Harap bijak dalam memilih bacaan.
Novel ini murni imajinasi author, bukan menceritakan kisah nyata.
Bergelimang harta nyatanya tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Seperti yang di alami oleh Jenifer Alexander, atau yang kerap di sapa Jeje.
Banyaknya harta membuat gadis berwajah cantik itu bisa membeli apapun yang dia inginkan. Namun sayangnya hidupnya hampa, hatinya kosong, dia tidak bahagia.
Kesibukan kedua orang tuanya pada perusahaan dan bisnis, membuat Jeje kesepian dan kurang perhatian, dia juga merasa jika kedua orang tuanya tidak peduli padanya. Hingga akhirnya Jeje memilih untuk mencari kebahagiaan diluar sana dengan cara yang salah.
Dia menjadikan dirinya sebagai sugar baby.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Kak Nicho
Kak Nicho mengangkat kedua bahunya, dengan gelengan kepala pelan. Yang artinya dia tidak tau kenapa kak Fely memutuskan hubungannya secara sepihak hanya karna kak Nicho menyuruhnya untuk menunggu. Paling tidak menunggu selama 3 tahun lagi. Namun kak Fely justru meminta untuk mengakhiri hubungannya, dengan alasan akan menikah bersama laki - laki pilihan sang ibu.
Aku tau kak Fely anak yang baik dan penurut. Dia pasti tidak bisa menolak permintaan orang tua satu - satunya yang dia punya. Terlebih kondisi ibu kak Fely semakin memburuk setiap harinya. Kak Fely pasti ingin membuat ibunya bahagia dengan menuruti keinginannya. Begitu pikirku saat itu. Tapi sekarang aku mendapati fakta kalau kak Fely belum menikah.
"Kakak yakin,,? Emangnya dapet info dari siapa.?" Tanyaku lagi.
"Dia ngelanjutin magister di UI Je. Kamu masih inget Aldo kan, temen kuliah kakak dulu." Aku langsung mengangguk.
"Aldo juga ngelanjutin disana, dia sering ketemu sama Fely sejak 2 bulan terakhir. Kakak juga udah minta Aldo buat nyeledikin Fely, dan itu hasilnya. Fely belum menikah, bahkan nggak punya pacar,,," Terang kak Nicho dengan yakin.
"Terus apa rencana kakak.? Masih belum move on dari kak Fely,?" Aku menatap intens pada manik mata kak Nicho. Walaupun sebenarnya aku sudah tau jawabannya, tapi aku hanya ingin memastikan lagi. Aku yakin betul kalau kak Nicho tidak akan melepaskan kak Fely begitu saja. Dulu dia terpaksa menyetujui permintaan kak Fely, karna kak Fely terus memohon bahkan hampir bersimpuh di kaki kak Nicho. Hanya karna ingin mengakhiri hubungannya.
"Kakak harus ketemu sama dia Je. Kamu tau sendiri sampai detik ini kakak nggak bisa melepaskan Fely."
Aku langsung memeluk kak Nicho, aku bersyukur memiliki kakak laki - laki yang sangat setia pada satu wanita, bahkan punya cinta dan kasih sayang yang besar pada wanitanya. Kak Nicho juga sangat lembut, aku bahkan merasa iri saat melihat kak Nicho memperlakukan kak Fely dengan mesra. Tak jarang aku memasang wajah masam saat harus melihat kemesraan mereka.
"Jeje selalu dukung keputusan kakak. Semoga kak Fely benar - benar belum menikah dan kalian bisa kembali lagi. Kak Nicho harus ajak aku kalau mau ketemu sama kak Fely,,," Ucapku setelah melepaskan pelukanku.
"Kalo kamu ikut, gimana kakak bisa ngomong serius sama dia.? Yang ada kamu malah ngerecokin,,,"
"Kakak ini mau dibantuin malah kayak gitu.! Jeje kan bisa nunggu dulu kalo kalian lagi bicara. Nanti kalo kak Fely nggak mempan sama rayuan kakak, aku bisa turun tangan kan,,," Ucapku percaya diri. Juga mengedipkan sebelah mataku dengan senyum yang mengembang. Seakan menunjukan pada kak Nicho jika aku bisa di andalkan untuk membantunya.
"Kakak nggak nyangka, ternyata kamu pinter juga,," Ujar kak Nicho dengan tatapan mengejek padaku. Aku jadi ingat dengan om Kenzo.
"Iishh,,! Kakak ini udah kayak om,,,"
Astaga.! Aku langsung diam seribu bahasa. Bisa - bisanya aku hampir menyebut nama om Kenzo di depan kak Nicho. Bisa di introgasi aku kalau sampai itu terjadi.
"Om,,,? Om siapa.?"
"O,,oma nya Celina kak. Aku sering dibilang begitu sama oma nya Celina,,," Sahutku sedikit gugup. Aku harap kak Nicho tidak memiliki kecurigaan padaku.
"Oh,,,"
Fyuuchh,,,, aku bernafas lega. Untung saja kak Nicho tidak ingat kalau oma Celina sudah meninggal 2 tahun yang lalu.
"Udah sana mandi,,! Parfum kamu tuh baunya aneh." Aku langsung menjauh saat kak Nicho akan mengendusku. Aroma parfum yang melekat ditubuhku pasti sudah bercampur dengan parfum milik om Kenzo. Bagaimana tidak, cukup lama aku berada di dalam pangkuannya. Aku bahkan memeluk om Kenzo sangat erat.
"Iya,, iya,, aku mandi dulu kak. Nanti makan malam diluar ya kak,," Ucapku seraya meninggalkan kak Nicho tanpa mendengarkan jawabannya lebih dulu.
Aku langsung bergegas mandi begitu sampai di kamar. Jika sudah masuk kedalam kamar mandi dan melihat bathtub, aku selalu ingat dengan om Kenzo. Masih jelas di ingatanku bagaimana aku dan om Kenzo saling merengkuh kenikmatan tanpa melakukan penyatuan.
Aku tersenyum samar menatap bathtub, berjalan mendekat lalu masuk kedalamnya.
Berendam air hangat akan menjadi hal yang menyenangkan. Bukan hanya membuat tubuh terasa ringan, namun juga membuat pikiran lebih rileks. Apalagi jika membayangkan canda dan tawa saat bersama om Kenzo.
Jika aku boleh meninta, aku ingin om Kenzo terus berada disisiku. Tidak hanya dalam waktu 1 tahun saja, tapi untuk selamanya.
Aku langsung membuka mata untuk menyadarkanku dari khayalan yang terlalu tinggi.
...***...
"Kak,,," Aku menyelonong masuk kedalam kamar kak Nicho, dia baru saja mengganti bajunya.
"Sampe kapan mau nyelonong masuk, bisa bahaya kalo kakak tetap tinggal disini setelah nikah,,," Ujarnya. Kak Nicho berjalan menuju cermin, mengambil sisir lalu merapikan rambutnya.
"Emangnya kenapa kak.?" Aku berjalan mendekati ranjang dan duduk disisi ranjang.
Menatap punggung kak Nicho yang membelakangiku.
"Astaga,, kakak salah bicara. Lupain aja,,,"
"Apaan sih kak.? Jangan bikin penasaran deh." Kedua manik mataku mengikuti gerak - gerik kak Nicho yang masih bersiap. Kali ini dia sedang mengenakan sepatu sneakers dominan warna putih.
"Belum cukup umur kamu. Kamu nggak punya pacar kan,,,?" Kak Nicho menatapku penuh selidik. Sudah lama sekali kak Nicho tidak bertanya seperti itu. Aku jadi deg - degan, takut hubunganku dan om Kenzo ketahuan oleh kak Nicho. Dia bahkan melarangku untuk tidak pacaran, bagaimana jika dia tau kalau aku jadi sugar babynya om - om.
"Je,,,!" Aku tersentak kaget. Kepalaku menggeleng cepat.
"Nggak kak. Aku kan jomblo sejati." Sahutku.
"Bagus,, pokoknya jangan pacaran sebelum kamu selesai kuliah nanti."
Aku cemberut menatap kak Nicho. Tragis sekali nasibku. Aku harus jomblo selama itu. Sedangkan kan Nicho mengencani wanita yang saat itu baru masuk kuliah.
"Ya ampun kak, kelamaan. Kak Fely aja pacaran sama kakak pas baru masuk kuliah. Masa aku harus nunggu selesai kuliah baru boleh pacaran,,," Keluhku kesal.
"Je,,, nggak semua laki - laki bisa menjaga pasangannya. Kakak cuma takut kamu hanya dijadikan mainan." Kak Nicho menghampiriku setelah memakai sepatu.
"Emangnya selama ini kakak ngejaga kak Fely,? Yakin kak Fely nggak pernah di cium sama kakak.?" Cecarku.
Kak Nicho mendelik menatapku.
"Je.! Pokoknya awas aja yah kalau kamu sampai ketahuan deket atau pacaran, kakak bakal hajar tu cowo." Ucapnya tersungut - sungut.
"Ayo buruan, kakak udah laper,," Kak Nicho beranjak. Aku langsung berdiri, mengejar langkahnya dan berjalan sejajar.
"Kakak udah cium kak Fely berapa kali,,?" Sembari bergelayut di lengan kak Nicho, aku terus menggodanya. Wajah kak Nicho bersemu merah. Dapat dipastikan jika kak Nicho memang sudah mencium kak Fely.
"Nggak ada cium mencium Je. Nggak usah ngarang kamu,,," Kak Nicho mengelak, tapi tidak berani menatapku.
"Kita makan di japanese food aja ya,,"
Aku berdecak pelan setelah mendengar ucapan kak Nicho. Aku sudah bisa menebak kemana kak Nicho akan membawaku. Tentu saja ke restoran favorit kak Nicho dan kak Fely.
"Mau nostalgia nih ceriatanya,,," Ledekku.
"Iya, kali aja ketemu juga sama orangnya." Aku tau kak Nicho hanya asal menjawab. Tapi aku mengaminkannya dalam hati. Semoga saja mereka dipertemukan. Aku ingin melihat kak Nicho kembali ceria seperti dulu.
Kami turun dari mobil, aku menggandeng tangan kak Nicho untuk masuk kedalam restoran. Kami memilih tempat duduk di dekat pintu masuk, posisiku berhadapan dengan pintu masuk, sedangkan kak Nicho membelakangi pintu.
Aku memainkan ponsel setelah kami memesan makanan. Berharap om Kenzo menghubungiku, setidaknya menanyakan aku sedang apa. Tapi om Kenzo tidak pernah melakukannya.
"Sejak kapan mama dan papa sering pulang malem,,?" Aku berhenti memainkan ponsel, lalu menatap kak Nicho.
"Sejak dua bulan yang lalu, tepatnya setelah kakak kembali ke New York." Jawabku.
Aku membulatkan mata, saat seseorang yang aku kenal baru saja masuk kedalam restoran.
"Kenapa Je,,?"
...****...
Sempatkan Like setelah membaca ya😊
Jangan lupa untuk VOTE setiap hari SENIN.
Maaf nggak bisa crazy up 🙏 Karna untuk sekarang othor cuma bisa nyelesain 1 bab dalam 1 hari.