"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Good Job 25
"Kenapa diam aja, Ditrian? Kamu nggak akan memeluk temen mu ini kah?" ucap Steven lagi. Dia membentangkan tangannya, siap menerima pelukan dari Ditrian. Akan tetapi Ditrian hanya bergeming, sampai Luaticia membisikkan sesuatu padanya.
"Oke baiklah, senang bertemu kembali dengan mu teman,"ucap Ditrian. Dia menghampiri Steven dan memeluk pria yang katanya temannya itu tapi hati Ditrian tidak merasa demikian. Ya dia merasa sangat tidak nyaman dengan Steven yang bersikap ramah padanya.
"Baiklah, karena Ditrian sudah kembali, jadi aku jelas tidak bisa duduk di kursi ini. Ditrian, ini milikmu. Silakan,"ucap Steven mempersilakan.
Ditrian tanpa ragu duduk di kursinya. Dia lalu mengamati satu persatu orang yang ada di depannya.
"Hmmm mana ya penjahatnya,"batin Ditrian. Dia sedang mencari orang jahat yang dikatakan oleh Vindra. Namun tatapan tajam Ditrian itu membuat mereka semua merinding. Ya, pimpinan mereka yang dingin dan datar itu sungguh-sungguh sudah kembali.
"K-kami mohon maaf, Pak. Kami tidak bermaksud untuk makar,"ucap Kepala Divisi Produksi. Dia menyadari kesalahannya yang sebelumnya meminta Steven untuk menggantikan Ditrian.
"Sudahlah, itu wajar. Aku tidak ada di posisiku dalam waktu yang lama. Kalian pasti bingung. Sekarang tinggalkan semua laporan itu di sini dan kalian semua kembalilah."
Perintah tegas dari Ditrian segera mereka lakukan. Pun dengan Steven dan Reneta. Tapi sebenarnya Reneta ingin lebih lama lagi berada di ruangan yang sama dengan Ditrian. Namun melihat tatapan Ditrian yang tajam ke semua orang membuat nyali Reneta menciut.
Dan ada satu hal yang Reneta fokuskan dari tadi, yakni wanita yang bersama Ditrian.
"Bukannya itu cewek yang waktu itu ya? Cewek yang ada sama Ditrian pas di rumah sakit?" tanya Reneta yang hanya bisa dia lakukan dalam hati. Ada rasa panas sepeti terbakar ketika Ditrian menatap wanita itu. Tatapan yang lembut yang tak pernah diperolehnya meski sudah bertahun-tahun berteman.
"Oland, kau juga pergilah ke ruanganmu dulu,"ucap Ditrian saat melihat Oland yang masih ada di depannya.
"Baik Bos,"jawab Oland singkat. Dia lalu melenggang pergi dengan menoleh ke arah Ditrian sekali lagi. Wajahnya sendu seolah tidak suka disuruh untuk pergi.
Klaak
Semua orang benar-benar membubarkan diri. Kini hanya tinggal tiga orang yang ada disana yakni Ditrian, Luaticia dan Vindra.
Pwuaaah
Bruuuk
Vindra langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi. Pun dengan Luaticia, gadis itu menyandarkan tubuhnya di tembok. Seolah tulang-tulangnya ditarik dari tubuh sehingga merasa sangat lemas.
"Aaah gila, ini beneran gila,"ucap Vindra, dia benar-benar takut sepanjang Ditrian 'berakting' tadi. Dia takut kalau-kalau Ditrian ketahuan.
"Apa aku ngelakuin dengan baik?" tanya Ditrian kepada Vindra. Eskpresi wajahnya seketika berubah. Tadi Ditrian benar-benar menjadi seorang Ditrian, tapi sekarang ini dia tampak seperti Didit.
"Haah ya, kamu bener-bener ngelakuin dengah baik, Dit. Top, kamu beneran hebat. Mulai sekarang kamu harus akting kayak tadi terus oke. Pokoknya jangan sampai salah. Nanti aku beliin mobil remote kontrol yang bagus kalau kamu bisa terus kayak gini,"ucap Vindra dengan sorot mata penuh kesungguhan.
"Oke, setuju. Janji ya mau beliin Didit,"sahut Ditrian memastikan.
Vindra mengangguk, dia tidak akan pernah bohong. Mobil remote mainan yang harganya ratusan ribu bahkan jika jutaan pun tak akan ada artinya dibanding usaha yang sudah dilakukan Ditrian.
"Lu, makasih ya,"ucap Vindra, kali ini dia mengapresiasi kerja Luaticia. Meski belum banyak yang Luaticia lakukan, tapi dengan adanya gadis itu di sisi Ditrian, tentu sudah banyak membantu suasana hati Ditrian agar tetap kondusif.
"Sama-sama, Kak Vin,"jawab Luatica, dia senang bisa membantu seperti ini.
Karena Ditrian masih belum mengerti tentang semua pekerjaan yang ada di hadapannya, Vindra mengusulkan kepada Ditrian untuk membawa semuanya itu ke rumah. Di rumah ada Drake dan Dhea, dan tentunya juga ada Virya yang akan membantu mengerjakannya. Itu juga cukup untuk mengelabui orang-orang di perusahaan ini.
"Kita langsung pulang aja yuk, Vin"pinta Ditrian yang masih belum merasa nyaman berlama-lama di perusahaan.
"Oke, kita langsung pulang. Bentar aku panggil Oland. Gimana pun kita harus buat alibi. Kamu tahu kan apa itu alibi?" tanya Vindra kepada Ditrian. Pelajaran akting yang melibatkan tontonan mata-mata dan detektif cukup membuat Ditrian paham apa yang dikatakan oleh Vindra.
"Tahu, tapi cepet ya,"sahut Ditrian.
Vindra mengangguk dan bergegas mencari Oland. Tak berselang lama, Oland datang dengan terburu-buru.
"Gimana Bos?" tanya Oland kepada Ditrian.
"Aku mau balik ke rumah, bawakan semua berkas ini ke mobil, Land. Oh iya Land, laporanmu juga kirim aja ke rumah, biar sekalian aku periksa,"ucap Ditrian.
"Siap Bos,"jawab Oland dengan wajah cerahnya. Sudah sekian lama tidak mendapat perintah dari sang tuan, Oland sungguh rindu dan merasa sangat senang.
Mereka berempat berjalan menuju ke bawah dan menunggu mobil di lobi. Saat mobil datang, satpam dengan cepat membuka pintu mobil itu. Ditrian mempersilakan Luaticia untuk masuk lebih dulu, sedangkan Vindra tentu dia ada di depan karena dia lah yang mengemudi.
"Jangan lupa kerjaanmu, Land,"ucap Ditrian memperingatkan asistennya tersebut.
"Tentu saja, Bos. Siap laksanakan pokoknya,"sahut Oland penuh semangat. Bahkan saat mobil sudah menjauh pun Oland masih melambaikan tangannya.
"Seneng banget ya Mas Oland, Pak Bos udah kembali,"ucap sang satpam.
"Bener Bang, sangat seneng. Ya udah bang, aku balik kerja lagi,"jawab Oland. Dia melenggang pergi dengan langkah yang begitu ringan.
Tak hanya Oland sang asisten, Nela sang resepsionis dan juga satpam yang senang melihat kehadiran Ditrian, tapi semua karyawan pun juga sangat bersemangat. Namun ternyata ada satu orang orang yang tidak menyukainya. Tatapan matanya begitu tajam ketika melihat Ditrian dari lantai atas.
Di dalam ruangannya, orang tersebut mencengkeram kaleng soda yang baru saja ditenggaknya hingga penyok.
"Bangsat, ku pikir dia nggak akan muncul dalam bebeapa waktu. Tapi malah keluar di saat seperti ini. Sialan, semuanya sia-sia."
Klontang
Steven melempar kaleng soda itu ke sembarang arah. Dia kesal bukan main karena rencananya benar-benar tidak ada yang berhasil.
TBC
semoga Didit ngomong ke keluarga pas di rumah, apa yg dirasakan ke Steven tadi