Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 28
Di ruang tamu.
Bintang menaruh minuman untuk kedua mertuanya di atas meja tamu. "Silakan di minum Om, Tante,"
"Kok, Om, Tante sih. Mama, Papa dong, kalian sudah menikah, bukan," Sera protes.
Bintang tersenyum kikuk. "I-iya Ma, Pa," katanya walau terasa sangatlah aneh. Setelahnya Bintang mengembalikan nampan ke dapur, kembali menuju ruang tamu dengan membawa dua piring camilan.
Entahlah, Bintang juga tidak tahu. Bukankah Apartemen ini sebelumnya tidak pernah dipakai, lalu Mengapa di dalam lemari pendingin sudah ada beberapa camilan? Yang tidak ada hanyalah jahe. Atau sebelumnya Apartemen ini memang di huni?
"Bintang, duduklah. Papa ingin mengatakan sesuatu pada mu," Victor berseru.
"Bicara apa, Pa?" Di ambang pintu ruang tamu, Zo yang baru saja selesai mandi pagi ikut menimbrung obrolan Papa dan Bintang. Zo berjalan sambil mengacak rambutnya yang baru saja keramas. Dengan gaya santai Zo duduk di sebelah Bintang.
"Sebenarnya bukan hanya dengan Bintang saja Papa Mama ingin bicara, tetapi dengan mu juga Zo." kata Victor.
"Ya sudah bicara saja."
"Begini," Victor menatap pada Sera lebih dahulu dan mereka berdua mengangguk pelan bersamaan. Setelahnya Victor kembali memusat tatapan pada Zo dan Bintang. "Papa dan Mama akan terbang ke Amerika hari ini, dan kami memutuskan untuk membawa Viola ke sana,"
Jantung Bintang berdebar kencang. "Mengapa Viola di bawa, Pa? Tidak! Bintang tidak setuju!" Bintang tak ingin berjauhan dengan sang adik. Dia adalah keluarga kandung satu-satunya. Bintang tak memiliki siapapun selain Viola. Bintang tentu tak ingin terjadi hal buruk nantinya di Amerika sana pada Viola.
Walaupun yang membawa adalah kedua mertuanya. Tetap saja Zo dan kedua mertuanya adalah orang baru yang masuk dalam hidup Bintang. Jujur, Bintang takut jika di Amerika sana Viola akan di perlakukan tidak baik. Jangan sampai!
"Lagi pula untuk apa Papa dan Mama ke Amerika?" Zo ikut menimbrung. Zo juga penasaran. Setahunya Papa Mama tidak memiliki jaringan perusahaan disana.
Sera dan Victor kembali beradu tatap tetapi hanya sejenak. Setelahnya Victor dan Sera kembali memusat tatapan pada Zo dan Bintang. "Kematian daddy dan mommy mu kami rasa ada kaitannya dengan klien dari Amerika. Yang mengatakan itu semua adalah orang kepercayaan daddy mu di Arm Electronic."
Bintang dan Zo terkejut. Sebelumnya Bintang tak merasakan itu. Lebih tepatnya Bintang masih nol besar dalam pengalaman seperti itu. "Tetapi yang Bintang tahu Daddy dan Mommy tidak memiliki musuh, Pa. Bahkan mereka baru saja pulang dari luar negeri,"
"Justru itu, Bin. Karena bisnis Daddy mu di luar negeri sana telah berhasil, tidak menutup kemungkinan banyak petinggi perusahaan lain yang ingin menjatuhkannya karena kalah saing dalam hal bisnis."
Bintang terdiam, dia mencerna apa yang di bicarakan Papa Victor. Dan itu bisa jadi memang benar. Tapi Bintang masih kurang percaya jika Daddy yang sebaik itu dijahati oleh orang.
"Papa dan Mama sudah meminta sopir untuk mengantar barang-barang kalian ke sini. Dan Papa Mama juga sudah meminta Bibik untuk ke sini membantu kalian beberes." kata Sera sambil menatap Bintang yang terdiam.
"Oleh karena itu Papa dan Mama berpesan pada kalian untuk selalu akur. Dan terutama untuk mu, Zo. Jangan lupa untuk menjaga Bintang terus menerus, buatlah Bintang beruntung karena telah menikah dengan mu. Jangan mempermalukan Mama dan Papa pada mendiang sahabat Papa, daddy Johan dan Mommy Talita," kata Victor.
"Hm," jawab Zo dengan cuek. Seolah itu bukan tanggung jawab yang besar baginya.
"Dan untuk Bintang. Mulai besok kau sudah masuk di sekolahan yang sama dengan, Zo. Itu kami lakukan agar kalian selalu bersama dan memudahkan Zo untuk menjaga mu," kata Victor.
Bintang memberengut. "Harus banget pindah ya, Pa? Padahal Bintang bisa naik ojol atau pakai motor sendiri," protesnya karena Bintang tak ingin dekat-dekat dengan Zo yang menyebalkan.
Tentu saja Bintang teringat dengan perdebatan kecil kemarin siang didepan apartemen. Hanya menendang pelan ban motornya saja Zo sudah mengurungnya diluar hingga malam dan berakhir tak sadarkan diri.
Untungnya bangun tidur tadi pagi Bintang tak lagi merasakan dingin hingga menggigil. Bintang bersukur karena tak jadi demam padahal kemarin malam sudah bersin-bersin.
"Disuruh enak malah pingin yang sengsara. Dasar cewek pendek!" Zo memaki.
Bintang melotot dia tak terima dikatai pendek oleh Zo. "Apa kata mu? Aku tidak pendek, ya!"
"Itu fakta!"
"Heh!"
"STOP...!" Sera berteriak dan berhasil membuat Bintang dan Zo terdiam. "Kalian ini bisa tidak untuk tidak berdebat, hah!?"
"M-maaf, Ma," Bintang menuduk, merasa bersalah sekaligus tidak sopan. Bintang tadi terbawa suasana. "Lihatlah, Ma. Zo selalu mengataiku, lebih baik aku tinggal di rumah mommy saja, di sana aman, Bintang tidak ingin tinggal di sini," Pura-pura mengusap sudut mata agar mendapat simpati dari kedua mertuanya, dan Zo akan disalahkan. Hihihi...
"Cewek pendek, jangan dramatis ya! Aku hanya bercanda tentang tinggi badan mu. Aku tidak bermaksud menyinggung mu. Lebay," Zo yang melihat tingkah Bintang sangat kekanakan merasa geli dan jijik. "Aku tidak ingin kau pergi, cewek pendek. Aku akan berusaha membuatmu nyaman di sini." lanjutnya, dan Zo hanya asal bicara supaya Mama dan Papa percaya dan simpati padanya.
"Memangnya hanya dirimu saja yang bisa akting," Zo membatin, Zo tahu jika Bintang hanya ingin membuatnya jelek di mata Mama dan Papa.
"Huaaa..! Tuh kan Ma, Pa. Zo mengataiku pendek lagi," kali ini Bintang lebih mendramatisir lagi. Membuat Sera dan Victor menepuk jidat pusing tujuh keliling.
"Sudah-sudah, kalian bukan anak kecil lagi. Jadi kalian harus saling mengerti dan memahami. Tidak boleh bertengkar seperti ini. Zo, kau harus lebih peka pada istrimu dong, kau harus mengalah pada istrimu," Sera menatap Zo galak.
Zo berdecak kesal. Dia juga yang kena imbasnya. "Hm, ogah," lanjutnya dalam hati.
"Yasudah itu saja maksud dari kedatangan Mama dan Papa kesini. Bintang, Mama dan Papa sudah urus surat pindah sekolahmu. Sekolah yang pintar disekolahmu yang baru, oke?" Sera mencubit gemas pipi Bintang.
Sebenarnya Sera berat untuk meninggalkan kedua remaja dihadapannya ini, tapi ini semua demi kepedulian pada sahabat sekaligus mendiang besan. Demi kebaikan Bintang dan Viola juga. Karena menurut orang kepercayaan mendiang Johan Arm Electronic telah kecolongan beberapa data perusahaan.
Membuat barang yang siap meluncur telah diplagiat seseorang. Bahkan, Arm Electronic mengalami penurunan drastis dalam pendapatan. Entah, tapi orang kepercayaan mendiang Johan mengatakan bahwa ada banyak klien yang membatalkan pengiriman barang secara mendadak.