Sandra, gadis yang terbangun dari tidur panjangnya selama 2 tahun dan kini terbebas dari pengasingan selama 5 tahun.
Baru saja kemarin ia bertemu dengan teman teman kuliahnya, namun sekarang ia bahkan tidak mengenali tempat yang ia tinggali selama ini. Dunia seakan telah berubah, Alat-alat canggih yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari, anak kecil yang kini sudah memiliki smartphone masing-masing, dan cahaya gemerlap malam dari lampu-lampu yang memenuhi jalan ditengah kota serta Gedung-gedung yang menjulang tinggi dihadapannya.
Seberapa jauh ia tertinggal selama ini? dari sahabat-sahabat bodohnya, dan dari orang-orang yang selalu ada di keseharian Sandra saat itu. Apakah sandra masih dapat bertemu dengan mereka, apakah mereka masih menerima sandra setelah semua yang sandra lakukan kepada mereka.
Pikirannya berkecamuk memikirkan hal-hal yang telah ia lewati begitu saja.
‘Biarlah semua berlalu, kini ia harus memulai lembaran yang baru, orang-orang baru dan dunia ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adsetian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24 - Lelah Bersandiwara
Waktu telah berlalu hari pun sudah semakin sore begitu pula jam kerja Sandra yang telah berakhir. Sandra pun mengemasi barang nya dan meninggalkan kantor tanpa berpamitan dengan Nathan dikarenakan pria dingin itu sedang tidak berada di ruangnannya.
Di dalam lift sandra termenung berdiri paling pojok dan memperhatikan lalu lalang orang-orang kantor keluar masuk lift. Sandra saat ini menggunakan lift karyawan, memang ia di beri izin untuk menggunakan lift khusus, namun ia tidak ingin berpapasan dengan salah satu orang-orangyang sedang ia hindari saat ini.
‘duh laper banget lagi, tapi males banget gue makan di apartemen. Oh iya, apa gue ke café deket kantor aja ya sekalian healing. Seinget gue ada café yang kayaknya bagus deh, ntar gue cari lah sambil jalan’ pikir sandra dalam hati
Ia memang belum makan dan ia juga melewatkan makan siangnya karena sangat malas untuk turun kebawah hanya sekedar untuk makan di kantin. Bahkan ajakan willo pun ia tolak secara halus.
Sandra berjalan menyusuri trotoar di hari yang mulai gelap, tepat di sebrang jalan cafe tersebut berada. Sandra pun menunggu lampu penyebrangan menyala, sandra mengamati sekelilingnya yang sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Tepat setelah lampu penyebrangan menyala sandra pun segera menyebrangi jalan dan langsung memasuki cafe. Terpampang jelas di jendela café yang bertuliskan Coffee&Tea Café.
Cling! Bunyi lonceng berbunyi saat sandra membuka pintu. Sandra berjalan menuju meja pemesanan yang tidak mengantri karena memang sedang sepi.
“mau pesan apa mbak?” tanya seorang pegawai wanita yang bertuliskan Dini di nametag nya,
“saya pesan coffee latte, air mineral dingin, sama nasi goreng wasted” ucap sandra setelah memilih beberapa menu yang tertera,
“baik mbak, mbak silahkan tunggu di meja sampai pesanan selesai ya” ujar Dini,
“iya, terimakasih” balas sandra.
Saat ingin duduk, sandra teringat dengan tempat yang menurutnya sangat unik, ia mendatangi area itu dan mengamati semua foto-foto yang di pajang. Tepat saat melihat sebuah foto yang tergantung di dinding, seketika ia merasa tubuhnya terasa dingin seperti disiran dengan air es.
Terpampang jelas beberapa foto yang terdiri dari 4 muda mudi dengan gaya berfoto yang aneh, dan ada pula dengan gaya foto yang elegan.
Ia mengamati sebuah foto 4 muda mudi tersebut dengan seyum yang mengembang dengan masing-masing memegang sebuah rengginang di sebuah tempat yang tak asing baginya, di sebelahnya terlihat juga 4 muda mudi tersebut dengan pakaian formal yang terlihat elegan sedang berdiri berjejer dengan memasang senyum miring misterius yang kompak.
Ada apa dengan foto tersebut, mengapa sandra sangat terkejut melihatnya, mengapa kakinya mendadak terasa lemas, dan mengapa foto-foto itu di pajang di sana. Setelah kesadarannya kembali, Sandra berniat pergi dari cafe tersebut sebelum sang pemilik melihatnya. Namun terlambat saat suara seorang pria memanggil namanya dengan nada ragu.
“sandra?” ucap pria itu, sandra menoleh ke arah suara tersebut, di lihatnya seorang bria tampan dan jangkung berdiri di ujung atas tangga menuju lantai 2.
Tanpa memjawab panggilan pria tersebut, sandra langsung berlali keluar dari cafe tersebut,
“sandra tunggu!” panggil pria itu dan mengejar sandra.
Sandra membuka pintu café dengan tergesa namun di luar cafe, sandra justru melihat 2 orang yang sengaja ia hindari beberapa hari terakhir.
tepat dihadapannya ada Boni yang kebutulan akan memasuki café tersebut
“sandra?!” ucap Boni terkejut
Sandra tak menanggapi ucapan Boni dan pergi meninggalkannya yang masih terdiam du tempat, namun saat ia melihat ke arah sebrang jalan ia melihat Nathan yang sedang menyebrang jalan.
Ia sadar sedang taerkepun saat ini. Sandra pun berjalan cepat menghindari ke-tiga pria tersebut, namun mendengar suara mereka yang memanggil namanya membuat sandra terhenti
“sandra, tunggu!” ucap ke tiga pria tersebut serentak
‘wah kompak sekali mereka’ pikir sandra dengan keadaan yang hanya ada di drama saat ini.
Sandra merasa ia kini bagaikan seorang teroris yang sedang di buru. Kakinya terasa lemas, sandra langsung berjongkok di tempatnya dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sandra menangis, semua air mata yang telah ia simpan kini telah tumpah di hadapan ke tiga orang tersebut.
Masih dengan tangis nya, nathan, boni dan reyhan mendekati sandra, reyhan pun duduk berjongkok di sisi sandra sedangkan boni dan nathan hanya berdiri dengan raut wajah kesedihan mereka. Perlahan Reyhan memeluk sandra untuk menenangkannya.
“udah... jangan nagis lagi” ucap reyhan,
“kita masuk yuk” ajak reyhan kepada sandra yang kini sudah mulai berhenti menangis.
sandra pun menuruti ajakan reyhan, sandra tak tau apa yang akan terjadi nanti, ia sudah mulai lelah dengan semua sandiwara yang ia buat sendiri.
Mereka berempat pun memasuki cafe, dan duduk di sebuah meja bundar yang cukup untuk mereka tempati. Reyhan memberikan tissue yang memang di sediakan di setiap meja kepada sandra, sandra mengambilnya dan mengelap wajahnya yang penuh airmata dengan tisu.
Sekitar 2 menit mereka hanya berdiam diri, tak ada satu pun yang berucap, mereka sedang tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Bahkan mereka pun masih tak memahami situasi saatini. Bagaikan puzzle acak yang masih tak terbentuk dan berantakan.
Tak lama, seorang pelayan pria di cafe tersebut datang menghampiri meja mereka.
“permisi mbak, ini pesanannya. Maaf udah nunggu lama” ucap pelayan cafe yang membawa pesanan sandra tadi,
“iya mas nggak papa, taro aja disini. Terimakasih ya” jawab sandra sopan.
Tampak pelayan tersebut sedikit terkejut dengan raut wajah sandra saat ini, mata dan hidung yang memerah akibat menagis tadi. Namun pelayan tersebut segera memalingkan wajahnya saat ia menyadari boss nya yaitu rayhan juga berada di meja yang sama.
Setelah meletakkan pesanan sandra pelayan tersebut berniat pergi namun di panggil oleh reyhan,
“tunggu!” panggil reyhan,
“iya pak rey, ada yang bisa saya bantu?” ucap sang pelayan bertanya.
“tolong bawakan 3 pesanan yang sama ke sini” pinta Reyhan.
“baik pak, permisi” ucap sang pelayan lalu pergi dari meja tersebut.
Masih tak ada satupun yang membuka pembicaraan bahkan saat sang pelayan cafe kembali dengan membawa pesanan Reyhan tadi. Sudah 15 menit ini mereka masih berdiam diri, sandra yang melihat ke arah luar jedela, begitu pula dengan Boni. Nathan yang hanya mengaduk-aduk kopinya hingga gambar di kopinya sudah tak berbentuk, dan reyhan yang sedari tadi hanya memandangi lilin hias di atas meja.
Kruyuuuuukkkkkk.........
Suara mereka tak kunjung keluar, namun perut mereka yang berteriak secara bersamaan yang membuat mereka terkejut. Terlebih suara perut Boni yang bagaikan pemandu sorak
“waw kompak sekali mereka” ucap mereka bersamaan.
Lalu hening namun hanya sebentar hingga boni yang mulai tertawa akan fenomena absurd yang baru saja terjadi.