Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Jiwa tunggu."ucap Alvaro yang kini langsung menghubungi Alvin.
Sementara Jiwa kini langsung bergegas pergi meninggalkan gedung pencakar langit tersebut bertepatan dengan Alvin yang berlari keluar mencarinya hingga akhirnya yang dia lihat adalah mobil milik Jiwa yang sangat ia kenali.
"Babe, apa yang kamu lakukan?"lirih Alvino yang kini terlihat frustasi.
"Maaf Mr tadi ada wanita yang mencari anda namanya Jiwa dia bilang ada perlu dengan anda tapi"ucapan nya terhenti kala melihat sorot mata tajam dari Alvino saat ini.
"Kau tau siapa dia? Dia adalah orang yang sangat berarti untuk ku, mulai sekarang kau dipecat."ucap nya yang langsung membuat wanita itu bersujud memohon ampun tapi Alvin tidak peduli dia langsung bergegas pergi meninggalkan perusahaan mencari keberadaan Jiwa.
Sementara Jiwa sendiri kini sudah berada di tepi pantai, tatapan nya kosong air matanya kembali berlinang. Tidak ada siapapun yang bisa ia jadikan sandaran disaat seperti ini.
"Mama... papah, kak Juna kenapa kalian pergi tinggalkan aku disini, aku sakit aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini."ucap Jiwa yang kini semakin terisak dalam tangisnya.
Hingga saat ia berjalan lurus kedepan seakan tak takut dengan ombak yang kini menerjang Jiwa yang kini sudah berada di air dan hampir tenggelam dia pun sudah menutup mata sampai saat seseorang menarik nya dengan paksa karena Jiwa meronta meminta dilepaskan.
Keduanya sudah berada di tempat pantai dan terbaring di pasir meskipun ombak kecil masih menyapa kaki mereka.
"Apa yang kamu lakukan heh! Bagaimana kalau kamu mati!"teriak Alvino.
"Itu jauh lebih baik daripada aku hidup seperti ini terus."ucap Jiwa.
"Tapi aku bisa mati jika kamu pun tidak ada lagi didunia ini babe please jangan lakukan hal itu. Aku sudah berusaha untuk bertahan hidup meskipun sakit asal kamu bahagia bersamanya."ucap Alvino yang kini bangkit dan menarik Jiwa kedalam dekapannya.
"Aku ingin mati saja Al aku tidak sanggup lagi menghadapi semuanya, kenapa aku harus bertahan hidup saat itu jika pada akhirnya aku pun tetap masuk kedalam jurang yang sama.... aku tidak mau hidup lagi."ucap Jiwa yang kini menangis sesenggukan didalam dekapan Alvin.
Jiwa tidak tahu jika saat ini seseorang tengah mengabadikan momen tersebut, dia bukan orang suruhan Alvin ataupun Ayudia, tapi seseorang yang memiliki dendam pada Alvino yang telah membuat dia kehilangan segalanya.
Orang itu langsung memosting foto yang terlihat mesra dari sudut yang berbeda hingga pemberitaan perselingkuhan itu meledak bagaikan bom atom yang radiasinya cukup jauh dan menghancurkan seluruh dunia dan itu juga berhasil membuat Dion terluka dan mengamuk di ruangannya.
"Hentikan pemberitaan itu! jangan ada yang tersisa sedikit pun."ujar Dion yang kini langsung pergi meninggalkan kediamannya tanpa peduli dengan Ayudia yang kini hendak menghentikan nya.
"Jangan tahan Dion lagi mom, Dion harus menyelesaikan semuanya."ucap Dion yang kini pergi menuju tempat dimana Jiwa kini masih terduduk di atas pasir dan Alvino yang kini kembali dengan membawa minuman hangat yang dia beli untuk dia dan Jiwa.
Namun baru saja dia hendak memberikan itu pada Jiwa sebuah helikopter mendarat tidak jauh dari arah mereka yang kini berbalik menatap kearah pria yang turun dari helikopter dengan langkah cepat.
Alvino langsung menghampirinya dan hendak menghajar Dion, tapi tangan Alvino langsung ditahan oleh anak buah Dion yang kini mengikuti nya.
"Jika kau tidak mampu untuk membahagiakan nya kembalikan dia padaku bajingan!!"teriak Alvino yang kini meronta-ronta saat tubuhnya dikunci oleh dua orang bodyguard.
Dion sudah berada di hadapan Jiwa yang kini hanya menundukkan pandangannya. Pria itu langsung melepaskan jas blazer yang ia kenakan saat ini lalu menyelimuti tubuh Jiwa yang kini basah kuyup.
Dion pun menggendong tubuh Jiwa tanpa berbicara sepatah katapun dia membawa Jiwa yang kini masih menundukkan pandangannya dengan cucuran air mata hingga saat Dion hendak membawa nya ke helikopter.
"Jangan persulit hidup mu lagi biarkan saja aku mati, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi yang mengharuskan ku bertahan hidup di dunia ini."ucap Jiwa.
Dion sempat mematung untuk beberapa detik kemudian lalu dia berkata."Jika kamu berfikir untuk pergi lagi dariku aku tidak akan segan untuk menghabisi nya saat ini juga."ujar Dion yang kini menatap datar kearah Jiwa yang kini terdiam dan tidak pernah berani lagi untuk bicara.
Dion membawa Jiwa dengan helikopter menuju rumah pribadinya yang pernah Jiwa tempati.
Dion memerintahkan semua orang untuk menjaga ketat rumah yang kini ia masuki bersama istrinya yang masih berada di dalam gendongan nya.
Sampai dia tiba di dalam kamar mandi dia langsung mendudukkan Jiwa di samping bathtub-e dia mengisi bathtub-e dengan air hangat, sambil menunggu bathtub-e terisi Jiwa kembali dia bawa ke dalam ruangan head shower dan dengan telaten Dion membersihkan tubuh Jiwa dari pasir yang ada di seluruh tubuh nya.
Sampai dipastikan bersih Dion kembali membawa Jiwa menuju kedalam bathtub-e yang sudah terisi air dengan ukuran yang pas karena keran air itu bisa diatur secara otomatis.
"Tunggu disini sebentar babe."ucap Dion yang kini melangkah pergi melepaskan seluruh pakaiannya dan mengganti nya dengan bathrobe. Dion pun kembali menghampiri Jiwa yang kini sudah seperti boneka yang akan bergerak jika digerakkan kecuali mati nya yang kini masih meneteskan air mata.
Dion pun mengecup kening istrinya dengan posisi membungkuk, kemudian dia berkata."Maaf."Dion pun meraih shampoo dan mulai mengeramasi istrinya itu.
Jiwa masih terdiam tanpa kata dengan tatapan kosong, hingga Dion selesai mengeramasi istrinya kemudian dia pun memandikan Jiwa hingga selesai dan bersih.
Dion kembali menggendong Jiwa kedalam bedroom dan mendudukkan nya di depan meja rias, layaknya seorang suami yang sedang memanjakan istrinya, Dion mengeringkan rambut istrinya dan memakaikan Jiwa rangkaian skincare hingga memakaikan pakaian padanya Jiwa seperti tidak ada bersamanya dia masih menatap kosong kearah cermin.
Dion pun membawa Jiwa yang sudah terlihat jauh lebih baik itu menuju ranjang, dia mendudukkan nya dengan sandaran bantal dan menyelimuti sebatas paha.
"Tunggu disini babe aku akan segera kembali."ucap Dion yang kini pergi meninggalkan Jiwa menuju ke lantai bawah untuk menyiapkan makan untuk istrinya itu meskipun sudah terlewati jadwal sarapan atau makan siang karena saat ini sudah hampir petang.
Dion pun membuat bubur komplit untuk istrinya karena sudah bisa dipastikan bahwa Jiwa tidak sarapan pagi atau makan siang setelah kejadian itu.
...*****...
Dion kembali dengan nampan ditangannya yang berisi segelas susu dan satu mangkuk bubur dengan beberapa toping di piring yang terpisah, ada ikan salmon daging dan telur rebus juga sayur ayam dan bayam.
"Makan dulu babe."ucap Dion yang kini meletakkan nampan itu diatas nakas, kemudian Dion duduk di tepi ranjang dan meraih meja khusus untuk makan dikala ia sedang sakit dan meletakkan itu di pangkuan Jiwa yang kini masih menatap kosong kearah depan.
"Babe aa..."ucap Dion yang kini sudah menyendok bubur dengan toping nya dan mengarahkan nya di bibir Jiwa yang kini kembali bercucuran air mata.
"Babe please jangan menangis lagi ya, sekarang makan dulu hmm... ayo buka mulutnya."Ica Dion yang kini baru selesai menyeka air mata Jiwa.
"Aku tidak lapar. Lirih Jiwa.
"Babe kamu bahkan belum sarapan sejak pagi tadi please jangan menyiksa dirimu seperti ini jika kamu marah kamu pukul aku saja sampai kamu puas."ucap Dion dengan lembut.
"Di aku tidak lapar."ucap Jiwa.
"Babe please aku sudah susah payah buat ini spesial untuk istriku tercinta ayolah masa kamu tidak menghargai kerja keras ku honey, ini pertama kalinya aku buat ini untuk istriku."ucap Dion.
Jiwa pun menatap Dion begitu lekat lalu dia berkata."Di aku mohon jangan terus menerus berbuat baik padaku, aku tidak ingin terus bergantung padamu jika kita sudah tidak bersama lagi nantinya."ucap Jiwa.
"Babe kita tidak akan pernah berpisah sampai aku mati nanti."ucap Dion tegas.
"Ayo makan dulu."ucap Dion yang akhirnya memaksa Jiwa untuk makan.
Bubur itu tidak hanya dimakan oleh Jiwa, tapi juga Dion yang kini makan dari sendok dan mangkuk yang sama bahkan mereka minum dari gelas yang sama."Aku sangat mencintaimu babe aku harap kamu mau bertahan sampai saat aku bisa melepaskan semuanya."ucap Dion yang kini membersihkan sudut bibir Jiwa.
Mereka pun hanya saling tatap sebelum akhirnya Dion mencium bibir Jiwa dengan penuh perasaan, mereka pun akhirnya berbaring sambil berpelukan.
Rasanya Dion ingin waktu berhenti disitu agar dia dan Jiwa tidak terpisahkan, tapi baru saja Dion hendak memejamkan mata menyusul Jiwa yang kini sudah terlelap dalam tidurnya seseorang mengetuk pintu.
Dion pun bangkit perlahan dan turun dari ranjangnya kemudian meraih nampan yang belum sempat dia simpan.
Dion berjalan kearah pintu dan membuka pintu tersebut, ternyata asisten pribadinya yang diutus oleh Ayudia untuk menyampaikan pesan padanya.
"Mr nona Kasandra masuk rumah sakit."ucap nya yang kini membuat Dion kebingungan.
"Baiklah aku akan segera kesana, tapi kau harus tetap berada di sini sampai aku kembali, jangan sampai istriku tau tentang itu bilang padanya bahwa aku sedang ada perjalanan bisnis."ucap Dion yang sebenarnya berat untuk melakukan itu, tapi dia tidak punya pilihan lain dia tidak ingin menyakiti istri yang sangat ia cintai.
Dion pun memberikan nampan dia kembali kedalam untuk bersiap kemudian dia menulis sesuatu di buku yang ada di atas nakas.
Tidak lama setelah itu dia pun bergegas untuk berpakaian rapi Dion yang selalu tampil keren dengan pakaian formal ataupun santai, dia tidak pernah mengabaikan itu sejak kecil hingga saat ini dia sudah terbiasa dengan itu, dilayani atau tidak Dion yang memutuskan nya sendiri.
Hingga saat dia selesai berganti pakaian, dia kembali ke arah ranjang dan mendaratkan kecupan lalu berbisik di kuping istrinya itu."Babe I love you more."ucap Dion yang kini mendaratkan kecupan singkat di pipi Jiwa.
Saat Dion berbalik dan melangkah pergi air mata Jiwa kembali menetes, dia tidak tahu bahwa pilihannya saat itu sungguh sangat menyakitkan.
Sementara Alvino sendiri kini masih berdiri menatap langit, bayangan dimasa lalunya itu kembali bermunculan meskipun Alvino tidak pernah melupakan itu, tapi kejadian tadi membuat dia kembali teringat akan kejadian Lima tahun lalu dimana Jiwa mengalami kecelakaan hingga tercebur kelaut dan tidak pernah ditemukan.
"Babe maafkan aku, andaikan saja saat itu aku tau bahwa aku dijebak oleh nya. Mungkin saat ini kita sudah bersama dan memiliki anak, kita sudah bahagia hingga dunia ini tau bahwa kita adalah pasangan paling romantis."lirih Alvino yang kini menerawang jauh.
Tapi kemudian tangis Jiwa tadi menyadarkan dirinya bahwa saat ini Jiwa sedang tidak baik-baik saja."Apa yang sebenarnya terjadi padamu babe, kenapa kamu sampai putus asa seperti tadi."ucap Alvin lirih.
Duda tanpa anak itu terus saja melamun hingga saat ia teringat bahwa Dion memiliki istri istri lainnya dan itulah yang membuat Jiwa ingin mengakhiri hidupnya. Karena sejak awal mereka berhubungan Jiwa anti dengan pengkhianatan atau perselingkuhan.
"Berikan aku kesempatan babe aku janji tidak akan pernah menyakiti mu lagi, meskipun sejak dulu pun aku tidak pernah berniat untuk mengkhianati cinta mu.
Alvin pun kembali, saat ini dihatinya masih ada semangat untuk berjuang demi mendapatkan cinta sejati nya itu.
Waktu terasa begitu lambat saat ini, baik untuk Alvino, Dion dan Jiwa yang kini berusaha untuk bisa memejamkan matanya.
Sementara itu di tempat yang jauh Rudy kini tengah tak sadarkan diri setelah minum banyak saat dia melakukan meeting bersama klien nya di luar kota.
Rudy bahkan tidak tahu bahwa dia telah merenggut kesucian seorang gadis belia yang dijadikan sajian khusus dimalam ini.
Hingga saat pagi menjelma, Rudy yang baru saja membuka mata disambut dengan Isak tangis dari gadis yang kini terduduk di lantai sambil memeluk lutut dalam keadaan berantakan dan tubuhnya dibalut selimut tebal meskipun terlihat banyak tanda kepemilikan dari keganasan Rudy yang juga baru pertama kalinya melakukan itu.
"Siapa kau dan apa yang terjadi."ucap Rudy yang kini menatap lekat wajah cantik yang basah dengan air mata.
"Aku sudah memohon padamu tuan agar tidak menyentuh ku, tapi kamu tega melakukan itu, sekarang masa depan ku sudah hancur hiks... aku sudah tidak suci lagi."ucap gadis cantik itu.
Rudy pun mencoba mengingatnya dan benar saja bayangan itu ada, dia mengingat sebagian kejadian itu dan sebagainya lagi hilang dan darah yang ada di atas kain seprei itu menguatkan nya.
Tangan Rudy langsung terulur kearah gadis cantik itu."Aku minta maaf semalam aku mabuk mungkin itu tidak akan mengobati rasa sakit mu, tapi aku akan bertanggung jawab aku akan menikahi mu."ucap Rudy dengan tegas.
Gadis cantik itu pun semakin menangis sesenggukan, tapi kali ini dia menangis karena terharu.
"Terimakasih tuan.