NovelToon NovelToon
Jangan Sentuh Gadisku

Jangan Sentuh Gadisku

Status: tamat
Genre:Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Skyla18

Penculikan yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan bertekad untuk pergi dan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi seorang gadis kecil yang sangat ia sayangi yaitu cucu dari Boss ayahnya. Tanpa ia sadari rasa sayangnya terhadap gadis kecil itu berubah menjadi rasa cinta yang sangat mendalam saat mereka tumbuh besar namun menyadari statusnya yang merupakan seorang bawahan, ia tidak berani mengungkapkan hati kepada sang gadis.

Namun siapa sangka saat mereka bertemu kembali, ternyata menjadi kuat saja tidak cukup untuk melindungi gadis itu. Nasib buruk menimpa gadis itu yang membuatnya hidup dalam bahaya yang lebih dari sebelumnya. perebutan kekayaan yang bahkan mengancam nyawa.

Apakah pria tersebut dapat melindungi gadis yang disayanginya itu? dan apakah mereka bisa bersama pada akhirnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyla18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Jam 7 pagi di mansion utama keluarga Hartono, cahaya matahari menembus tirai dapur yang setengah terbuka. Di tengah ruangan yang biasa sunyi saat pagi hari itu, kini terdengar suara gemericik air dan aroma kopi hangat menyebar. Alya berdiri di depan mesin espresso, mengenakan sweater abu-abu kebesaran dan celana pendek. Rambutnya diikat seadanya. Natural. Tidak ada kamera. Tidak ada rapat. Hanya pagi yang tenang.

Namun ketenangan itu pecah saat suara langkah pelan terdengar dari arah tangga belakang.

Azka masuk, mengenakan kaus hitam polos dan celana training. Bukan pakaian bodyguard, bukan pula jas formal. Ini adalah sisi Azka yang hanya muncul saat dunia luar belum bangun.

“Pagi, tumben bangun awal?"katanya pelan.

Alya menoleh, sedikit terkejut dengan keberadaan Azka.

“Ya, hanya ingin mencoba rasanya bangun awal. Kamu bangun pagi juga?”ucap Alya sambil tersenyum

“Sudah biasa, aku selalu bangun awal. Tubuhku menolak tidur lebih dari empat jam,"jawab Azka sambil membalas senyuman Alya dengan senyuman tipis

“Kamu mau kopi?”tanya Alya sambil mengangkat satu cangkir kopi

“Kalau kamu yang buat, aku percaya,"ucap Azka yang sempat ragu sejenak lalu mengangguk menerimanya

Alya menyodorkan cangkir, dan untuk sepersekian detik, jari mereka bersentuhan. Bukan sentuhan dalam artian romantis. Tapi cukup untuk membuat keduanya diam. Tidak berani saling tatap lebih dari tiga detik.

“Aku suka pagi kayak gini,” kata Alya tiba-tiba, mencoba memecah keheningan. “Nggak ada suara notifikasi. Nggak ada jadwal gila,"lanjut Alya

Azka duduk di bangku bar dapur dan menatapnya.

“Kamu memang butuh lebih banyak pagi kayak gini,"ucap Azka

“Kalau kamu di sini, mungkin aku bisa punya itu,"ucap Alya sambil tersenyum

Azka tidak menjawab. Tapi dalam diam, dia menangkap sesuatu dari sorot mata Alya. Bukan sekadar rasa nyaman. Ada sesuatu yang lebih dalam. Dan itu membuatnya khawatir, karena dia belum bisa memberi apa-apa. Belum boleh memiliki apa-apa.

_________________

Jam 10 pagi di ruang rapat kantur pusat perusahaan Hartono, Alya memimpin rapat penting tentang perombakan divisi pemasaran dan pembentukan unit riset baru. Di ujung meja, Azka duduk diam sebagai penasehat internal dan pengamat. Namun dari balik layar, dia lah arsitek strategi ini.

“Jika kita tidak masuk ke pasar digital produk lifestyle tahun ini, kita akan tertinggal dua generasi,” kata Alya tegas. “Dan saya minta proyek ini dimulai minggu depan,"lanjutnya

Salah satu direktur senior, Pak Haryo, mengangkat tangan.

“Maaf, Nona Alya, tapi perlu pertimbangan matang. Banyak aset sudah dialokasikan untuk anak perusahaan di Batam,"ucap Pak Haryo

“Yang justru bocor dan disalahgunakan,” sela Alya tajam dan membuat mereka semua di meja rapat bungkam “Saya sudah tinjau datanya. Kita kehilangan 2,3 miliar dalam enam bulan terakhir, dan tidak ada satu pun audit internal yang dilaporkan secara jujur,"lanjut Ayla dengan tegas

Ruangan mendadak hening.

“Saya bukan ayah saya. Tapi saya punya tanggung jawab yang sama besar. Jika ada yang merasa tidak bisa bekerja di bawah kepemimpinan saya, saya siap menerima pengunduran diri,"ucap Alya sambil menatap lurus ke depan

Pak Haryo diam. Tidak ada satu pun yang bergerak.

Dari ujung ruangan, Azka mengangguk kecil. Alya telah tumbuh menjadi pemimpin sejati. Ia tidak membutuhkannya untuk bicara. Tapi dia tahu bahwa Alya masih mengandalkannya untuk berdiri di belakangnya untuk diam-diam menyingkirkan ancaman.

______________

Jam 3 sore di ruang bawah tanah kantor pusat perusahaan Hartono, Azka membuka pintu arsip lama yang ada di sana dan selama ini tersembunyi. Kemarin di barang-barang yang di temukannya di safe house, Azka menemukan sebuah kunci berwarna emas dengan nama Mahendra yang terukir di kedua sisinya. Kunci khusus dari emas asli milik mendiang ayah kandungnya yang ia temukan ternyata berhasil membuka ruangan itu. Ia mengetahui ruangan ini saat melihat peta bangunan perusahaan yang ada di file ayah Alya, ruangan yang bahkan Alya belum tahu keberadaannya. Di dalam, tersimpan dokumen investasi gelap dan jaringan kerjasama lama yang dibangun sejak sebelum Alya lahir.

Tapi di antara tumpukan berkas, ada satu kotak kecil dengan logo perusahaan Mahendra Pasifik yaitu perusahaan milik ayah kandung Azka.

Di dalam kotak itu, tersimpan surat wasiat. Yanag berisi “Jika anakku, Azka, membaca ini, maka itu berarti aku tak sempat menjelaskan padamu. Aku menitipkanmu pada sahabatku, Rudi Hartono, bukan karena aku takut, tapi karena hanya dia yang bisa menjagamu di dunia ini. Kamu punya darah yang sama tingkat dengan mereka. Jangan pernah merasa kecil. Jangan pernah merasa tidak pantas. Suatu hari nanti, berdirilah di samping Alya. Bukan sebagai bayangannya, tapi sebagai yang setara.”

Tangan Azka sedikit gemetar saat membaca itu.

Ini lebih dari pengakuan.

Ini adalah izin.

Dan mungkin adalah sebuah restu.

_________________

Jam 6 sore di balkon lantai 48, sore mulai turun dengan langit oranye yang menghiasinya. Alya duduk bersandar di kursi malas, masih mengenakan setelan kerja, tapi wajahnya terlihat lelah. Azka berdiri di sisi balkon, menatap keluar. Ada jeda panjang sebelum akhirnya Alya bersuara.

“Kamu tahu... kalau nggak ada kamu, aku mungkin udah nyerah,"ucap  Alya

Azka menoleh perlahan.

“Kamu mungkin nggak sadar, tapi tiap kali aku jatuh, kamu selalu ada. Diam-diam bantu aku berdiri lagi. Tapi kamu juga nggak pernah biarin aku bersandar terlalu lama,” lanjut Alya lagi

Azka menelan ludah. Hatinya memberontak, ingin mengatakan sesuatu. Tapi ia hanya duduk di kursi sebelah, membiarkan angin menjembatani kesunyian.

“Kamu tahu aku bisa memimpin, tapi kamu juga tahu aku capek. Dan kamu nggak pernah bilang ‘kasihan’. Kamu hanya tetap ada. Dan itu cukup,"ucap Alya sambil menatap Azka

Azka menunduk. Ia tidak berani membalas tatapan itu.

Tiba-tiba, tangan Alya bergerak perlahan. Menyentuh lengan Azka. Hanya sebentar. Tapi cukup untuk membuat jantung Azka berdebar lebih cepat.

“Kalau aku bilang... aku ingin kamu tetap di sini, selamanya... kamu akan bilang apa?” tanya Alya pelan.

Azka menatapnya. Mata mereka bertemu.

Tapi kemudian ia berdiri.

Menjauh. Bukan karena tidak ingin. Tapi karena ia tahu bahwa saat ini belum waktunya. Identitasnya belum terungkap. Kebenaran belum sampai di Alya.

Ia tidak boleh membangun rasa dengan kebohongan, walau ia ingin.

“Aku akan tetap di sini,” ucap Azka pelan. “Tapi bukan karena kamu ingin. Karena itu tugasku,"lanjut Azka

Dan Alya tahu bahwa Azka sedang berbohong. Tapi ia membiarkannya.

Mereka saling menahan diri, sama-sama tahu bahwa perasaan itu tumbuh di tempat yang terlarang. Tapi juga sama-sama tahu bahwa mereka tidak bisa benar-benar saling menjauh.

______________

Jam 11 malam di kamar pribadi Azka, Azka duduk di depan komputer, membuka berkas investigasi keuangan internal yang mulai memperlihatkan kebusukan dari salah satu paman Alya yang lain. Tapi di sisi lain layar, ia membuka satu foto kecil yaitu foto Alya tertawa, yang diam-diam ia ambil saat Alya sedang berada di kampusnya dan bersama beberapa temannya.

Ia tersenyum tipis.

Kini, ia tahu ia boleh bermimpi.

Bukan hanya untuk menjaga Alya.

Tapi juga untuk mencintainya.

Meski belum hari ini.

Meski belum ada janji.

Tapi ia akan menunggu saat yang tepat. Saat semua rahasia sudah terbuka, dan tidak ada lagi yang membatasi mereka.

Bersambung

1
Murasaki Kuhouin
Wow, bagus banget thor! Dalem banget rasanya.
Skyla: Terima kasih kak. Kalau ada kritikan dan saran, silahkan sampaikan ya kak🥰 selamat membaca
total 1 replies
Aimé Lihuen Moreno
Ga sabar buat kelanjutannya!
Skyla: siap kk. ditunggu aja kak.🥰 Terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!