Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 28
Sore harinya, Zayn dan Nasya sudah waktunya pulang setelah seharian sibuk dengan pekerjaannya. Keduanya memilih mampir ke pusat perbelanjaan di salah satu Supermarket terdekat dari perusahaan.
Nasya berjalan berdampingan sembari melihat-lihat beberapa toko yang mereka lewati. Baru saja memasuki area perbelanjaan, ada seorang wanita menyapa pria yang sudah berstatus sebagai suami Nasya Fahriza Putri.
"Zayn!"
Pria itu menoleh secara bersamaan dengan Nasya ke arah sumber suara. Zayn tersenyum simpul saat wanita itu mendekat.
"Hay... Kau apa kabar? Bagaimana kabar Tante, baik-baik saja kan?" tanya wanita itu yang bernama Vanesa.
"Alhamdulillah, aku baik. Mama juga sehat, kau apa kabar?" tanyanya.
"Aku jelas baik dong..."
"Oh ya, kenalin. Ini Istriku, Nasya namanya." balas Zayn memperkenalkan Nasya pada Vanesa. Dan secara otomatis, Nasya mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan wanita itu dengan senyuman.
"Apa? Istri? Kapan kau menikah? Bukannya kau sudah tunangan sama Angel?" bertubi-tubi wanita itu sembari membalas uluran tangan Nasya. Dan istri Zayn itu sedikit kesal karena Vanesa tidak memperdulikan dirinya. Nasya akhirnya memilih kembali berjalan mengambil troli untuk mulai berbelanja.
"Aku sudah tidak ada hubungan lagi dengannya? Kau dengan siapa kemari?" balas Zayn mengalihkan pembicaraan.
Pria itu lalu berjalan pelan sambil mengikuti istrinya yang sedang memilih belanjaan dan menaruhnya di troli.
"Kok bisa? Kalian kan udah kayak perangko, dimana ada kamu, disitu pasti ada Angel. Tapi kenapa bisa putus?"
Zayn tersenyum mendapat pertanyaan dari Vanesa, dia berusaha untuk menutupi aib Angel yang sudah mau menjadi wanita simpanan pria konglomerat.
"Entahlah, yang pasti kita tidak berjodoh." sahutnya.
Mereka bertiga berbelanja sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Nasya yang sejak awal datang sampai selesai hingga membayar di kasir tak sedikit pun di ajak bicara ataupun di tanya. Karena Vanesa terus saja membuntuti suaminya.
"Gabungkan saja belanjaannya, Mbak. Biar saya yang bayar." ucap Zayn saat giliran troli Vanesa yang di hitung.
"Eh, jangan! Aku bisa bayar sendiri, Zayn. Tidak mungkin belanjaan sebanyak ini kau semua yang bayar?" balasnya menolak kebaikan Zayn.
"Tidak apa-apa, Mbak. Hitung saja semua dengan belanjaanku."
Nasya yang mendengar itu memajukan bibirnya, dia nampak cemburu melihat kedekatan Zayn dengan wanita lain. Selesai dengan semuanya, mereka memilih untuk duduk di restoran yang ada di dalam Mall tersebut.
"Aku jadi tidak enak dengan istrimu, tapi memang sejak dulu kau itu memang pria yang baik sih.. Pantas kau mempunyai banyak mantan." ucapnya setelah mereka duduk di meja yang sama.
Zayn hanya tersenyum simpul mendengar pujian Vanesa, dia lalu melirik Nasya yang memilih memalingkan wajahnya ke jendela yang menembus jalan raya. Nasya tidak ingin mendengar obrolan mereka berdua.
"Nasya, kau mau pesan apa?" tanya Zayn baru saja mengajaknya bicara sejak sampai di Mall.
"Aku pesan jus Alpukat saja satu." sahutnya menatap pelayan yang mencatat pesanannya.
"Lalu? Makanannya?" tanya Zayn lagi.
"Aku tidak lapar." sahutnya memberikan senyum terpaksa tanpa menatap Vanesa.
Nasya kemudian kembali menatap jendela sembari bersedekap dada. Dia benar-benar kesal dengan suaminya yang terlalu ramah dengan banyak wanita. Zayn yang paham jika Nasya kesal hanya tersenyum.
"Em, Zayn. Aku tidak jadi makan bersama kalian. Aku lupa ada janji dengan kekasihku, sejak tadi dia menelfonku. Lain kali saja kita makan bareng ya?" kata Vanesa yang tahu jika Nasya kesal dengannya.
"Loh! Tapi makanan mu sudah di pesan. Tidak mungkin aku semua yang makan." balasnya.
"Berikan saja pada pelayan yang mengantar, katakan saja aku memberinya makan gratis untuknya. Aku pergi dulu ya, nanti aku hubungi kamu kalau ada waktu longgar. Baaay..."
Vanesa kemudian beranjak berdiri dan membawa barang belanjaannya lalu pergi meninggalkan Zayn dan Nasya berdua. Tapi, Nasya masih saja diam. Karena Vanesa tidak berpamitan padanya, terlihat sekali kalau Vanesa tidak menyukai Nasya.
"Silahkan, Pak. Ini pesanannya." ujar pelayan yang datang membawa pesanan.
"Terimakasih, ini untuk mu saja. Temanku tiba-tiba pergi, dia memberikan makanan ini untukmu." balas Zayn secara otomatis Nasya menoleh melihat beberapa makanan yang di pesan Vanesa.
"Terimakasih, Pak. Selamat menikmati makan malam anda." kata pelayan.
"Hem!" balas Zayn.
Dia lalu memberikan satu gelas jus Alpukat pesanan istrinya seraya melirik wajah Nasya.
"Ini, Alpukatnya. Kita makan berdua ya? Aku tidak habis makan sebanyak ini." ujar Zayn berusaha meredakan emosi Nasya.
"Tidak! Kak Zayn makan saja sesuai kondisi perut Kakak. Aku nggak lapar!" sahutnya ketus.
Zayn hanya menggeleng dengan menghembuskan nafas pelan. Dia baru tahu sikap Nasya jika sedang cemburu.
"Ini, buka mulutmu." Zayn menyodorkan sendok berisi makanan ke mulut Nasya. Dengan cepat dia menolak.
"Aku nggak lapar, Kak. Jangan paksa aku." ketusnya melirik sinis suaminya.
"Kau ini kenapa? Jika aku ada salah, katakan saja. Jangan bersikap seperti anak kecil begini, Nasya." Zayn meletakkan sendok ke atas piring dengan kasar. Dia sudah tidak bisa lagi meredam emosinya.
"Nggak ada. Kak Zayn tidak ada salah apapun. Aku saja yang sedang tidak mood." sahutnya masih ketus.
"Baiklah, kita pulang saja kalau begitu. Ayo!"
Seketika Nasya menoleh menatap suaminya yang sudah berdiri sembari menaruh ponselnya di saku celana. Nasya sangat terkejut melihat Zayn yang tiba-tiba meminta pulang tanpa memakan makanan yang sudah dia pesan.
"Mbak!" panggil Zayn pada pelayan. "Berapa semuanya?" lanjutnya setelah pelayan sudah di samping meja.
"Ini bill nya, Pak."
Zayn segera mengeluarkan beberapa lembar uang lalu menaruh dompetnya kembali ke saku celananya. Dia segera mengambil barang belanjaannya tanpa memperdulikan Nasya yang masih terdiam menatap dirinya.
"Ayo Nasya! Kau mau disitu sampai pagi?"
Nasya yang melihat wajah Zayn sudah marah segera berdiri mengikuti langkah Zayn berjalan. Dia tidak menyangka suaminya akan semarah itu. Tapi, dia juga punya perasaan cemburu jika suaminya itu dekat dengan wanita lain.
~
Sepanjang perjalanan Zayn dan Nasya tidak ada yang bicara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya tiga puluh menit, Mobil yang di kendarai Zayn telah memasuki halaman rumahnya.
Pria dan wanita itu keluar dari mobil, Nasya lalu mengikuti suaminya yang mengambil barang di bagasi.
"Mau apa kau kemari? Sudah, masuk saja sana! Biar aku dengan security yang bawa!" ujarnya masih dengan nada kesal.
Nasya yang kembali mendengar Zayn ketus dengannya pun memilih pergi. Dia juga kesal dengan suaminya karena cemburu, sampai akhirnya Nasya dan Zayn memilih mempertahankan ego masing-masing.
"Assalamualaikum..." ucap Nasya setelah masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam... Eeeh mantu kesayangan Mama sudah pulang. Tumben jam segini baru pulang? Habis dari mana kalian?" sambut ibu Zubaidah dengan senyum sumringah.
"Iya, tadi mampir dulu ke Mall buat belanja kebutuhan bulanan, Ma." sahut Nasya tersenyum simpul tidak memperlihatkan wajah kesalnya.
...****************...
smg ibunda husnul khotimah diterima amal ibadah dan dimaafkan
dosa dan kesalahnya mdpt t 4 terbaik disisinya kelg ihlas melepas sowan ibudanya.Aamiin