NovelToon NovelToon
KU HARAMKAN AIR SUSUKU

KU HARAMKAN AIR SUSUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Balas Dendam / CEO / One Night Stand / Anak Kembar / Dokter
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Rindi, seorang perempuan berusia 40 tahun, harus menelan pahitnya kehidupan setelah menjual seluruh hartanya di kampung demi membiayai pendidikan dua anaknya, Rudy (21 tahun) dan Melda (18 tahun), yang menempuh pendidikan di kota.

Sejak kepergian mereka, Rindi dan suaminya, Tony, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya agar mereka bisa menggapai cita-cita. Setiap bulan, Rindi dan Tony mengirimkan uang tanpa mempedulikan kondisi mereka sendiri. Harta telah habis—hanya tersisa sebuah rumah sederhana tempat mereka berteduh.

Hari demi hari berlalu. Tony mulai jatuh sakit, namun sayangnya, Rudy dan Melda sama sekali tidak peduli dengan kondisi ayah mereka. Hingga akhirnya, Tony menghembuskan napas terakhirnya dalam kesedihan yang dalam.

Di tengah duka dan kesepian, Rindi yang kini tak punya siapa-siapa di kampung memutuskan untuk pergi ke kota. Ia ingin bertemu kedua anaknya, melepas rindu, dan menanyakan kabar mereka. Namun sayang… apa yang dia temukan di sana.........

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. KECELAKAAN

Plak!

Belum juga pisau kecil itu menyentuh dada Rindi, sebuah kursi plastik sudah menghantam punggung pria itu dengan keras. Pria itu terhuyung ke depan, hampir menabrak ranjang pasien. Pisau di tangannya terlepas dan jatuh ke lantai, berdering nyaring memecah keheningan malam.

“Jangan sentuh dia!” teriak Rara dengan wajah masih mengantuk namun penuh amarah. Tangannya masih memegang sisa kursi yang kini retak di bagian sandaran. Napasnya terengah-engah, tapi sorot matanya tajam menatap para pria itu.

Dua pria yang baru datang segera bereaksi. Salah satunya melangkah cepat ke arah Rara, berusaha meraih pergelangan tangannya, namun Rara lebih dulu menendang meja kecil di samping tempat tidur hingga menabrak kaki pria itu.

“Rara, lari!” suara Rindi lemah, tapi cukup membuat Rara tersentak.

Belum sempat ia berbalik, salah satu pria berhasil menarik rambutnya dari belakang. Rara menjerit, berusaha melepaskan diri. Dalam sekejap, suasana kamar berubah kacau — selimut terlepas, botol infus terjatuh, dan alarm tanda bahaya berbunyi keras.

Di tengah kekacauan itu, pintu kamar terbuka lebar. Dua petugas keamanan berlari masuk setelah mendengar alarm dan teriakan.

“Hei! Lepaskan dia!” teriak salah satu satpam sambil mengangkat tongkat kejut di tangannya.

Para pria itu saling pandang. Situasi sudah tidak terkendali. Pemimpin mereka berteriak singkat,

“Cabut sekarang!”

Tanpa menunggu perintah keempatnya berlari keluar kamar, menabrak pintu dan melesat ke lorong rumah sakit. Petugas keamanan segera mengejar, tapi jejak mereka menghilang di antara koridor gelap dan tangga darurat.

Rara terduduk di lantai dengan napas tersengal, memeluk lengan Rindi yang masih lemah. Air matanya menetes, membasahi tangan sahabatnya itu.

“Kamu aman sekarang, Rin… mereka sudah pergi,” ucapnya lirih, meski hatinya masih berdegup kencang.

Rindi mengangguk pelan, menatap langit-langit dengan mata berkaca.

Beberapa menit kemudian, suasana di rumah sakit mulai terkendali. Petugas keamanan memperketat penjagaan di sekitar kamar Rindi. Dua polisi datang setelah mendapat laporan dari pihak rumah sakit. Garis kuning dipasang di depan pintu, sementara beberapa staf medis membantu membersihkan pecahan kaca dan alat-alat yang berserakan.

Rara duduk di kursi dekat ranjang, wajahnya masih pucat. Ia terus menggenggam tangan Rindi yang kini terbaring lemah namun sadar sepenuhnya.

“Saya tidak menyangka mereka bisa sejauh ini,” ujar Rara pelan. Suaranya bergetar, matanya menatap kosong ke arah pintu.

Rindi menatapnya lemah.

“Mereka datang untukku, Ra. Aku tidak tahu apa salahku pada mereka, dan kenapa mereka ingin membunuhku.”

Belum sempat Rara menjawab, seorang perwira polisi berpakaian sipil masuk ke ruangan. Wajahnya tegas, langkahnya mantap. Ia memperkenalkan diri dengan nada tenang.

“Saya Inspektur Darma. Kami sudah menerima laporan tentang percobaan pembunuhan malam ini,” katanya sambil mengeluarkan buku catatan kecil.

“Bisa Anda ceritakan apa yang terjadi?”

Rara menelan ludah, mencoba menenangkan diri. Ia menceritakan semuanya dengan detail — dari perawat yang datang, hingga detik-detik ketika kursi plastik menghantam punggung pelaku.

Inspektur Darma mengangguk pelan.

“Baik. Kami akan periksa rekaman CCTV dan mengambil sidik jari dari barang-barang yang mereka sentuh. Untuk sementara, pasien dipindahkan ke ruang lain yang lebih aman.”

Rara menatap Rindi.

“Kau dengar, Rin? Mereka akan menjagamu.”

Rindi mengangguk lemah.

"Aku hanya ingin semua ini segera berakhir.”

Polisi lalu mengatur pemindahan Rindi ke ruang rawat khusus di lantai dua yang dijaga ketat. Dua anggota polisi ditempatkan di depan pintu selama 24 jam.

Di sisi lain, Rudy tengah duduk di dalam mobil mewah yang berhenti di tepi jalan gelap. Asap rokok menari di udara, dan wajahnya tampak tegang diterpa cahaya lampu jalan.

Sebuah panggilan masuk. Dengan cepat Ia menekan tombol terima.

“Bagaimana hasilnya?” suaranya dalam dan dingin.

Dari seberang terdengar jawaban dengan nada ketakutan.

“Gagal, Bos… Kami hampir tertangkap. Satpam rumah sakit datang lebih cepat dari perkiraan.”

Rudy terdiam sejenak, lalu membuang rokoknya ke luar jendela.

“Sial! Pekerjaan seperti ini saja kalian tidak becus. Cepat, sembunyi — kalau perlu pergi dari kota ini untuk sementara. Aku yakin polisi sedang menyelidiki kasus ini. Jangan sampai salah satu dari kalian tertangkap dan menyeret namaku,” bentak Rudy dengan rahang bergetar.

“Siap, Tuan.”

Sambungan terputus. Wajah Rudy menegang, lalu bersandar di job mobil. Bibirnya bergerak pelan, menggumam lirih namun penuh dendam.

“Perempuan kampung, hari ini kamu boleh lolos, tapi jangan harap lain kali. Sebelum kamu pergi dari kota ini, aku akan terus mengincar mu.”

Rudy menyalakan mobilnya, perlahan meninggalkan tempat itu. Dengan perasaan campur aduk, ia mengemudi tanpa arah dan tujuan yang pasti.

Rudy tidak ingin pulang selama Rika masih diliputi emosi. Rudy tahu betul karakter istrinya—egois, keras kepala, dan tak pernah mau mengalah.

Mobil terus melaju hingga akhirnya berhenti di depan sebuah bar.

Di dalam bar, suasana remang dengan musik keras yang memenuhi ruangan. Asap rokok menebal di udara, bercampur dengan aroma alkohol yang menusuk hidung.

Rudy duduk di sudut ruangan, menatap kosong gelas di tangannya. Sesekali ia meneguk minumannya dalam diam, seolah ingin menenggelamkan semua kekacauan yang berputar di kepalanya.

Pelayan datang menawarkan botol baru, tanpa pikir panjang Rudy mengangguk. Ia kembali menuang, lalu meminumnya hingga terasa panas di tenggorokan.

Beberapa perempuan bar melirik ke arahnya, mencoba mendekat dengan senyum menggoda. Namun Rudy hanya menatap tajam, lalu membentak keras.

“Pergi!”

Para perempuan itu terkejut, kemudian mundur perlahan, meninggalkan Rudy yang sudah mabuk berat.

Rudy menunduk, jemarinya menggenggam botol yang hampir kosong. Napasnya berat, matanya merah dan sayup menatap ke arah meja yang penuh botol kosong.

Dengan suara serak, ia bergumam pelan namun penuh amarah.

“Dasar perempuan kampung… kenapa kamu tidak sekalian mati saja, supaya aku bisa terbebas darimu…”

Rudy mengangkat botol minuman untuk meneguk sisanya, tapi tangannya gemetar hingga sebagian isinya tumpah ke bajunya. Ia mengerang pelan, lalu membanting botol itu ke lantai hingga pecah berantakan.

Para pengunjung bar menatap kearahnya.

Pelayan bar segera menghampiri, mencoba menenangkannya. Namun Rudy hanya tertawa miring, lalu merogoh saku celana, mengeluarkan uang, dan melemparkannya ke atas meja.

“Ini cukup, kan?” katanya dengan suara berat.

Tanpa menunggu jawaban, ia bangkit dengan langkah terhuyung. Kepalanya berputar, pandangannya kabur. Perlahan, ia berjalan keluar dari bar, menabrak kursi dan meja di sepanjang jalan.

Begitu mencapai pintu, udara malam yang dingin langsung menerpa tubuhnya yang panas karena alkohol. Rudy berhenti sejenak, menatap kosong ke jalan gelap di depannya.

Dengan langkah terseok, ia masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin. Rudy langsung menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menembus gelap malam yang sunyi.

Pandangan Rudy mulai kabur, kesadarannya setengah hilang. Ia berusaha menjaga arah, tetapi refleksnya sudah tak terkendali. Dari arah berlawanan, sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi.

Bruk!

Terdengar suara benturan keras disertai dentingan logam dan pecahan kaca yang berserakan.

Mobil Rudy terpental ke sisi jalan, sementara truk dari arah berlawanan berguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti menabrak srbuah pohon besar di pinggir jalan.

1
Ma Em
Sukur deh si anak durhaka dapat azab semoga kakinya di amputasi biar cacat seumur hdp nya .
Ayesha Almira
kalo dh sadar,Rudi cacat HBS kecelakaan
Purnama Pasedu
atas perintah pak luis
Winer Win
cerita malinkundang versi modern ya tor..🤣
Ma Em
Thor tanggung langsung habis , semoga Rindi dan Rara selamat dari niat orang2 yg akan mencelakai Rindi dan si anak durhaka Rudy dan Melda segera dapat azab yg sangat pedih .
Nurjannah Rajja
A nya ketinggalan
Purnama Pasedu
Rara mana?
Widia: tidur
total 1 replies
Ayesha Almira
semoga rindi selamat...
lin s
ckck sirudi GK tau bls budi, kpn kena krma, ibu sendiri mau dimusnahin, apa gk ada rasa ksih sayang,/Right Bah!/
Erchapram
Kak Othor, 40 tahun sudah punya anak yang menjadi pengusaha sukses dan punya bayi. Apa si Rindi menikah muda umur 15 thn, atau bagaimana? Menurutku 47 thn - 50 thn lebih ideal usia untuk Rindi.
Ma Em
Dasar anak durhaka kamu Rudy demi harta kamu malah jadi anak yg tdk akan dapat keberkahan dlm hidupmu karena kamu tdk mau mengakui ibu kandungmu sendiri pasti azab akan datang untuk menghukum mu .
Ayesha Almira
kejamnya Kamu Rudy...mata hati mu sudah tertutup
Ma Em
Semoga Rindi dan anak dlm kandungan ya baik baik saja dan selamat .
Ayesha Almira
ceritanya menarik bagus
Ayesha Almira
smga janinnya baik2 ja...
Ma Em
Tegang Thor deg degan baca bab ini , semoga Rindi bisa tertolong dan bisa sehat kembali agar bisa menyaksikan kehancuran Rudy dan Melda si anak durhaka .
Ma Em
Thor hukuman apa nanti yg akan diterima anak durhaka seperti Rudy dan Melda , jgn langsung mati Thor buat Rudy dan Melda karma yg sangat pedih .
Purnama Pasedu
tuan Luis ya
Ayesha Almira
saking udh g bisa mahn sesk di dada rindi mengeluarkan kata2 sakral.smga rindi sembuh..
Jordan Nbx
Rasakan Rudy dan melda, sudah dapat kutuk.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!