Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.
Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.
Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 : Sesuatu Yang Ganjil
Bel kecil di atas pintu Blind, berbunyi saat Wang Yi masuk kedalam. Shani telah menggantinya dengan bel yang baru, karena bel lama sudah tidak bisa di pakai lagi. Wang Yi melihat pagi itu sangat ramai dengan pengunjung. Freya ada di sana, dibalik bar. Bekerja seperti biasanya. Entah dia sudah tahu kalau sahabatnya adalah seorang pembunuh atau belum.
"Teh hangat." Pinta Wang Yi. Freya yang sibuk dengan kegiatannya menoleh. Wang Yi duduk di kursi bar. Raut wajahnya tidak menampakkan semangat.
"Teh di pagi hari?" Tanya Freya.
"Ya. Zhou Shiyu akan marah padaku jika minum Wine."
"Aku sudah mendengarnya. Aku tidak menyangka dia akan melakukan itu." Ucap Freya. Raut wajahnya terlihat sendu.
"Aku yakin dia punya alasan." Kata Wang Yi.
Freya beranjak membuatkan teh. Tidak perlu waktu lama sampai gadis itu kembali dengan segelas teh hangat. Teh tersebut disodorkan Freya secara pelan ke hadapan Wang Yi.
"Apa aku diijinkan mengunjunginya hari ini?" Tanya Freya.
"Ya. Tapi dia tidak terlihat baik." Balas Wang Yi. Ia mengamati semua pengunjung di Club. Seharusnya kabar penangkapan Zhou Shiyu sudah tersebar ke seluruh kota. Tapi tidak ada satupun dari pengunjung yang membahas tentang itu. Wang Yi tidak bermaksud buruk. Ia hanya heran. Di kota-kota besar, gosip hangat cepat menyebar seperti api yang merambat. Semua tempat akan menjadi area gosip, baik itu Caffe, bar, sekolah, ataupun tempat lainnya. Tapi tempat ini nampaknya menjadi sebuah pengecualian.
"Kabar itu sudah menyebar ke seluruh kota. Tapi kau jangan heran, tidak akan ada yang perduli. Mereka lebih tertarik dengan bagaimana menjalani hidup di kemudian hari." Ujar Freya. Ia mengelap satu persatu gelas yang telah di cuci.
"Itu kabar baik. Aku tidak ingin mendengar mereka menjelekkan Zhou Shiyu. Atau aku yang memukulkan kepala mereka ke ujung meja." Wang Yi menenggak teh-nya.
"Dulu aku tidak pernah percaya kalau cinta pada pandangan pertama itu ada. Tapi sekarang aku melihatnya dalam matamu."
"Kau bisa berkata begitu." Balas Wang Yi. "Ngomong-ngomong aku kemari untuk mengemasi barang-barangku."
"Kau mau pindah?" Tanya Freya.
"Ya. Zhou Shiyu memintaku untuk tinggal dan merawat rumahnya. Dia bilang itu satu-satunya peninggalan orang tuanya." Kata Wang Yi.
"Dia bisa memintaku untuk itu." Ujar Freya.
"Aku tidak tahu. Dia yang memintaku." Balas Wang Yi.
"Well. Aku tidak terlalu mempermasalahkannya."
Tidak lama kemudian, seorang pria masuk kedalam Blind. Pria berbadan tegap dan besar. Pria itu berkulit putih, memiliki pandangan yang tajam. Wang Yi menolah sekilas ketika pria itu hanya lewat, berjalan kedalam kamar motel di belakang.
"Aku baru melihat pria itu. Tapi aku merasa Familiar." Wang Yi masih melihat langkah kepergian pria tadi, meski orangnya sudah tidak terlihat.
"Namanya Will, dia menyewa salah satu kamar di sini." Kata Freya. Wang Yi mengangguk, itu bukan hal yang aneh.
...***...
Wang Yi memarkirkan mobilnya di halaman rumah Zhou Shiyu. Sekali lagi ia menghela nafas setelah turun dari mobil. Ia membayangkan berada di posisi Zhou Shiyu ketika melihat kedua orang tuanya sendiri yang di hukum mati. Secara wajar, seseorang tentu akan melakukan balas dendam. Wang Yi melihat waktu pada arloji di tangannya. "Masih sore, masih ada waktu untuk pergi ke gedung arsip." Ia lebih dulu berjalan masuk kedalam rumah Zhou Shiyu.
Wang Yi tiba di gedung arsip pada sore hari. Gedung itu tidak terlalu besar, tapi sedikit tua dan penuh debu. Plakat di depan pintu bertuliskan 'Whitechapel City Archives– Civil Registry Department.' Catnya mulai mengelupas, huruf-hurufnya kusam. Ia membuka pintu kaca dan masuk ke dalam.
Udara di dalam terasa pengap. Lampu neon di langit-langit berkelap-kelip, sebagian padam. Di sisi kanan, ada deretan rak besi berisi kotak arsip dengan label tahun di setiap ujungnya. Seorang petugas perempuan paruh baya duduk di meja resepsionis, sibuk menyalin data ke komputer tua.
"Permisi," kata Wang Yi sambil menunjukkan kartu identitasnya. "Aku ingin mencari berkas tentang kasus eksekusi pasangan dua puluh tiga tahun lalu."
Petugas itu mengangkat wajah, menatapnya sebentar, lalu berkata datar, "Nomor kasus?"
Wang Yi menggeleng. "Aku tidak tahu. Tapi itu kasus besar. Mereka dieksekusi atas tuduhan penggunaan barang terlarang. Harusnya berkasnya masih disimpan di sini."
Perempuan itu mengetik beberapa kali di komputernya. Suara kipas prosesor terdengar bising. "Tidak ada data dengan nama itu," katanya.
"Tidak mungkin," balas Wang Yi cepat. "Kasus itu diberitakan besar-besaran waktu itu. Aku hanya butuh salinan berkas penyelidikan."
Petugas itu mendesah. "Mungkin sudah dipindahkan ke gudang arsip pusat. Tapi biasanya, kasus dengan status tertutup atau sensitif dihapus dari database publik. Kau bisa coba ke lantai dua, bagian rekaman manual."
Wang Yi mengucapkan terima kasih, lalu menaiki tangga sempit ke lantai dua. Ruangannya lebih sempit dan gelap, hanya diterangi satu lampu gantung di tengah. Di sana ada seorang pria tua dengan kacamata tebal sedang menata bundelan map cokelat.
"Aku ingin mencari berkas kasus lama," kata Wang Yi. "Eksekusi pasangan dua puluh tiga tahun lalu."
Pria itu berhenti sejenak, lalu menunjuk ke arah rak di belakang. "Bagian '95' sampai '03', sebelah kiri."
Wang Yi berjalan ke arah yang ditunjuk. Ia mulai membuka satu per satu laci logam. Map demi map ia baca dengan teliti, kasus korupsi, pembunuhan, kebakaran. Tapi tidak satu pun yang mencatat tentang kasus orang tua Zhou Shiyu. Ia terus mencari sampai jarinya kotor oleh debu kertas.
Setelah hampir satu jam, ia menemukan satu map yang menarik. Labelnya sudah memudar, tapi ia bisa membaca tulisan samar, Kasus Hukuman mati pasangan suami-istri. Ia membuka cepat. Di dalamnya hanya ada dua lembar laporan, keduanya sudah sobek di tepi. Tidak ada foto, tidak ada tanda tangan resmi. Lembar pertama bahkan berhenti di tengah kalimat.
"Kenapa cuma ini?" gumam Wang Yi. Ia berbalik ke arah pria tua tadi. "Sir, apakah berkas-berkas lama pernah dipindahkan atau dibakar?"
Pria itu mengangkat bahu. "Kadang ada instruksi untuk menghapus data tertentu. Biasanya dari kepolisian atau jaksa. Tapi 7 tahun yang lalu, kabarnya ada kasus pencurian di tempat ini. Sampai sekarang polisi masih belum menemukan pelakunya. Jika berkas yang kau cari tidak ada, mungkin itu salah satu berkas yang di curi."
"Apa maksudnya menghapus data tanpa catatan?"
"Ya. Kalau dianggap sensitif, tidak ada catatan. Aku hanya menyimpan apa yang diperintahkan."
Wang Yi menatap lembar itu lama. Di bagian bawah kertas tertulis angka, File 87-07-X. Ia menyimpannya dalam ingatan, lalu mengembalikan map itu ke rak.
Dalam perjalanan keluar, ia berhenti di depan resepsionis. "Aku tidak menemukan berkas lengkap. Apa mungkin ada salinan mikrofilm atau data digitalnya?"
Petugas perempuan itu menatapnya dengan wajah datar. "Kalau tidak ada di rak, artinya sudah dihapus dari sistem. Mungkin permintaan penghapusan datang dari orang dalam. Kasus lama seperti itu biasanya ditutup untuk umum."
"Siapa yang bisa menghapusnya?" tanya Wang Yi.
"Biasanya kepala divisi atau seseorang dari pengadilan." Wang Yi terdiam. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Semua jejak tentang orang tua Zhou Shiyu hilang, seolah mereka tidak pernah ada.
Ia keluar dari gedung itu dengan langkah berat. Di halaman, langit mulai gelap. Lampu jalan menyala satu per satu. Ia berdiri di samping mobilnya, menatap gedung arsip itu lama, lalu bergumam pelan, "Seseorang tidak ingin kebenaran keluar."
Ia masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Di kursi penumpang, map kosong itu tergeletak diam. Wang Yi menatapnya sesaat, kemudian berkata pada dirinya sendiri, "Kalau arsip resmi dihapus, berarti ada salinan lain yang disembunyikan. Dan aku tahu di mana mencarinya." Mobil itu melaju meninggalkan halaman gedung arsip, sementara lampu neon di atas pintu gedung mulai padam satu per satu.