi tidak menghalanginya.
"Kamu kira kita-kita ini nggak tahu kelakuan kamu selama ini? Kamu sering banget nyakitin Nindi. Coba katakan, kesalahan apa yang telah di perbuat Nindi sama kmu. Sehingga menjadikan kamu orang jahat seperti ini."
"Dia itu penipu Lia, dia itu bukan wanta baik-baik. Kalian saja yang buta. Atau mungkin sengaja menutup mata hanya karena dia sedang hamil. Kalian mikir nggak sih, dia aja hamil di luar nikah kok. Mana ada wanita baik-baik yang tekdung duluan sebelum menikah. " Ucap Rani sembari memegang pipinya yang terasa kebas akibat tamparan Lia yang keras.
"Semenjak kedatangan dia kesini. Kalian itu lebih perhatian sama dia, apa-apa Nindi. Kalian lebih memprioritaskan dia. Sehingga kalian tidak sadar jika kalian sudah terjebak tipu dayanya. " Lanjutnya berapi-api.
Sementara Ardi dan Lia saling pandang mendengar uneg-uneg Rani. Keduanya tak habis pikir dengan pemikiran dangkal Rani.
"Rani, tidak semua yang kita lihat diluar itu sama dengan kenyataan. Kadang kita melihat seseorang itu jelek dimata kita. Tapi belum tentu dia seperti itu. Kamu ini sudah salah sangka terhadap Nindi. Memang benar dia hamil tapi bukan seperti yang kamu pikirkan. Dan juga dia tidak berkewajiban menjelaskannya kepadamu. Tentang apa yang telah terjadi kepadanya. Tidak semua juga apa-apa yang menjadi privasi kita itu kita membaginya pada orang lain. " Kali ini Ardi lah yang menasehati Rani.
"Apakah kamu tahu apa yang telah dia alami sebelum masuk ke Toko ini. Tidak kan? Jadi sebaiknya kita berbaik sangka saja. Dan juga kenapa dia tidak di pecat sama Cici. Itu karena dia menjelaskan kondisi dan apa yang telah terjadi pada dirinya. Saya harap kamu bisa mengerti itu." Lanjut Ardi lagi.
"Tapi Bang Ardi juga selama ini selalu memberi perhatian lebih sama dia. Sementara ke aku, nggak!." Sahut Rani seraya menundukkan kepalanya.
Mendengar perkataan Rani tentu saja Ardi terkejut. Ardi adala pria yang sudah cukup matang untuk mengerti apa maksud dari kata-kata gadis tadi.
Ardi menatap Lia yang juga tengah menatapnya. Lia mengangkat bahu kemudian berlalu dari sana. Meninggalkan Ardi dan Rani. Rasanya tangannya masih gatal ingin mencakar-cakar wajah tak bersalah Rani.
Dari pada dia semakin kesal. Lebih baik menghindar. Mencari Nindia saja ingin memastikan apakah Bumil itu baik-baik saja. Daripada berada di dekat Rani yang ada bikin naik darah.
Melihat kepergian Lia, Ardi pun menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Rani, apakah aku punya kewajiban untuk memprioritaskan kamu? lagian, aku baik juga sama rata kok. Bukan sama Nindi saja. Tapi sama semua teman-teman kita yang ada di Toko ini." tukas Ardi sedikit kesal dengan jalan pikiran Rani.
"Bang, apa kamu nggak bisa melihat sedikit saja ke arahku? Aku sudah lama memendam perasaan ini. Aku cemburu ketika Bang Ardi lebih memperhatikan dia, sementara sama aku cuek. Aku nggak terima dia mendapatkan cinta Abang. Sementara aku yang sudah lama mengagumimu malah di abaikan." Ucap Rani yang memberanikan dirinya untuk mengungkapkan alasan di balik sikap buruknya terhadap Nindia.
Tentu saja pernyataan Rani itu membuat Ardi melongo, tak percaya dengan apa yang di ucapkan gadis itu. Ternyata diam-diam Rani menyukainya.
"Maaf Rani. Aku tidak bisa membalas perasaanmu. Dan juga, mungkin kamu hari ini adalah hari terakhir kamu bekerja di Toko ini. Semoga kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari tempat ini." Ucap Ardi yang sudah mantab dengan keputusannya untuk memecat Rani. Setelah tahu alasan wanita itu bersikap kasar terhadap teman kerja mereka.
"Nggak bisa begitu Bang, kenapa aku harus di pecat. Dan juga yang berhak memecat aku itu Cici. Kalau Abang lupa." Sahut Rani dengan mata memerah menahan tangis.
"Abang tega, mengabaikan aku yang telah lama mencintaimu. Bukan hanya tega menolak ku. Tapi, Abang juga tega menyingkirkan aku dari Toko ini. Aku yakin, Abang melakukan ini demi melindungi Nindi kan?" Tebak Rani penuh kecewa.
"Karena kamu sudah keterlaluan Rani. Kamu berani bermain tangan hanya karena salah paham. ingat Cctv on 24 jam. Jika kamu tidak terima aku akan laporkan kamu ke pihak berwajib." Ancam Ardi.
"Oya! Baca lagi ketentuan bekerja di Toko ini. Selain karyawan senior. Saya juga adalah kaki tangan Cici, kalau kamu lupa itu. Saya di beri wewenang untuk memecat siapa saja karyawan yang melakukan kesalahan fatal seperti yang kamu lakukan terhadap Nindi. Kamu pikir saya tidak tahu perbuatanmu selama ini?" Lanjut Ardi yang semakin kesal.
Sementara Rani bungkam. Tidak bisa membela dirinya lagi.
"Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu lakukan di kost-kostan itu? Kamu sudah membuat teman kerjamu kesusahan. Kamu sengaja mendatangi tempat kost Nindia untuk mengadukan hal yang tidak-tidak. Sehingga Nindia di usir dari tempat kostnya itu. " Ucap Ardi. Yang sukses membuat Rani membulatkan bola matanya karena terkejut.
Tidak menyangka Ardi mengetahui semua perbuatannya.
"Kamu terkejut kan? Tapi aku masih memberikan kamu kesempatan, aku menganggap saat itu kamu hanya khilaf. Karena salah paham terhadap Nindi. Tetapi dengan perbuatan-perbuatan mu sebelumnya dan juga hari ini, itu sudah menunjukkan jika kamu benar-benar bukan khilaf tetapi sengaja. Untuk itulah aku memutuskan untuk memecatmu. Silahkan keruanganku untuk menerima gaji terakhirmu." Ucap Ardi lagi sembari berlalu dari sana. Meninggalkan Rani yang masih syok dengan kenyataan itu.
******
"Kamu nggak apa-apa Nin? Apa ada yang sakit, perut kamu nggak di apa-apain kan sama si Rani gila itu." Rika memutari tubuh Nindi memeriksa apakah ada yang terluka atau lainnya.
"Nggak kak, kepalaku saja yang sakit. Ucapnya seraya meraba-raba kepalanya yang rambutnya awut-awutan akibat ulah Rani.
"Syukurlah, tapi beneran kan perut kamu nggak di pukul sama orang gila itu?" Tanya Rika lagi yang masih khawatir dengan keadaan Nindia. Khawatir jika Rani memukul perut Nindia.
"Beneran kak Rika. Perut aku aman. Yang sakit itu kepala aku. Rasanya seperti sudah tercabut semua rambutku." Jawabnya lagi. Masih memegangi kepalanya.
"Gimana, kamu nggak apa-apa kan?, perut kamu aman. Nggak di pukul sama si Bantet itu?" Tanya Lia yang baru datang dan langsung menelisik Nindia memeriksa apa saja yang terluka.
"Nggak ada kak, rambutku saja yang sakit." Sahutnya.
Nindia merasa sangat bersyukur dengan kedatangan Lia dan Yang lainnya. Dirinya tidak tahu jika orang-orang baik ini tidak datang tepat waktu. Entah apa yang akan terjadi padanya jika saja mereka tidak datang menolongnya.
"Aku geram sekali sama tuh anak. Sepertinya kurang kalau cuma sekali nampar. Harusnya ku tambahin tadi, biar dia kapok. " Geram Lia saat mengingat kelakuan Rani.
"Terimakasih ya Kak Lia, dan kak Rika udah nolongin aku. Kalian orang-orang baik. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian dengan berlipat kebaikan pula. Dan maafkan aku jika selama bekerja disini selalu menyusahkan kalian. " Ucap Nindia. Yang sangat terharu dengan kebaikan teman-teman kerjanya itu. Mereka sudah seperti keluarga baginya.
Next.....
Aku ga rela nindi balikan lagi sama shaka