Aidol atau idol. Adalah istilah yang lumrah di zaman ini karena kehadirannya yang telah masif.
Chandra Kirana adalah salah satunya. Ia yang mulai dari nol, tak pernah berpikir untuk menjadi seorang idol.
Namun, ia "terperosok" ke dalam dunia itu. Mulai saat itu, dunianya pun berubah.
Dunia yang dipenuhi estetika keindahan, ternyata banyak menyimpan hal yang tak pernah terduga sebelumnya.
(Update setiap hari selasa, kamis, Sabtu dan minggu.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baginda Bram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Setelah melewati banyak syuting, ternyata semua itu belum selesai. Masih ada sebuah syuting lagi.
Namun kali ini, kami tidak disuruh untuk berpindah tempat. Tidak juga untuk bergerak atau pun menari. Hanya disuruh untuk bergantian masuk ke dalam sebuah ruangan.
Sebuah ruangan misterius lainnya yang tak pernah kumasuki. Kami satu persatu memasukinya secara bergantian. Tiba giliranku, jantung mendadak berdegup kencang. Masuk dengan dipenuhi rasa was-was.
Aku mendapati sebuah kamera raksasa telah berdiri tegap. Seorang di belakangnya menyambutku dengan senyum ramah. Mempersilakan dengan tangannya. Agar aku berdiri dalam sorot kamera.
"Apa yang harus saya lakukan, Kak?" tanyaku kebingungan.
"Beauty shoot seperti biasa."
"Maksudnya?" Tanyaku lebih lanjut.
"Kamu enggak tau beauty shoot?"
Aku menggeleng cepat.
"Semacam pengambilan gambar yang tujuannya untuk merekam daya tarik seseorang."
Pandanganku ke atas. Mengangguk pelan.
"Kalau kamu pernah melihat MV, pasti ada kan bagian ketika menampilkan satu orang saja? Nah, kurang lebih seperti itu." Lanjutnya.
Otakku menelisik memori-memori yang tersimpan. Memang benar, ada beberapa scene yang sesuai dengan yang dijelaskan.
Untuk sekarang, aku paham gambarannya. Namun, aku belum menemukan apa yang hendak kulakukan.
Sambil berjalan, kepalaku mencari gerakan terbaik yang bisa kulakukan.
Apa ya?
Tubuhku telah berada di depan kamera. Menatapnya kosong. Dua menitan berdiri, aku tak menemukan pose yang menurutku bagus.
"Kalau bingung, berpose senatural mungkin saja."
"Memangnya bagus?"
"Bagus atau tidaknya sih relatif. Yang jelas, menurut pengalamanku, orang yang menunjukkan dirinya apa adanya selalu terlihat bagus di depan kamera."
Aku memiringkan kepala. Masih belum memutuskan apa-apa.
"Baik. Siap? ... Action!"
Kamera yang stand by mulai mengambil gambar. Aku yang kelimpungan, berusaha menemukan pose semenarik mungkin.
Sebentar.
Kalau memang ini akan diabadikan, itu berarti aku tidak lagi berada di belakang barisan. Kali ini aku berada di hadapan kamera. Itu artinya aku berhadapan langsung dengan penonton.
Lalu beauty shoot kami masing-masing akan disandingkan, berarti aku harus terlihat menonjol daripada yang lain, jika tidak, aku tidak akan bisa menarik perhatian.
Kalau tidak bisa menarik perhatian orang, berarti aku tidak layak menjadi idol.
Berarti saat ini adalah saat yang penting juga bagiku.
Kutatap lurus. Memiringkan kepala perlahan. Kujulurkan tangan seakan mau menerima sesuatu sembari menerbitkan sekelebat senyum. Tidak lebar tidak juga tipis.
Entah darimana aku dapat pose seperti itu. Tiba-tiba reflek begitu saja.
"Bagus sekali. Kurasa tidak perlu mengulang."
Eh beneran nih? Kupikir posenya cukup ngasal. Ya sudahlah. Kalau menurutnya bagus, kurasa memang bukan masalah.
Setelah sesi pengambilan gambar. Akan ada juga sesi pemotretan. Katanya sih untuk sampul single-nya.
Kali ini pun aku kelimpungan. Untungnya si fotografer menuntunku untuk berpose sembari sesekali mencontohkannya.
Fotoku diambil beberapa, namun yang paling kuingat ketika pose mengangkat tangan kanan. Seperti orang yang hormat, tapi tidak dengan wajah yang serius, melainkan dengan senyum terlebarku.
Pose yang terinspirasi dari kak Olivia ini pernah kulihat di salah satu MV. Menurutku, posenya terlihat keren dibalut paras yang sangat menawan. Membuat kombinasi yang sangat mempesona.
Sebisa mungkin aku menirunya. Berharap membawa pengaruh yang sama.
...----------------...
Hari-hari penuh latihan kembali berlanjut. Aku tak lupa untuk berlari pagi setiap hari. Juga menghafalkan lirik yang lagunya entah kapan dibawakan.
Hari ini pun masih sama seperti biasa. Namun, untuk hari ini, kami mendapat kabar kalau MV pertama kami akan ditayangkan. Katanya dalam sebuah acara televisi.
Bayangkan saja, penampilan kami untuk pertama kali harus di sebuah stasiun televisi. Tentu saja, tekanannya sangat luar biasa.
Tapi, di saat yang sama. aku tak sabar ingin melihat hasil jerih payah kami.
Sepertinya akan ditayangkan dalam acara "Garden show". Sebuah acara yang dihadirkan khusus untuk anggota Flow. Tepatnya acara kakak-kakak senior kami yang sudah menjadi acara rutin yang tayang mingguan.
Nah, sering kali, acara inilah tempat untuk menayangkan sebuah MV atau berbagai pengumuman event atau acara lain yang akan diselenggarakan.
Malahan, beberapa MV milik kakak senior kami telah tayang beberapa hari sebelumnya.
Kali ini giliran kami.
Aku yang biasanya masih latihan, mengambil istirahat lebih awal. Ternyata tak hanya aku, semuanya pun ikut penasaran dengan hasil dari syuting mereka.
Kak Neza yang mengerti, menyuruh kami untuk menontonnya melalui televisi besar yang biasa digunakan untuk mempelajari koreografi.
Kami duduk di depannya dengan khidmat. Menunggu acara itu berlangsung. Beberapa menit berlalu, acara yang ditunggu pun dimulai.
Acara diawali dengan sebuah vlog dua orang anggota Flow. Mengenakan pakaian santai sedang berjalan-jalan di sebuah pantai. Menyapa beberapa orang. Mencicipi sebuah makanan khas yang cuma ada di sana.
Apa aku nanti juga begitu ya?
Setelah itu, acara beralih ke presenter. Seorang pria yang ditemani seorang wanita sedang mempresentasikan acaranya.
Anggota Flow yang sedang duduk berderet dari atas ke bawah. Mirip seperti bangku ketika menonton bioskop. Duduk berlawanan arah dengan presenter.
Ketika kamera menyorot mereka, mereka pun melambai-lambai. Ada yang melambai heboh, ada yang dengan anggun. Tentunya dengan ekspresi unik mereka masing-masing.
Dari dulu hingga detik acara ini berlangsung, aku bisa menyimpulkan kalau kegiatan dalam acara ini amatlah random. Kadang bisa melihat anggota Flow memasak, kadang lomba lari, kadang ber-make up, kadang tebak-tebakan.
Selalu ada yang baru di setiap episodenya. Mungkin itulah daya tarik dari acara ini.
Aku yang sudah mengikuti acara ini beberapa bulan lalu, sangat menikmati acara seperti ini.
Kali ini mereka bermain sebuah game untuk menebak daerah di Indonesia berdasarkan makanan khasnya.
Di ujung acara, barulah presenter memberi tahu akan penayangan MV generasi ketiga. Layar pun sontak berubah menampilkan kami di dalamnya.
Bermula empat orang yang sedang berjalan bersama. Tentu saja Anna, Viola, Amel dan Ema. Diikuti tulisan yang menunjukkan judul lagu.
Saat musik mulai menggema, scene berpindah di mana kami menari di tengah lapangan dengan kamera yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Terkadang kembali lagi ke pada adegan mereka berempat yang sedang bercengkerama.
Di sela-sela itu semua, bagian beauty shoot satu persatu ditampilkan. Aku antusias. Ingin melihat seperti apa bagianku.
Gerakan menari lebih banyak ditampilkan yang di mana diriku jarang terlihat. Jelas saja, karena aku di belakang. Tertutupi oleh barisan pertama dan kedua. Karena itu, aku berharap semoga beauty shoot-ku terlihat bagus.
Aku memperhatikan lebih intens. Lantaran hampir semua sudah muncul dan semuanya terlihat cantik. Beberapa terlihat imut dan keren.
Terutama Anna yang mengedip genit sebelah matanya. Lagu hampir berakhir, barulah bagianku terpampang. Aku terperangah. Lebih baik daripada yang aku bayangkan.
Entah hanya perasaanku atau bagaimana. Rasanya terlihat berbeda. Pose itu lebih keren dari bayanganku dan aku terlihat lebih glowing.
Yap, mungkin itu berkat hasil editan. Aku harus berterima kasih pada editornya nanti. Karena tanpa sentuhan ajaibnya, bagianku tak mungkin bisa sebagus itu.
Lagu berakhir. Aku sangat puas dengan hasilnya. Kupikir hasilnya akan buruk karena respon negatif dari Miss Myeong, rupanya tak seburuk itu.
Bahkan menurutku, ini sudah sangat bagus untuk hal yang dilakukan pertama kali.
"Kak, hasilnya bagus tuh." Celetuk Amel spontan.
Ternyata tak hanya aku yang merasa begitu.
"Memang. Menurutku juga cukup bagus." Sahut kak Indri.
"Tapi kenapa Miss Myeong menolaknya?"
"Beliau orang yang sangat perfeksionis. Makanya dari dulu, untuk memuaskannya, susahnya minta ampun."
Amel mengangguk-angguk singkat.
Menurutku, sudah selayaknya Miss Myeong bersikap seperti itu mengingat pengalamannya yang telah segudang.
Pernah kudengar dari teman-teman bahwa ia dulunya seorang anggota dari sebuah girl band Korea ternama. Ketika pengalaman yang berbicara, kualitas kami jelaslah belum sesuai ekspektasinya.
Di saat yang bersamaan, ketidak puasannya juga berarti teguran secara tak langsung pada kami agar bisa berkembang lebih jauh lagi.
Betul. Jangan pernah puas dengan hasil seperti ini.
...----------------...
Kakiku terasa berdenyut. Padahal sehabis joging tadi pagi masih baik-baik saja. Baru kali ini aku merasakan sakit seperti ini padahal biasanya tak sengilu ini.
Apa semua ini gara-gara tatapan sinis orang-orang?
Meskipun aku merasa hari ini semakin intens, tapi harusnya aku sudah terbiasa dengan hal semacam itu. Harusnya anggapan miring terhadapku tak berpengaruh lagi. Aku sadar, tapi seperti biasa, aku selalu mengabaikannya.
Aku datang cukup pagi. Menyisakan beberapa saat sebelum bel masuk berbunyi. Biasanya ketika luang seperti ini, kalau tidak membaca buku, aku duduk melamun menyimulasikan ulang gerakan atau menghafal lirik.
"Woy!"
Terdengar samar suara yang sepertinya ditujukan padaku.
Ah tidak mungkin. Sudah lama aku tidak berbicara dengan orang di kelas ini. Aku yakin, ia memanggil orang lain, bukan aku.
Aku acuh. Kembali tenggelam pada lamunanku.
"Woy budek!" Panggilnya lagi, kali ini dengan suara yang lebih kencang.
Mataku melirik penuh. Seorang gadis menatapku jengkel.
"Gue?" Tanyaku padanya.
"Iya siapa lagi? Gini nih artis sok-sokan! Baru terkenal aja udah songong!" Omelnya kesal.
Jujur aku tak mengenal siapa gadis itu. Tapi aku tahu kalau ia bukan dari kelas ini.
"Ada perlu apa ya?" Tanyaku dengan nada malas.
"Lu apain Farrel gue?"
"Apain apanya?"
"Pake pura-pura enggak tau lu!"
Siapa hah? Terakhir kali kami berinteraksi pun saat acara tujuh belasan. Itu pun sudah beberapa bulan yang lalu.
"Ini semua gara-gara lu tau! Gara-gara lu dia jadi jarang bergaul dengan kami. Biasanya dia selalu nongkrong sama kami. Sejak penampilan dia di acara sekolah kemaren, dia enggak pernah lagi nongkrong, enggak pernah lagi mau diajak jalan. Di rumah dia cuma main alat musik kalau enggak nge-band seharian tau!"
Tak kusangka, imbas dari acara itu membuat dia jadi seserius ini.
"Apa hubungannya denganku?" Tanyaku pura-pura bodoh.
"Kata teman-temannya, Dia sering menggumamkan nama lu, pas ditanya, dia enggak pernah mau cerita. Gue yakin pasti ada sesuatu di antara kalian! Cepetan kasih tau gue, atau ...."
Kalimatnya tertunda. Sepertinya dia bingung dan tak tahu harus mendesakku dengan kalimat apa, karena hidupku sudah cukup suram di sekolah ini. Mendesakku dengan sembarangan kalimat tidak akan berpengaruh apapun.
"Atau apa?" Desakku balik.
"Atau gue bikin satu sekolah musuhin lu!"
"Hahaha."
Tawaku menggelegar. Dia pikir sekarang aku tidak begitu? Lucu sekali!
"Cewek gila!" Ejeknya.
"Silakan aja. Gue enggak peduli! Lagipula gue enggak ada urusan sama Farrel."
Air mukanya memerah. Tangannya menarik dasiku. Memaksa tubuhku bergerak mendekatinya. Tatapan kami beradu. Matanya mendelik lebar.
"Gue, Elly Zahara, cewek yang bakal jadi pacarnya Farrel. Kalo lu macem-macem, gue bakal bikin lu enggak mau masuk sekolah lagi. Inget itu!"
Kutarik dasiku. Lepas dari genggamannya.
"Lu juga harus tau kalo gue enggak peduli sama percintaan lu."
Ambil aja! Gue enggak butuh cowok sampah kaya dia!
Tatapannya yang kesal tak kunjung sirna. Hingga ia keluar dari kelas.