Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
"Den, tapi bagaimana jika mama aden tidak menyetujuinya?"
Deg....
"Kenapa bibi bisa berkata seperti itu?" tanya Candra keheranan.
"Hmmm tidak apa- apa den. Yaudah bibi keluar dulu jangan lupa dimakan itu." Ia pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar Candra.
"Oke bi, terima kasih."
"Bi, darimana?" Tanya Sinta.
"Dari kamar den Candra nyonya. Ngantar makanan.." Sinta pun mengangguk dan berlalu pergi.
"Nyonya...nyonya... Mau kemana?" Bi Ijah mengejar Sinta.
"Saya mau pergi bi, ada urusan ke luar kota. Bilangin ke bapak kalau dia nanti pulang." Bi Ijah pun mengangguk tanda ia mengerti.
"Hmmm... Kemana lagi nyonya malam- malam gini." Batin mbok Ijah. Lalu di berlalu dan kembali ke dapur untuk bersih- bersih sisa makan malam.
...****************...
Kita percepat saja gaiss episodenya, biar tidak terlalu bertele- tele. Okee gas...
Hari ini Elea dan Vita tengah melaksanakan Wisuda kedokterannya.
"Selamat ya El kamu menjadi mahasiswi terbaik. Semoga kedepannya kita bisa terus bersama- sama." Ucap Vita sambil tersenyum.
"Kamu juga Vit, semoga sukses buat kedepannya dan juga bisa menjadi dokter muda yang sukses dan juga hebat."
Saat mereka berdua tengah asyik ngobrol, ada siluet lelaki yang datang menghampiri mereka.
"Selamat ya kalian berdua." Ucap lelaki tersebut.
"Dokter Andi." Ucap Elea dan Vita bersamaan. Andi hanya tersenyum melihatnya.
"Iya kenapa? Kok kaget dan heboh gitu?"
"Tau darimana kalau hari ini kita Wisuda?" Tanya Elea penasaran. Sedangkan, Vita hanya menundukkan pandangannya.
Andi melirik ke arah Vita yang sedang malu- malu kucing tersebut.
"Ya tau lah, saya gitu lhoh." Jawab Andi.
Elea menatap ke arah Vita dengan tatapan penasaran.
"Kalian?" ucap Elea menggantung. Vita hanya meringis mendengarkan pertanyaan Elea.
"Ihh ngeselin, kok nggak kasih tau aku sih kalian. Jahat bangett.." Elea mengerucutkan bibirnya.
"Hehehe... Maaf ya. Bukan nggak mau cerita cuma waktunya belum tepat aja."
"Aaa... Selamat ya. Aku harap kalian berdua bisa bahagia sampai nanti." Andi hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil salah tingkah.
"Oh ya, kalian kalau butuh loker datang aja ke rumah sakit. Pasti kami sangat welcome terutama kepada dokter muda yang berprestasi seperti kalian." Ucap andi yang memberikan akses mudah kepada mereka berdua.
"Terima kasih dokter atas tawarannya." Ucap Vita dan Elea.
Elea terlihat gelisah, orang yang dia tunggu- tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Kenapa El? Kok kelihatan gelisah gitu?" Tanya Vita yang sejak tadi memang bertingkah aneh.
"Hmm... Ibu kok belum datang ya Vit. Jadi, nggak enak perasaanku." Ucap Elea.
"Jangan berkata seperti itu. Kita berfikir positif saja mungkin sedang dalam perjalanan atau mungkin macet."
"Iya mungkin ya Vit."
FLASH BACK OFF
Citttttt..... Brakkkkkkkkk....
Suara benturan terdengar sangat keras hingga membuat orang yang sedang berjalan tersebut terpental lumayan jauh.
"Aduhh...gimana ini?" Ucap wanita yang ada di dalam mobil tersebut.
"Bisa - bisa kena masa aku. Mending aku pergi aja deh." Ia segera tancap gas dengan sangat kencangnya.
"Woiiiiiii...." Teriak salah satu lelaki yang melihat kejadian tersebut.
Wanita paruh baya tersebut terkapar penuh darah dan juga sudah tidak sadarkan diri.
Banyak warga yang berkerumun disana, hingga pada akhirnya ada seorang dokter yang melintasi area tersebut.
"Permisi pak, ini ada apa ya? Kok rame - rame." Tanya Jefri.
"Itu mas, ada tabrak lari." Jefri sangat terkejut lalu ia melepas jas snelli nya dan menghampiri wanita tersebut.
"Pak, tolong bantu ibu ini masuk mobil saya. Saya mengenalinya. Dan, saya juga seorang dokter di rumah sakit B." Ucap Jefri meyakinkan orang yang ada disana.
"Ba-baik mas."
"Ohh ya, saya butuh satu saksi untuk ikut bersama saya."
Setelah itu, jefri segera membawa wanita paruh baya tersebut yang tak lain adalah Siti.
Jefri segera mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang.
"Bertahanlah bu, saya akan menyelamatkan ibu." Ucap Jefri.
FLASH BACK ON
"Selamat ya El, semoga menjadi dokter yang amanah dan juga dokter terbaik." Ucap Candra yang baru saja datang.
"Terima kasih kak." Ucap Elea dengan senyum kecutnya.
Ia masih menunggu kehadiran sang ibu yang tak kunjung datang.
"Ell...el... " teriak Vita dari kejauhan.
"Ada apa Vit? Kok seperti gawat gitu."
"Lihat ponselmu cepat." Ucap Vita dengan nafas ngos- ngosan. Ia juga tidak memperhatikan jika disana ada Candra.
"Memangnya ada apa?" Ucap Elea penasaran.
"Cepat lihat saja. Jangan banyak tanya."
Elea melihat ponselnya, disana banyak banget panggilan dari Jefri.
"Kak Jefri nelpon? Banyak banget Vit. Kenapa ya? Soalnya tadi ponselku aku silent dan lupa bunyi in lagi."
"Ibu ada di rumah saki, tadi kak Jefri nelpon aku karena kamu nggak bisa di hubungi."
"Apa? Kok bisa? Pantes saja perasaanku nggak enak. Tolong Vit antar aku ke rumah sakit." Ucap Vita tanpa memperdulikan Candra yang ada disana.
"Ehh.. Biar aku aja yang antar." Elea mengangguk saja.
Disisi lain, wanita yang telah menabrak ibunya Elea tengah berjalan mondar mandir di sebuah ruangan hotel.
"Baby, kenapa sih kamu mondar mandir terus? Ada masalah?" Tanya lelaki brondong tersebut.
"E...eh, enggak ada kok. Aman." Jawab perempuan tersebut.
"Baby, aku mau ganti mobil." rengek brondong tersebut.
"Kan kamu habis beli mobil, masa minta baru lagi." Jawab Sinta
"Kan ini edisi terbaru, teman- teman aku sudah punya baby."
"Ntar aja deh, aku masih pusing."
"Yaudah, sini biar nggak pusing aku pijitin ya." Sinta mengangguk saja.
"Kalau ada masalah kamu bicara dong."
"Hmmm... Nggak ada kok." Jawab Sinta.
"Ohh ya, kamu antar saya beli mobil habis ini."
"Baby, kan yang minta mobil aku. Kok kamu yang beli."
"Sudahlah jangan bawel."
"Iya- iya baby, nanti aku antar. Tapi main ya satu ronde aja. Buat ngilangin penat..."
Dengan segala bujuk rayu di berondong akhirnya Sinta luluh juga.
Mereka berdua terbuai satu sama lain dengan saling merayu.
"Huft... Beres juga." Ucap Sinta. Mobil yang lama dia tinggal di salah satu gudang rumahnya yang sudah jarang ia tinggali.
Ia sengaja menyembunyikan barang bukti tersebut
"Baby, kenapa mobilnya di taruh disini?" dengan sangat penasaran brondong tersebut mencoba bertanya.
"Nggak apa-apa, sudah tidak layak dipakai." Jawabnya.
Selama dalam perjalanan, Sinta terus memikirkan apa yang harus di lakukan dengan mobilnya tersebut. Hingga terbesit dalam fikirannya untuk menyembunyikannya.
"Tapi baby, ini masih bagus banget. Mending aku aja yang pakai." Ucapnya sambil menyerobot kunci mobil yang ada di genggaman Sinta.
"Ja-jangan." Ucapnya dengan sangat cepat.
"Kenapa?"
"Tidak apa- apa. Ayo pergi hari sudah sore aku juga ada kerjaan setelah ini." Ucap Sinta.
Disana memang tidak terlihat gelagat aneh dari Sinta. Hal ini dikarenakan Sinta sangat lihai dalam berakting.
"Kak, bagaimana kondisi ibu?" Tanya Elea dengan sangat lemah.
.
.
Tebak gais... Apa yang akan terjadi dengan ibunya Elea. Yuk stay di novelku ya, share ke temen- temen juga boleh banget. terima kasih. Lopppp sekebooonnn 🫶🫶❤️
makasih Thor, do'a terbaik juga buat dirimu Thor 🙏😍😍